Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2024

Cerpen : Memancing di desa Kakek

Jojo dan Lala sering bertengkar. Mereka selalu berebut mainan, berebut manakan, dan berebut remot televisi. Baik di rumah, maupun di jalan.  Liburan kali ini, Papa mengajak mereka ke desa kakek. Desa Kakek sepi sekali. Tidak ada listrik, tidak ada televisi, bahkan tidak ada sinyal dan internet. Mereka gelisah karena tidak ada yang bisa dilakukan. Mau tidak mau Jojo dan Lala harus bermain berdua.  Kakek mengajak Jojo dan Lala ke kebun belakang. Kebun Kakek luas sekali. Banyak tanaman buah-buahan, sayur, dan sebuah balong. Kakek punya banyak ikan. Ada ikan mas, ikan nilai, dan ikan gurame.  Kakek mengajak Jojo dan Lala memancing. Mula-mula mereka mencari umpan. Kakek mengais tanah dan mencari cacing. Lala takut cacing, tetapi dia ingin memancing. Kakek memberikan joran yang sudah di beri cacing pada Jojo.  Kakek membantu Jojo melempar kail Mata kail yang berisi cacing masuk ke air. tetapi pelampung mengambang di permukaan. Warnanya cerah dan berfungsi menahan tali pancing agar tidak teng

Cerpen : Dunia Kedap Suara

"Andiii.... Jangan lupa bereskan mainanmu, ya!" terdengar suara teriakan Ibu. Andi agak kesal mendengarnya. la merasa Ibu sering memarahi dan menyuruhnya. Saat ia sedang asyik bermain game, Raras, adik balitanya, juga sering mengganggunya. Raras akan mengoceh tanpa henti dengan bahasa yang Andi tidak mengerti. Belum lagi kalau Ibu tak ada di rumah. Raras sering menangis. Andi merasa dunianya terlalu berisik. Pada suatu hari, Ibu mengajak Andi ke pasar. Andi yang sedang membaca komik, langsung menggelengkan kepala. "Malas, Bu Andi mau tamatkan komik ini dulu!" jawab Andi. "Ayo, temani Ibu ke pasar sebentar saja! Bantu Ibu angkat belanjaan! Anak lelaki harus rajin!" perintah Ibu. Andi terpaksa mengikuti ibunya ke pasar. Saat melewati taman di dekat rumahnya, Andi melihat beberapa anak dan guru yang sedang piknik. Mereka bercakap dengan gembira. Namun anehnya, mulut mereka tak banyak bergerak. Mereka malah bergantian menggerak-gerakkan tangan seperti memberi

Cerpen : Si Kembar yang Iseng Bertukar Peran

Sifa dan Sofi adalah anak kembar, mereka berdua sangat mirip. Orang yang sudah dekat saja kadang masih salah memanggil, apalagi yang baru bertemu. Meski begitu, mereka berdua berbeda kelas saat di sekolah. Sofi memiliki teman dekat bernama Alia dan Sifa memiliki teman dekat bernama Aira dan Risa. Pada pukul 07.35, si kembar baru sampai di sekolah. Sofi diminta bertemu dengan Ibu Lia. SIfa pun berjalan duluan, lalu berpapasan dengan Alia. "Eh Sofi," panggil Alia kepada Sifa. "Sini deh, aku tahu tentang.." Alia membisikan sesuatu ke Sifa. Sifa pun menurut. Dia tak bilang bahwa dirinya bukan Sofi. Bel istirahat berbunyi, Sofi, Sifa, Alia, Aira dan Risa duduk di bawah pohon Mangga. "Aku tahu rahasia kami sama Alia looh," bisik Sifa kepada Sofi sambil senyum-senyum. "Rahasia yang mana?," tanya Sofi. "Tentang kamu sama Alia pengen beli baju saman," kata Sifa. Sofi pun kaget dan bertanya dari mana Sifa tahu hal tersebut. Sifa akhirnya mencerit

Dongeng : Raja yang takut tua

Raja Ching terkenal baik hati. Sudah Rpuluhan tahun la memerintah kerajaannya. Kini Raja Ching sudah berusia 70 tahun. Walau sudah tua, Raja Ching masih sehat dan bugar. Namun anehnya, setelah ulang tahunnya yang ke-70 itu, Raja Ching mulai sering tampak murung. la khawatir saat melihat wajahnya yang tampak semakin tua di cermin. Sebelumnya, Raja Ching tak pernah khawatir akan usianya. Ternyata, Perdana Menteri Chunglah yang membuat Raja Ching menjadi penuh kecemasan. "Paduka adalah raja yang sangat dihormati di kalangan raja-raja negeri lain. Jadi Paduka harus tampak gagah dan muda. Hamba sarankan untuk mencari tabib-tabib sakti. Mereka harus membuat ramuan untuk mencegah ketuaan Paduka!" nasihat Perdana Menteri Chung. Berkali-kali Perdana Menteri Chung menasihatkan hal itu pada Raja Ching. Lama-kelamaan Raja Ching menjadi terpengaruh. Itu sebabnya ia mulai merasa cemas dan tampak murung. Setiap kali berkaca, Raja Ching merasa semakin tua. Raja Ching tidak curiga kalau Perda

Dongeng : Soo Yun dan Katak Sakti

Dahulu kala di negeri Korea hiduplah seorang petani yang miskin, la tinggal di sebuah dusun yang terletak di lereng sebuah gunung yang tinggi. Petani itu mempunyai seorang putri yang bernama Soo Yun, Istrinya telah lama meninggal. Soo Yun adalah seorang gadis yang rajin dan pemberani, la sangat menyayangi ayahnya. Suatu hari ketika Soo Yun memasak di dapur, seekor katak kecil melompat-lompat masuk. Katak itu duduk di dekat kakinya. Tiba-tiba katak itu berkata, "Soo Yun, berikanlah aku nasi sedikit. Perutku lapar sekali" Soo Yun sangat terkejut mendengar katak itu dapat berbicara. Namun karena la seorang gadis yang pemberani, maka diberikannya nasi sedikit pada katak itu. Dengan lahapnya katak itu memakan nasi pemberiannya. Katak itu kembali berkata, "Terima kasih, Soo Yun! Sekarang biarkanlah aku tinggal di pojok dapurmu. Aku tak mempunyai keluarga, dan lagi pula aku senang tinggal di dekatmu Soo Yun tidak mengusir katak itu. la pun merasa kesepian, katak itu dapat dijad

Dongeng : Apel yang pandai berbicara

Lorina adalah penyihir cilik yang baik hati. Dia tinggal di sebuah desa kecil di tepi hutan. Siang itu, dia pulang dari berbelanja. Lengannya terasa sakit karena membawa keranjang yang amat berat. "Oooh, aku sampai juga," kata Lorina, sambil membuka pintu rumah. "Aku mau minum es sirop ah, biar segaaar!"  Tetapi, ketika dia memasuki rumahnya yang mungil, tali keranjangnya putus. Akibatnya semua barang belanjaannya jatuh berceceran, kantong gula dan beras terlempar. Kue-kue kesukaanya terpelanting ke luar. "Huuuh, aku harus membeli keranjang baru," keluh Lorina sambil mengumpulkan barang-barang yang tercecer. Namun, dia belum menemukan apel kesukaannya. Entah, menghilang ke mana mereka! "Ah, nanti saja kucari lagi, gumam Lorina sambil membawa barang-barang itu ke dapur. Begitu selesai meletakkan barang-barangnya, Lorina mendapat akal. Dia segera membaca buku mantranya. "Kalau aku bisa membuat apel-apel itu berbicara, tentu mereka dapat kutemukan d

Cerpen : Mandai, si Kulit Cempedak

“Enak sekali.” Aini berkata sambil mencomot lagi satu biji cempedak. Aida, kakak Aini, mengangguk setuju. Tante Riska membelikan mereka buah cempedak. Buah cempedak mirip dengan nangka. Buahnya lebih kecil dari nangka. Bentuk buah cempedak biasanya lonjong dan panjang.  Aroma cempedak itu khas sekali. Cempedak disimpan Tante Riska di dalam lemari.  Waktu pulang sekolah, Aini dan Aida mencium aroma cempedak. Mereka mengendus di mana sumber wangi itu. Mereka menemukannya di lemari. Tante Riska mengupas cempedak buat Aini dan Aida. Mereka malas mengupasnya sendiri karena getah cempedak sangat banyak. “Sudah habis ya, Kak.” Aini mengorek ke bagian dalam cempedak. Tidak ada lagi buah cempedak di sana. “Sudah habis, Ai. Buang kulitnya,” kata Aida. “Lho? Kok Aini yang buang kulitnya? Kakak kan juga makan tadi?” Protes Aini dengan wajah cemberut. “Kamu makan yang paling banyak.” Aini nyengir mendengar jawaban kakaknya. Dia pun mengambil kertas koran dan memegang kulit cempedak dengan kertas ko

Dongeng : Batu Batangkup

Legenda Batu Batangkup menceritakan kisah seorang janda bernama Mak Minah yang hidup bersama ketiga anaknya yang nakal, pemalas, dan jarang mendengar ucapan orangtuanya. Mak Minah selalu menyiapkan makanan dan mencari uang untuk biaya hidup sehari-hari. Ia melakukan semua pekerjaannya sendiri tanpa dibantu anak-anaknya. Suatu ketika, Mak Minah sedang sakit dan badannya lemas. Ia meminta tolong ketiga anaknya untuk memasak, tetapi ketiga anaknya tetap saja tidak mau mendengarkan ibunya. Esoknya, Mak Minah pergi ke tepian sungai dekat gubuknya dan menemukan batu yang bisa berbicara dengan manusia dan dapat membuka dan menutup seperti kerang. Merasa lelah dengan ketiga anaknya yang nakal dan pemalas, Mak Minah pun meminta batu tersebut untuk menelannya. Rekomendasi cerita rakyat yang satu ini mengandung nilai-nilai moral bahwa seorang anak janganlah memiliki sifat pemalas, nakal, dan suka membantah nasihat orangtua

Cerpen Anak: Pahlawan Idola

Bobo.id -  Apakah teman-teman punya idola yang sangat kamu sukai? Kalau iya, siapa idola favoritmu? Idola tidak selalu dari kalangan orang terkenal, lo. Kita juga bisa mengidolakan orang-orang yang berjasa pada hidup kita. Seperti tokoh Adit pada  cerpen anak  hari ini. Saat diminta untuk menirukan kostum pahlawan idola, ia memilih Pak Guru sebagai idolanya. Kisah selengkapnya bisa teman-teman baca di sini, ya. Pahlawan Idola Cerita oleh: Veronica Widyastuti Adit termenung memikirkan kata-kata yang baru saja disampaikan Pak Anton. Pahlawan idola? Siapa, ya, pahlawan idolaku? Adit mengacungkan jarinya. "Pak Anton... saya mau tanya. Kalau idola saya Tarzan, apa saya juga harus bercerita sambii memakai kostum Tarzan di depan kelas?" Tentu saja teman-temannya tertawa mendengar pertanyaan nakal Adit. Pak Anton yang berkumis tipis dengan tahi lalat di pelipis kanannya itu membetulkan letak kacamatanya. Ia ikut tertawa. "Ah, kamu ada-ada saja, Dit. Tapi, boleh juga idemu itu.&q

Serba-serbi : 5 Cara Merapikan Pakaian Kusut Tanpa Gunakan Setrika, Mudah dan Cepat

Bobo.id  - Apakah teman-teman tahu cara terbaik untuk  merapikan pakaian  yang kusut? Yap, dengan menyetrika! Setrika memang jadi sahabat  pakaian kusut . Sebab, dengan sekali gosok, pakaian kita jadi halus dan lembut. Meski bisa bikin pakaian rapi, tetapi banyak orang tidak suka melakukan kegiatan setrika baju di rumah, lo. Alasannya karena kegiatan menyetrika memang menjadi pekerjaan yang cukup menguras tenaga dan waktu. Kalau jadwal sedang padat atau lagi liburan, pasti kita ingin pakaian rapi secara instan tanpa perlu setrika. Memangnya bisa, Bo? Yap, tanpa setrika, ternyata kita juga bisa merapikan pakaian. Cari tahu bersama, yuk! 1. Manfaatkan Uap Air Panas Tahukah teman-teman? Ternyata uap air bisa jadi salah sau cara yang baik untuk merapikan pakaian kusut, lo. Caranya cukup mudah. Kita hanya perlu rebus air hingga mendidih. Tunggu agar uapnya tak terlalu panas, ya.  Setelah itu, ambil baju kusut dan gantung dengan gantungan baju. Gantung di atas panci berisi air panas.  Biarka

Cerpen : Berlatih untuk ujian

Ujian sekolah selalu dipandang menjengkelkan oleh Andin. Ia selalu malas dan cenderung takut jika minggu ujian akan tiba. “Malas banget, ujian itu bikin pusing,” keluh Andin pada seorang temannya. Saking malasnya, Andin justru tak bisa belajar karena ia takut tak bisa mengerjakan soal-soal saat ujian. Andin hanya memandang buku-buku latihan soal dan tak mampu untuk berkonsentrasi. Malam berikutnya kejadian serupa dialami Andin… Ia kian tegang karena sulit untuk berkonsentrasi sementara ujian sudah akan datang. Gerak-gerik Andin yang gusar dibaca oleh ibunya. Mulanya sang ibu bertanya kepada Andin, bagaimana persiapannya untuk menghadapi ujian. “Lancar bu, aku setiap malam belajar,” ungkap Andin pada ibunya. Lalu pada malamnya, sang ibu diam-diam berkunjung ke kamar Andin. Di sana Andin terlihat berkeringat dan terlihat serba bingung. Lagi-lagi, Andi sulit belajar karena merasa takut. Esok paginya, Ibu Andin kembali bertanya, tapi pertanyaanya berbeda. “Semalam belajar apa, Andin?” Andi