Postingan

Dongeng : Ular Gaib dan Si Bungsu

Alkisah di kaki gunung Bengkulu, hidup seorang ibu tua dengan tiga orang putrinya. Suatu ketika, ibu tua itu sakit keras. “Ibumu hanya bisa sembuh dengan ramuan dedaunan hutan yang dimasak bara api gaib dari puncak gunung.” ujar dukun penyembuh di desa.  “Sayangnya bara itu dijaga oleh ular gaib yang ganas.” katanya lagi. “Aku tak berani mengambilnya.” kata si Sulung “Aku juga takut.” kata si Tengah. Hanya si Bungsu yang berani. Esoknya ia berangkat ke puncak gunung. Bumi bergetar hebat, pertanda ular gaib mencium bau manusia di dekatnya. Si Bungsu sangat ketakutan dan ingin lari, namun ia teringat ibu yang sangat dicintainya.  “Ular yang baik, bolehkah aku meminta sebutir bara api untuk mengobati ibuku?” pinta si Bungsu mendekat di Ular gaib dengan hati-hati. “Akan kuberikan asal kau berjanji mau menjadi istriku.” jawab si Ular gaib tak diduga. Demi kesembuhan ibunya, si Bungsu menyanggupinya.  Setelah sang Ibu berangsur-angsur sembuh si Bungsu segera kembali ke sarang ular gaib untuk

Cerpen Anak: Kamar Nomor 18

Gambar
  Bobo.id -   Apakah teman-teman punya ruangan rahasia di rumah? Biasanya ruangan rahasia ini berfungsi untuk hal-hal pribadi. Misalnya, sebagai ruang penyimpanan barang berharga atau bisa juga sebagai ruang belajar atau bekerja. Cerpen anak  hari ini akan menceritakan tentang ruangan rahasia yang dimiliki oleh Kakeknya Runi dan Rudi. Kira-kira untuk apa ruangan rahasia di rumah Datuk, ya? Simak kisahnya di sini! Kamar Nomor 18 Cerita oleh: Sylvana Hamaring Toemon. Runi dan Rudi baru saja pindah ke sebuah rumah tua milik Datuk. Datuk adalah kakek dari Bu Dini, ibu Runi dan Rudi. Rumah ini memiliki 17 kamar. Ada 7 kamar di lantai bawah, dan 10 kamar di lantai atas. Angka 17 mencerminkan tanggal kemerdekaan Indonesia. Ya, Datuk adalah seorang yang cinta tanah air. “Rudi, sini ikut Datuk. Kamu pasti suka kamar yang ini,” kata Datuk sambil memegang tangan Rudi. “Eh, tapi, aku, kan, sudah punya kamar sendiri,” sanggah Rudi. “Di rumah ini masing-masing boleh memiliki 2 atau 3 kamar,” kata Da

Dongeng : Kisah Laba-laba, Kupu-kupu, dan Kancil

Suatu hari, Kupu-kupu terbang ke sana-sini di pinggir hutan. Banyak bunga di sekitarnya bergoyang saat Kupu-kupu lewat. Di balik pepohonan, ia bertemu Laba-laba dan Kancil. Laba-laba sedang membuat jaring, sementara Kancil makan dedaunan. "Selamat pagi, Kupu-kupu," sapa Laba-laba. "Selamat pagi, Laba-laba dan Kancil," balas Kupu-kupu dengan gembira. "Sedang apa kalian?" tanya Kupu-kupu. "Aku sedang membuat jaring, sementara Kancil sedang menikmati sarapan," ujarnya kepada Kupu-kupu. "Wah besar sekali jaring yang kamu buat. Hasil tangkapan mu pasti banyak malam ini," seru Kupu-kupu kepada Laba-laba yang tersenyum. "Tidak Kupu-kupu," kata Laba-laba merendah. "Meskipun jaringku besar, terkadang tak satupun nyamuk dan serangga yang hinggap di jaringku. Berbeda sekali denganmu, kamu bisa menghisap madu sebanyak-banyaknya." "Betul kata Laba-laba," imbuh Kancil. "Terkadang aku pun jarang mendapatkan daun dan

Cerpen : Kembalinya Putra Durhaka

Pada suatu hari, hiduplah seorang petani kaya di daerahnya. Petani tersebut memiliki perkebunan yang luas. Sang petani memiliki dua orang anak yang selalu dimanjakan dengan harta kekayaannya. Dengan kekayaan yang berlimpah disertai pelayan yang banyak, sang petani hidup bahagia dengan istri dan anak-anaknya. Hingga pada suatu ketika anak yang lebih muda telah beranjak dewasa. Ia menjadi berani melawan ayah dan ibunya. Bahkan, ia meminta bagian dari kekayaan ayahnya. Sang ayah dan ibu selalu menasihati anaknya agar tidak berbuat demikian karena tidak baik. Namun, bukannya mengerti, sang anak malah marah dan emosi. Ia tidak mau mendengarkan nasihat dari ayah dan ibunya. Karena terus memaksa, akhirnya sang anak mendapatkan bagian tanah yang inginkan. Setelah mendapatkan bagian, tidak menunggu waktu lama, sang anak langsung menjadikan tanah tersebut uang, dengan cara menjualnya. Ia menjadi kaya dan memiliki banyak uang dari hasil penjualan tanahnya. Karena banyak uang, ia memiliki banyak t

Cerpen : Obat Bosan dari Nenek

Obat Bosan dari Nenek Oleh: Widya Suwarna Ayah dan Ibu belum pulang dari kantor. Mbak Asti dan Mas Pur pergi kuliah. Kawan bermain Lili, Oni sedang sakit kuning. Vita, tetangga sebelah sedang pergi ke rumah saudaranya. Nah, tinggal Lili dan Mbok Nah yang ada di rumah. Mbok Nah sibuk menyetrika. Lili merasa kesal dan bosan. PR sudah selesai. Dia tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya. Biasanya dia bisa bermain dengan Vita atau Oni. “Sudah, tidur saja Li!” usul Mbok Nah. “Ah, orang tidak mengantuk disuruh tidur!” Lili menggerutu. “Atau main ke rumah Dede? Biar Mbok antarkan!” Mbok Nah menawarkan. “Malas ah, rumahnya jauh. Biasanya jam empat begini dia belum bangun. Dia ‘kan harus tidur siang setiap hari!” Lili menolak. Tiba-tiba Lili mendapat gagasan. Dia pergi ke kamar Ibu dan menelepon Nenek. Sesudah bercakap-cakap sejenak, Lili mulai mengeluh, “Nek, kalau tiap hari begini Lili bisa mati. Bosannya setengah mati. Vita pergi, Oni sakit. Di rumah tak ada siapa-siapa!” “Wah, wah, jangan

Dongeng : Lebah yang Bersatu

Leu adalah lebah madu yang tinggal di perbukitan Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Sebagai anak sulung dari sepuluh bersaudara, Leu berusaha untuk selalu menjaga kerukunan di antara adik-adiknya. Adik-adik Leu hampir setiap hari bertengkar. Berawal dari senda-gurau hingga berlanjut pada perkelahian. Melihat kejadian itu, beberapa hewan lain merasa terganggu akan kegaduhan yang hampir setiap hari mereka lakukan. Leu mencoba mencari cara untuk menyadarkan kesembilan adiknya agar tetap rukun. Muncullah sebuah ide. Leu mengambil satu ranting kayu dan sepuluh ranting kayu yang diikat menjadi satu. Kesembilan adiknya diminta berkumpul. Alhamdulillah tidak ada yang absen untuk memenuhi panggilan Leu sang kakak. "Terimakasih atas kedatangan kalian adik-adikku," ungkap Leu memulai obrolan. "Di depan kalian ada satu ranting kayu dan satu ikat ranting kayu yang sengaja kakak ikat, siapa di antara kalian yang bisa mematahkan ranting-ranting ini?" tanya Leu pada adik-adiknya. "

Dongeng : Unta yang kedinginan

Gambar
Suatu hari, seekor unta dan pemiliknya akan melakukan perjalanan jauh. Saat itu cuaca sedang tak bersahabat. Pada siang hari, udara terasa sangat panas.Tubuh unta dan tuannya terasa terbakar. “Tuanku, lebih baik kita istirahat dahulu. Sepertinya aku sudah tak kuat melanjutkan perjalanan,” ucap Unta. Pemilik Unta merasa kasihan. Akhirnya ia pun memutuskan untuk beristirahat. Hingga sore menjelang, cuaca masih terasa sangat panas. Namun, unta dan tuannya tetap melanjutkan perjalanan. Malam harinya, udara begitu dingin. Angin menerpa tubuh unta yang kedinginan. “Lebih baik kita mendirikan tenda dulu di sini. Besok pagi kita lanjutkan perjalanannya,” ujar tuannya. Unta sangat setuju. Malam ini memang sepertinya tak bersahabat. Pemilik unta lalu mendirikan tenda kecil. Ia tidur di dalam tenda, sedangkan Unta tidur di luar tenda. Duh, Unta merasa sangat kedinginan. Tubuh Unta serasa menggigil. Ia pun membangunkan pemiliknya untuk meminta sedikit tempat dalam tenda. “Tuan, apakah aku boleh me