DONGENG : Karpet, Topi, dan Cambuk Ajaib

 Salim dan Hasan adalah dua kakak beradik yatim piatu. Salim si kakak menggunakan warisan dari orangtuanya dengan baik. Ia membuka toko dan berjualan karpet. Namun Hasan menghambur-hamburkan uang warisan bagiannya. Setiap kali kehabisan uang, Hasan selalu meminta pada kakaknya.

Suatu hari, Salim memutuskan untuk membuat adiknya mandiri. Ia lalu menjual tokonya dan naik ke kapal yang menuju Mesir. Diam-diam, Hasan mengikuti kakaknya naik ke kapal yang sama. Ketika tiba di pelabuhan Mesir, Salim baru tahu kalau Hasan mengikutinya. Maka ia buru-buru turun dari kapal, meninggalkan Hasan.

Hasan kehilangan jejak Salim. Namun tanpa lelah, ia terus mencari kakaknya. Suatu hari, saat lewat di suatu desa, ia melihat tiga kakak beradik sedang berselisih. Mereka memperebutkan warisan ayah mereka. Sorban, karpet, dan cambuk ajaib. Mereka menceritakan kehebatan benda-benda itu.

Jika memakai sorban ajaib, si pemakainya jadi tidak terlihat mata. Jika duduk di karpet ajaib sambil memecut cambuk, maka karpet akan berpindah dalam sekejap, ke tempat mana saja yang diinginkan.

“Aku anak sulung. Harusnya ketiga benda itu jadi milikku!” kata si sulung. Namun kedua adiknya tidak setuju. Mereka bertiga kembali bertengkar.

Hasan buru-buru melerai mereka, "Tidak udah bertengkar. Aku akan memanah sebatang anak panah. Kejarlah anak panah itu. Siapa yang berhasil membawanya padaku, akan jadi pemilik ketiga benda ajaib itu!”

Anak panah Hasan melesat ke angkasa. Ketiga bersaudara itu berlari mengejarnya. Pada saat itu, Hasan berpikir, “Hei, ketiga benda ini bisa kupakai untuk mencari kakakku! Karpet ajaib, ayo, cari Kak Salim!” Ia lalu mengenakan sorban, duduk di karpet, dan memecut cambuk ke udara.

Dalam sekejap, Hasan muncul di pintu masuk sebuah kota besar. Itu artinya, kakaknya berada di kota itu. Di saat itu, ia mendengar warga kota yang berkerumun dan bercerita. Rupanya, Putri Sultan sering menghilang di malam hari. Sultan berjanji akan memberikan setengah dari kerajaannya pada siapapun yang tahu kemana putrinya pergi.

"Aku akan memecahkan misteri itu," kata Hasan.

Ia lalu menghadap Sultan. Pada malam itu juga, Sultan menugaskan Hasan untuk berjaga di depan pintu kamar putrinya.

Malam itu, Hasan berpura-pura tertidur di depan pintu. Sang Putri mengintip hati-hati di pintu. Setelah yakin Hasan telah tertidur, Sang Putri perlahan keluar dari kamarnya dan pergi. Hasan buru-buru memakai sorban ajaib sehingga ia tak terlihat. Ia lalu mengikuti sang putri.

Di halaman istana, ternyata ada siluman buruk rupa. Ia menurunkan sebuah keranjang emas besar dari kepalanya. Putri Sultan duduk di dalam keranjang itu. Hasan juga buru-buru ikut duduk. Ketika akan berjalan lagi, siluman itu terhuyung-huyung karena keranjang itu kini menjadi berat.

Mereka melewati taman yang penuh pohon berbuah berlian. Hasan mematahkan sepotong ranting dan menyimpan di sakunya. Pohon-pohon itu berteriak, "Ada manusia yang melukai kami! Ada manusia!”

Siluman dan Putri tidak memerhatikan hal itu. Siluman itu terus berjalan dan tiba di istana Raja Siluman. Pelayan istana datang menyambut membawa sandal emas untuk Putri. Hasan buru-buru merebut sandal itu dan menyimpan di tas kantongnya. Putri dan pelayan itu heran karena sandal emas itu lenyap.

Dengan kesal, Putri masuk ke istana Raja Siluman. Hasan mengikutinya dengan tetap memakai sorban, juga membawa karpet dan cambuknya. Di dalam istana, Raja Siluman yang berwajah mengerikan, telah menanti sang Putri. Di dadanya, tampak ada kalung besar.

“Hari ini, semuanya aneh dan menyebalkan!” keluh Putri.  

“Tidak perlu khawatir. Mari makan malam denganku,” ajak Raja Siluman.

Hasan kini tahu kalau Putri telah kena mantra Raja Siluman. Rupanya, setiap malam Putri menghilang karena menemani Raja Siluman makan malam. Kini, seorang pelayan siluman datang membawa hidangan di piring berhias permata. Hasan memukul tangan pelayan itu sehingga piring jatuh dan pecah. Ia lalu menyimpan sepotong pecahan piring di dalam tasnya

"Oo, hari ini aku sial terus. Aku pulang saja!” seru Putri kesal.

Raja Siluman mulai gelisah. Ia menduga ada tamu tak terlihat di istananya. “Jangan sampai tamu tak terlihat itu mencuri sumber kekuatanku!” gumamnya, sambil memegang kalungnya. Hasan mendengar ucapan itu.

Raja Siluman akhirnya mengijinkan Putri pulang, diantar oleh siluman pelayannya. Begitu Putri pergi, Hasan melecutkan cambuknya ke arah leher Raja Siluman. Seketika, kalung sumber kekuatan itu jatuh ke lantai dan pecah.   

“Aaaa...” Raja Siluman berteriak mengerikan, karena itulah akhir dari hidupnya. Ia berubah menjadi asap dan perlahan menghilang dari tempat itu.

Para pelayan siluman menjadi ribut dan berlarian ketakutan. Hasan buru-buru duduk di karpet ajaib, memecut cambuknya, dan seketika kembali di depan pintu kamar Putri. Ia pura-pura mendengkur keras. Ketika Putri tiba di situ, ia lega melihat Hasan masih tertidur. Ia buru-buru masuk ke kamarnya.  

Esok paginya, Hasan menghadap Sultan dan berkata bahwa ia sudah tahu rahasia sang putri. Ia ingin menceritakan pengalamannya di depan semua penduduk kota di alun-alun. Siapa tahu Salim pun datang, pikirnya. Maka, Sultan pun mengumpulkan semua warga kerajaannya. Di panggung alun-alun, Hasan menceritakan petualangannya.

"Jangan percaya cerita pemuda itu, Ayah! Itu tidak benar!” sangkal Putri pada Sultan yang turut hadir di alun-alun itu.

Hasan segera merogoh sakunya. Ia mengeluarkan potongan dahan berbuah berlian, sandal emas, dan pecahan piring berhias permata. Pada saat itu, ia melihat kakaknya di antara kerumunan orang. Hasan segera menghampiri kakaknya. Salim bermaksud lari, namun Hasan menahannya dan mengajaknya menghadap Sultan dan Putri.

“Yang Mulia, karena hamba telah berhasil memecahkan masalah. Tolong berikan hadiahnya untuk kakakku, separuh dari kerajaan ini.”

Salim sangat terkejut. Namun Hasan berkata, ia sudah memiliki sorban, karpet, dan cambuk ajaib. Dengan ketiga benda itu, ia bisa hidup berkecukupan. Yang diinginkan Hasan hanyalah hidup di dekat kakaknya.  

Putri sangat bergembira ketika tahu Raja Siluman telah lenyap. Segala mantra atas Putri hilang sama sekali. Ia tak pernah menghilang di malam hari lagi. Beberapa waktu kemudian, Putri pun menikah dengan Salim. Hasan sangat bahagia karena akhirnya bisa membuat kakaknya bahagia.








Sumber : bobo.grid.id

Cerita Oleh: Dok. Majalah Bobo. Ilustrasi: Ahmad Pramono

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan