Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

DONGENG : Dumdum si Keledai

  Dumdum adalah keledai terkecil dan tergemuk di sebuah pantai wisata. Oo, dia juga keledai yang terlamban. Jalannya sangat pelan. Pantai wisata itu sering dikunjungi wisatawan anak-anak. Biasanya, anak-anak akan berlari ke pasir pantai sambil membawa uang. Mereka akan memberikan uang mereka pada Pak Didot yang menjaga keledai-keledai tunggangan di pantai itu. Anak-anak itu biasanya akan berebutan untuk mendapatkan keledai tunggangan yang larinya paling cepat. Sambil memberikan uang, mereka biasanya berteriak, “Aku tidak mau naik Dumdum. Dia paling kecil, paling gemuk, dan paling pelan!” Anak-anak itu biasanya akan berebutan memilih salah satu dari lima keledai yang tersedia di tempat penyewaan itu. Mereka lalu melompat naik ke punggung keledai pilihan mereka. Dumdum, si keledai keenam, biasanya akan ditinggal begitu saja, tetap tertambat di kayu tambatan. Dumdum yang malang biasanya hanya bisa menghembus napas sedih. Ia lalu menatap kelima teman-temannya yang berlarian di sepanjang pa

DONGENG : Telur Emas

  Pak Tjung adalah seorang penebang kayu yang sederhana. Setiap hari, ia pergi ke hutan untuk memotong kayu dan menjualnya ke pasar. Ia bekerja sangat keras dan mendapat cukup uang untuk memberi istri dan anak-anaknya makanan dan pakaian sederhana. Suatu malam, Pak Tjung bermimpi melihat roh pohon keluar dari lubang di pohon besar. Roh pohon itu adalah seorang nenek berwajah sangat ramah. Nenek itu tersenyum dan melambai padanya. Keesokan paginya, Pak Tjung pergi ke hutan seperti biasa. "Aku yakin nenek itu tinggal di suatu tempat di hutan ini," pikirnya. "Dia pasti roh pohon, karena aku melihat dia keluar dari pohon." Maka, Pak Tjung lalu mencari pohon seperti di mimpinya. Setelah berkeliaran selama beberapa waktu, Sergei tiba di sebuah padang rumput kecil. Ada sebatang pohon besar di sana. Ranting-rantingnya besar dan daun-daunnya hijau cerah. Ada sebuah lubang besar di dahannya yang besar. Sergei segera ingat, pohon itu sama seperti yang ada di mimpinya. Ia yakin

DONGENG : Karpet, Topi, dan Cambuk Ajaib

  Salim dan Hasan adalah dua kakak beradik yatim piatu. Salim si kakak menggunakan warisan dari orangtuanya dengan baik. Ia membuka toko dan berjualan karpet. Namun Hasan menghambur-hamburkan uang warisan bagiannya. Setiap kali kehabisan uang, Hasan selalu meminta pada kakaknya. Suatu hari, Salim memutuskan untuk membuat adiknya mandiri. Ia lalu menjual tokonya dan naik ke kapal yang menuju Mesir. Diam-diam, Hasan mengikuti kakaknya naik ke kapal yang sama. Ketika tiba di pelabuhan Mesir, Salim baru tahu kalau Hasan mengikutinya. Maka ia buru-buru turun dari kapal, meninggalkan Hasan. Hasan kehilangan jejak Salim. Namun tanpa lelah, ia terus mencari kakaknya. Suatu hari, saat lewat di suatu desa, ia melihat tiga kakak beradik sedang berselisih. Mereka memperebutkan warisan ayah mereka. Sorban, karpet, dan cambuk ajaib. Mereka menceritakan kehebatan benda-benda itu. Jika memakai sorban ajaib, si pemakainya jadi tidak terlihat mata. Jika duduk di karpet ajaib sambil memecut cambuk, maka

DONGENG : Foma yang Hanya Punya Sapi dan Kambing

  Di sebuah desa, tinggal seorang petani kaya raya bernama Foma. Namun, karena ia ditipu oleh seorang petani dan gembala yang licik, Foma kehilangan hartanya. Ia meminta keadilan pada Pak Hakim. Namun, Pak Hakim ternyata bekerja sama dengan petani dan gembala yang licik. Akibatnya, Foma tetap kehilangan hartanya dan jatuh miskin. Foma yang kini miskin tinggal di gubuk tua yang hampir rubuh. Dia tidak memiliki ladang lagi. Kini ia hanya memiliki seekor sapi dan kambing tua. Suatu hari, sapinya memakan beberapa rumput beracun. Sapinya itu membengkak dan mati di pagi hari. Foma mulai putus asa. "Hidupku sungguh menyedihkan!" keluhnya. Foma lalu mengambil kulit sapinya, sebelum menguburkan hewan malang itu. Kulit sapi itu lalu dibawanya untuk dijual ke tempat pembuatan kerajinan dari kulit. Dalam perjalanannya dia melewati sebuah bangunan yang sepi. Foma melirik ke dapur dan melihat istri dari petani kaya yang pernah menipunya. Istri petani kaya itu dan selusin teman wanita lainn

DONGENG : Le dan Dewa Guntur

  Le Yun Hao dan Hsia Ping Tzu adalah dua anak laki-laki yang tinggal di desa yang sama. Mereka tumbuh besar, belajar membaca dengan guru yang sama, dan berteman sangat akrab. Hsia sangat pintar, dan selalu juara sejak usia 10 tahun. Le tidak merasa iri. Ia justru bangga pada temannya itu. Hsia dengan senang hati membantu teman Le belajar sehingga Le juga maju pesat. Hal ini membuat Hsia terkenal di desanya. Sayangnya Hsia tidak sempat ikut ujian negara karena ia jatuh sakit dan meninggal dunia. Keluarga Hsia sangat miskin dan tak mampu membayar pemakaman. Le membayar semua biaya itu. Ia juga membiayai kehidupan istri dan anak-anak Hsia. Istri Hsia sangat percaya pada Le. Nama Le juga harum di desa itu, walau ia tidak berhasil dengan pelajaran sekolahnya. "Menyebalkan!" teriak Le kesal karena tidak lulus ujian. “Orang cerdas seperti Hsia saja gagal, apalagi aku! Sampai matipun aku tak akan menjadi sarjana.  Aku harus mencoba hal lain!” Jadi Le berhenti sekolah dan mulai berda

DONGENG : Bunga Biru dari Kastil Es

  Di sebuah desa, hiduplah seorang penggembala bernama Arion. Istrinya bernama Diana. Setiap pagi, Arion menggembalakan kawanan dombanya di padang rumput. Sementara Diana menjaga anak-anak mereka di pondok sederhana mereka. Arion selalu bekerja keras. Namun, seberat apapun ia dan istrinya bekerja, mereka selalu kekurangan makanan. Tanah di tempat mereka selalu kering dan hanya dipenuhi bebatuan. Di sekeliling mereka, banyak gunung yang setiap tahunnya tertutup salju di musim dingin. Ketika sinar matahari memantul di salju, pemandangan di sekitar gunung menjadi sangat indah. Salju abadi ada di sana. Mungkin di sebelah gunung salju itu, ada tanah dengan musim panas kekal sehingga bahan makanan selalu ada. Arion bercita-cita pergi ke sana suatu hari nanti. Suatu hari, Arion menjalankan cita-citanya. Ia meninggalkan kawanan dombanya dan ia percayakan pada anjing gembalanya yang setia. Ia lalu berjalan seorang diri ke pegunungan menggunakan tongkat. Ia berjalan menanjak cukup lama di jalan

PUISI : Teman Sejatiku (1)

  Teman Sejatiku Kau adalah teman sejatiku Kau baik sekali Suka menolong teman Aku gembira sekali Kamupun suka menolongku Aku gembira melihatmu   Sumber : obatrindu.com Karya: I Komang Ariatama,Siswa SD Kls.III,Pebruari 2013