Dongeng : Tepe Kuning

Dahulu kala, ada dua pemuda indian yang bersahabat. Mereka tinggal di tenda yang berdekatan. Pemuda yang satu tinggal di tenda berwarna kuning bersih. Ia bernama Tepe Kuning. Pemuda Indian yang satu lagi tinggal di tenda berwana hijau. la bernama Tepe Hijau.

Setiap kali suku mereka berpindah tempat, Tepe Hijau selalu mendirikan tendanya di sebelah Tepe Kuning. Itu karena ia selalu mengharapkan bantuan Tepe Kuning.

Tepe Kuning sangat rajin bekerja di ladang dan menyiapkan persediaan makanan. Apalagi saat musim dingin akan tiba. Tepe Kuning tak lupa menyimpan makanan yang awet disimpan seperti umbi-umbian. la bahkan membuat sirup maple manis dari getah pohon maple. Ia menyimpannya di tenda khusus untuk persediaan makanannya. Makanan itu untuk cadangan makanannya selama musim dingin.

Tepe Hijau sudah tahu akan ada salju turun saat musim dingin tiba nanti. Namun, ia malas menyimpan makanan. la hanya mencari makanan secukupnya untuk dimakan sehari. Tak ada makanan yang ia simpan. Di waktu senggang, ia bernyanyi dan menari sambil memukul drum sepanjang hari, atau berkuda di padang rumput yang ada di dekat perkemahan.

''Tepe Kuning, ayo berkuda dengan aku," kata Tepe Hijau saat melewati Tepe Kuning yang sedang bekerja.

makanan. la hanya mencari makanan secukupnya untuk dimakan sehari. Tak ada makanan yang ia simpan. Di waktu senggang, ia bernyanyi dan menari sambil memukul drum sepanjang hari, atau berkuda di padang rumput yang ada di dekat perkemahan.

*Tepe Kuning, ayo berkuda dengan aku," kata Tepe Hijau saat melewati Tepe Kuning yang sedang bekerja.

"Sebentar lagi musim dingin tiba. Ayo, Tepe Hijau! Jangan bermain terus. Bantulah aku membuat sirup manis dari getah pohon maple. Sangat lezat dimakan dengan ubi bakar di musim dingin," ajak Tepe Kuning. Saat itu, ia sedang memasak getah pohon maple di kuali besar.

"Tidak baik bekerja terus. Kita kan bisa tetap mencari makanan di musim dingin. Pakai saja mantel tebal," kata Tepe Hijau.

"Kau kan sudah tahu. Di saat musim dingin tiba, salju dan es akan ada di mana-mana. Belum lagi kalau ada badai besar. Kita tidak bisa pergi jauh. Kalau tidak ada persediaan makanan, kita bisa kelaparan selama musim dingin," kata Tepe Kuning.

Sayangnya, Tepe Hijau tak mau mendengarkan nasihat Tepe Kuning, la malah memacu kudanya ke padang rumput. la bahkan berkata pada kudanya sambil tertawa,

"Kudaku, coba lihat! Tepe Kuning sangat sibuk! Persediaan makanannya sangat banyak. Pasti cukup untuk dibagi ke aku sebagian. Tepe Kuning sangat baik. Dia pasti tidak tega melihat aku kelaparan.
Jadi, lebih baik kita pergi ke padang rumput sekarang. Kita menari dan menyanyi di sana!"

Dan seperti itulah yang terjadi. Saat musim dingin tiba, Tepe Hijau tidak punya persediaan makanan. Ketika salju turun dan badai menerpa, rakyat suku Indian itu tidak bisa keluar tenda. Namun, mereka tidak khawatir, karena mereka mempunyai persediaan makanan. Begitu juga Tepe Kuning. Hanya Tepe Hijau yang mulai kelaparan. la tak bisa keluar tenda dan tak punya makanan.

Tepe Kuning iba padanya. Lalu membagi sirup maple dan ubi bakar pada Tepe Hijau. Maka, Tepe Hijau pun mendapatkan makanan selama musim dingin itu.

Beberapa waktu kemudian, musim dingin pun berakhir. Ketika musim panas tiba, suku Indian itu memutuskan untuk pindah tempat. Mereka melipat tenda mereka dan pindah ke padang bunga bakung yang mempunyai banyak madu. Tepe Kuning dan Tepe Hijau pun pindah ke tempat baru. Suku itu mendirikan tenda di padang bunga bakung. Dengan begitu, mereka pun mudah membuat cadangan madu untuk di musim dingin nanti.

Maka hari-hari pun berlalu. Seperti biasa, Tepe Kuning dan rakyat suku Indian lainnya bekerja keras. Mereka beristirahat dan bersenang-senang secukupnya. Hanya Tepe Hijau yang lagi-lagi hanya bermalas-malasan. la menari sambil menyanyi, berkuda, bersenang-senang sepanjang hari, setiap hari.

Saat Tepe Hijau melewati ladang bunga bakung, tampak Tepe Kuning yang sedang bekerja. Tepe Hijau tersenyum dan berbisik pada kudanya,

"Wah, musim dingin nanti, kita juga pasti akan mendapat madu!"

Tanpa terasa, udara mulai dingin. Musim dingin ternyata telah tiba lagi. Lagi-lagi, Tepe Hijau tak punya persediaan makanan sama sekali. Tepe Kuning pun iba pada Tepe Hijau. Ia membagi persediaan makanannya pada Tepe Hijau.

Akan tetapi, musim dingin saat ituternyata sangat panjang. Persediaan makanan Tepe Kuning sebetulnya cukup untuk ia makan sendiri. Namun karena dibagi dua dengan Tepe Hijau, maka persediaan makanan Tepe Kuning pun habis.

Setelah beberapa hari menahan lapar, kedua pemuda Indian itu pun terbaring lemas. Dewa Semesta melihat Tepe Kuning dan merasa kasihan padanya. Dewa Semesta pun berkata, "Tepe Kuning yang bijak dan baik hati, kau tak perlu bersusah payah mengumpulkan madu lagi. Aku akan memberimu sayap, dan kau akan menjadi lebah. Setiap kali orang mendengar senandung lembut, mereka akan berkata, 'Lebah adalah makhluk yang sibuk. la diberi sayap karena ia bijak dan baik hati!"

Kepada Tepe Hijau, Dewa Semesta berkata, "Kamu akan menjadi lalat dan juga akan memiliki sayap. Kalau Tepe Kuning dan keturunannya terbang dari satu bunga ke bunga lain mengumpulkan madu, kamu hanya akan mendapatkan makanan yang telah basi dan dibuang. Saat manusia mendengar dengunganmu, mereka akan berkata, 'Lalat diberi sayap, supaya bisa diusir manusia dengan cepat! Sekali kibas saja."

Maka pada malam itu, Tepe Kuning pun berubah menjadi lebah. Tepe Hijau berubah menjadi lalat. Tepe Kuning si lebah, tetap rajin mencari madu dari bunga ke bunga dan mengumpulkan madunya. Suku Indian sangat menghormatinya. Sementara Tepe Hijau si lalat, selalu dikibas dan diusir setiap kali ia datang.

















sumber : majalah bobo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan