Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2023

Dongeng : Asal-usul Tari Guel

Suatu hari kakak beradik putra Sultan Johor, Malaysia yaitu Muria dan Sangede sedang menggembala itik di tepi laut sambil bermain layang-layang. Tiba-tiba datang badai dahsyat sehingga benang layang-layang mereka pun putus. Mereka berusaha mengejar layang-layang tersebut sehingga luka terhadap itik-itiknya.  Setiba di rumah, ayah mereka menyuruh untuk mencari itik dan tidak boleh kembali tanpa berhasil menemukannya. Berbulan-bulan mereka berjalan mencari itik hingga sampai di Kampung Serule. Mereka dibawa oleh orang kampung menghadap ke istana Raja Serule. Di luar dugaan, mereka malah diangkat anak oleh baginda raja. Karena kesaktian kedua anak tersebut, rakyat Serule hidup makmur, aman, dan sentosa.  Hal ini membuat Raja Linge iri dan gusar, sehingga mengancam akan membunuh kedua anak tersebut. Malang bagi Muria, ia berhasil dibunuh. Suatu hari, para raja berkumpul di istana Sultan Aceh untuk mempersembah kan upeti kepadanya.  Saat itu sangede ikut datang juga dan sambil menunggu ayah

Cerita Rakyat : Asal-usul Danau Maninjau

Di sebuah perkampungan di kaki Gunung Tinjau, ada sepuluh orang bersaudara yang biasa disebut Bujang Sembilan. Si sulung bernama Kukuban dan si bungsu bernama Sani. Mereka mempunyai seorang paman bernama Datuk Limbatang. Datuk Limbatang pun mempunyai seorang putra bernama Giran. Suatu hari, Datuk Limbatang berkunjung ke rumah Bujang Sambilan dan di saat itulah Sani dan Girang menyadari bahwa mereka saling menaruh hati. Seiring berjalannya waktu, ketika musim panen tiba kampung tersebut mengadakan adu silat. Para pemuda kampung termasuk Kukuban dan Giran ikut mendaftarkan diri. Di acara tersebut Kukuban berhadapan dengan Giran, keduanya sama-sama kuat. Namun, pada suatu kesempatan Giran berhasil menangkis serangan dari Kukuban dan dinyatakan kalah. Hal ini membuat Kukuban merasa kesal dan dendam terhadap Giran. Beberapa hari setelah acara tersebut, Datuk Limbatang datang untuk meminang Sani. Namun karena dendam, Kukuban menolak pinangan tersebut dengan memperlihatkan bekas kakinya yang

Dongeng : Sesama Saudara Harus Berbagi

Suatu pagi indah dengan matahari yang cerah, Pak Tua Rusa mengunjungi kediaman keluarga Pip si Tupai di sebuah desa. “Pagi, Ibu Tupai,” salam Pak Tua Rusa kepada Ibu Pip. “Kemarin, keponakanku mengunjungiku. Dia membawakan oleh-oleh yang cukup banyak. Aku ingin membaginya untuk para sahabatku. Ini kacang kenari spesial untuk keluargamu.” “Terima kasih, Pak Tua Rusa,” ucap Ibu Pip. Sepeninggal Pak Tua Rusa, Ibu Pip masuk ke dalam rumah dan memanggil anak-anaknya. “Anak-anak, lihat kita punya apa? Kalian harus membaginya sama rata, ya.” “Asyiiik,” girang Pip dan adik-adiknya. “Ibu taruh sini, ya.” Setelah itu, Ibu Tupai mengurus rumah kediamannya. Sementara itu, adik-adik Pip ingin mencicipi kacang itu. “Ini aku bagi,” kata Pip. Dari sepuluh butir kacang, dia memberi adiknya masing-masing dua butir. “Ini sisanya untukku, aku ‘kan paling besar.” “Tapiii … Ibu ‘kan pesan untuk membagi rata,” kata Titu, salah satu adik kembar Pip (diiringi tangisan Puti) kembar satunya. Mendengar tangisan P

Cerita Rakyat : Pesut Mahakam

Cerita rakyat selanjutnya berasal dari Kalimantan Timur yaitu Pesut Mahakam. Pada zaman dahulu lsebuah keluarga yang terdiri atas sepasang suami istri dan seorang anak laki-laki dan perempuan. Pak Pung sebagai kepala keluarga mencari nafkah dengan bertani dan menangkap ikan. Namun suatu hari, keluarga yang bahagia ini mengalami musibah yaitu istri Pak Pung jatuh sakit lalu meninggal dunia. Kini hanya tinggal Pak Pung dan kedua anaknya. Pak Pung kini merasa keberatan karena harus bekerja sekaligus mengurus kedua anaknya. Hingga suatu saat Pak Pung jatuh cinta dan menikah dengan seorang perempuan yang ia jumpai saat pesta panen. Pak Pung tak lagi kesepian dan hidup bahagia sebagai sepasang suami istri. Namun kebahagiaan itu tak lama karena sifat asli istrinya terlihat bagaimana ia memperlakukan anak-anak dengan kasar. Ia kerap menghukum anak-anak, bahkan tidak memberinya makan. Suatu hari anak-anak ini diminta untuk mencari kayu bakar. Namun, mereka tidak mendapatkan banyak kayu bakar se

Dongeng : Peri-peri Vinka

 Apa yang kamu lakukan dengan sepatu-sepatu tuamu? Apakah kamu memberikannya kepada orang lain? Atau menyimpannya di kotak sepatu? Kalau kamu menyimpan sepatu-sepatu tuamu di gudang, kamu persis seperti Vinka, anak perempuan berumur 10 tahun yang sebaya denganmu. Vinka punya baaanyak sekali sepatu. Dalam setahun, ia bisa empat kali membeli sepatu. Ugh, kebiasaan yang boros! Kalau sepatu-sepatunya sudah tak terpakai, Vinka akan meletakkannya begitu saja dalam gudang tua di belakang rumahnya. Vinka tak sadar, kalau gudang sudah penuh dengan sepatu bekas. "Kapan-kapan, aku akan memakainya lagi," begitu kata Vinka kalau Mama menyuruhnya memberikan sepatu itu kepada orang lain. Padahal, kenyataannya, Vinka tak pernah menengok lagi sepatu-sepatu itu, apalagi memakainya. Namun, ada yang senang dengan kehadiran sepatu- sepatu Vinka yang banyak sekali itu. Mereka adalah peri- peri sepatu! Ya, peri sepatu adalah peri mungil yang senang tinggal di dalam sepatu bekas. Di gudang Vinka, ad

Cerpen : Ketika Laut Marah

Sudah empat hari nelayan-nelayan tak bisa turun ke laut. Pada malam hari, hujan lebat turun. Gemuruh gelombang, tiupan angin kencang di kegelapan malam seolah-olah memberi tanda bahwa alam sedang murka, laut sedang marah. Bahkan, bintang-bintang pun seolah tak berani menampakkan diri. Nelayan-nelayan miskin yang menggantungkan rezekinya pada laut setiap hari bersusah hati. Ibu-ibu nelayan terpaksa merelakan menjual emas simpanannya yang hanya satu dua gram untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Mereka yang tak punya benda berharga terpaksa meminjam pada lintah darat. Namun, selama hari-hari sulit itu, ada pesta di rumah Pak Yus. Tak ada yang menikah, tak ada yang ulang tahun, dan Pak Yus juga bukan orang kaya. Pak Yus hanyalah nelayan biasa, seperti para tetangganya. Pada hari-hari sulit itu, Pak Yus menyuruh istrinya memasak nasi dan beberapa macam lauk-pauk banyak-banyak. Lalu, ia mengundang anak-anak tetangga yang berkekurangan untuk makan di rumahnya. Dengan demikian rengek tangis an

Dongeng : Tepe Kuning

Dahulu kala, ada dua pemuda indian yang bersahabat. Mereka tinggal di tenda yang berdekatan. Pemuda yang satu tinggal di tenda berwarna kuning bersih. Ia bernama Tepe Kuning. Pemuda Indian yang satu lagi tinggal di tenda berwana hijau. la bernama Tepe Hijau. Setiap kali suku mereka berpindah tempat, Tepe Hijau selalu mendirikan tendanya di sebelah Tepe Kuning. Itu karena ia selalu mengharapkan bantuan Tepe Kuning. Tepe Kuning sangat rajin bekerja di ladang dan menyiapkan persediaan makanan. Apalagi saat musim dingin akan tiba. Tepe Kuning tak lupa menyimpan makanan yang awet disimpan seperti umbi-umbian. la bahkan membuat sirup maple manis dari getah pohon maple. Ia menyimpannya di tenda khusus untuk persediaan makanannya. Makanan itu untuk cadangan makanannya selama musim dingin. Tepe Hijau sudah tahu akan ada salju turun saat musim dingin tiba nanti. Namun, ia malas menyimpan makanan. la hanya mencari makanan secukupnya untuk dimakan sehari. Tak ada makanan yang ia simpan. Di waktu s