DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Bu Gerti melihat sebuah rumah di pohon saat sedang berjalan kembali dari lembah. Betul-betul tempat yang indah untuk kami tinggali pikirnya.

“Aku lelah mendengar nenek yang mengeluh tentang betapa sesaknya Sarang Lorong kami yang di bawah tanah. Kami akan pindah besok!” pikir Bu Gerti.

Ketika anggota keluarga lain mendengar rencana Bu Gerti, mereka berkata,  

“Kamu tak bisa tinggal di pohon!” teriak Bu Grasi kelinci.

“Memangnya ada apa dengan Sarang Lorong Bawah Tanah ini?” tanya Pak Gog kelinci.

Oo oooh, Bu Gerti tak peduli lagi pada protes mereka. Ia sudah yakin. Ia dan keluarganya akan pindah. Ia akan membawa pindah keenam anaknya;  Jeri, Susi, Mabel, Joni, Marti dan Teri ke rumah pohon.

Ternyata, enam anaknya suka akan tempat itu. Tempat itu tampak modern dan nyaman karena ada pintu dan dua jendela.

“Indah sekali pemandangannya,” kata Jeri.

“Aku bisa melihat sepupu kita yang sedang bermain di padang rumput!” kata Susi.

“Mereka pasti iri melihat kita di atas pohon,” kata Mabel.

Enam anak kelinci itu kini girang bermain di luar rumah baru mereka. Ada banyak makanan dan mereka sangat gembira. Mereka juga bisa tidur nyaman karena rumah baru mereka memiliki banyak ruangan.

Akan tetapi, setelah senja, mereka terbangun oleh bunyi burung-burung. Tret twet twet

“Oo, Ibu, suruh mereka berhenti berbunyi!” seru Joni.

Bu Gerti kelinci meminta burung-burung itu untuk berhenti bersiul. Namun burung-burung itu tak peduli. Itu sudah menjadi kebiasaan mereka. Selama ini, tak ada yang melarang mereka bersiul di pagi hari.  

Lalu Nero, anjing besar milik Pak Tani datang. Nero sepertinya tahu kalau ada keluarga kelinci abu-abu di atas pohon. Ia mengendus-endus di dahan dahan. Tapi akhirnya dia melompat turun dan tidak balik lagi.

Esoknya, dan esoknya lagi, dan esoknya lagi… burung-burung itu selalu bersiul setiap pagi. Keenam anak kelinci dan Bu Gerti mulai lemas karena kurang tidur.

Lalu terjadi sesuatu yang paling buruk. Pak Serigala datang dan duduk di luar pintu rumah mereka. Ia menunggu berjam-jam, siap melahap anak-anak kelinci. Anak-anak kelinci ketakutan dan bosan karena tak bisa bermain di luar rumah.

“Aku tidak suka di sini,” kata Jeri.

“Aku mau balik ke Sarang Lorong bawah tanah kita,” kata Mabel.  

“Aku juga,” kata Marti.

“Ayo kita pulang…” kata Teri.

“Ya kita akan balik,” kata Bu Gerti

Jadi setelah serigala pergi, mereka kembali lagi ke Sarang Lorong bawah tanah mereka.  

Nenek kelinci mengeluh lagi karena sarang lorong jadi penuh.

“Aku tidak bisa pikir, kenapa kita tidak bisa pergi mencari rumah yang ada ruangan untuk setiap orang,” tangis nenek. “Kita harus mencari rumah yang ada kamar untuk setiap anak!”  

Nenek terus saja mengeluh. Namun kali ini bu Gerti diam saja. Ia tahu, tak ada tempat yang lebih aman dan nyaman dibanding Sarang Lorong bawah tanah milik keluarga mereka.














Sumber : bobo.grid.id
Cerita oleh: Dok. Majalah Bobo. Ilustrasi: Novian

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan