DONGENG : Bunga Biru dari Kastil Es

 Di sebuah desa, hiduplah seorang penggembala bernama Arion. Istrinya bernama Diana. Setiap pagi, Arion menggembalakan kawanan dombanya di padang rumput. Sementara Diana menjaga anak-anak mereka di pondok sederhana mereka.

Arion selalu bekerja keras. Namun, seberat apapun ia dan istrinya bekerja, mereka selalu kekurangan makanan. Tanah di tempat mereka selalu kering dan hanya dipenuhi bebatuan.

Di sekeliling mereka, banyak gunung yang setiap tahunnya tertutup salju di musim dingin. Ketika sinar matahari memantul di salju, pemandangan di sekitar gunung menjadi sangat indah.

Salju abadi ada di sana. Mungkin di sebelah gunung salju itu, ada tanah dengan musim panas kekal sehingga bahan makanan selalu ada. Arion bercita-cita pergi ke sana suatu hari nanti.

Suatu hari, Arion menjalankan cita-citanya. Ia meninggalkan kawanan dombanya dan ia percayakan pada anjing gembalanya yang setia.

Ia lalu berjalan seorang diri ke pegunungan menggunakan tongkat. Ia berjalan menanjak cukup lama di jalan setapak menanjak.

Ia melalui padang rumput, hutan pinus, dan akhirnya tiba di bebatuan dan tebing terjal. Arion berjalan dengan susah payah sepanjang hari sampai kakinya terasa sakit.

Saat menjelang malam, ketika ia mengangkat matanya, tiba-tiba ia melihat sebuah kastil es dengan puncak menara berwarna putih salju. Puncak kastil itu berkilauan di bawah sinar matahari terbenam. Ia mengusap matanya seolah tidak percaya.

Sebuah gerbang indah di dinding kastil itu lalu berayun terbuka. Di dalamnya, ada koridor gelap panjang yang mengarah ke dalam. Arion dengan berani menyusuri koridor.

Tak lama kemudian ia sampai di sebuah aula besar yang terang benderang. Dindingnya terbuat dari kristal murni, lantainya berwarna perak, dan emas di langit-langit.

Di tengah aula, berdiri seorang wanita cantik dengan gaun yang cantik. Ia mengenakan mahkota dari tetes embun. Ia memegang buket bunga biru yang indah. Arion belum pernah melihat bunga seperti itu dalam hidupnya.

Wanita itu adalah Ratu Peri. Ia dikelilingi peri-peri lain yang adalah dayang-dayangnya.

Ketika Arion melihat semua kemegahan berkilauan itu, ia tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun dan berlutut di depan Ratu Peri. Ratu Peri melihat Arion dengan ramah dan memberi isyarat kepadanya untuk berdiri.

“Selamat datang di istanaku, hai tamu yang baik,” katanya.

“Sudah lama sekali istana ini tidak dikunjungi tamu yang berasal dari negara lain. Ketekunan dan keberanianmu patut dihargai. Pergi dan pilihlah apa pun yang kau inginkan dari kastilku. Kau bisa mengambil perak atau emas atau batu mulia, sebanyak yang bisa kau bawa…”

Arion tidak tahu apakah ia sedang bermimpi. Ia melihat ke sekelilingnya dan kemudian berkata, "Terima kasih, Ratu Peri yang baik hati. Tapi jika saya dapat memilih, maka berilah beberapa tangkai bunga biru seperti yang Ratu pegang.”

Saat itu Ratu Peri tersenyum anggun dan berkata, "Kau telah memilih dengan baik, gembala yang baik! Bunga-bunga ini adalah barang paling langka yang saya miliki." Dan ia memberi Arion buket bunga birunya.

Arion hampir saja menyentuh buket di tangan Ratu Peri, saat semua di sekelilingnya tiba-tiba menjadi gelap. Ketika ia membuka matanya beberapa saat kemudian, aula megah dan Ratu Peri serta dayang-dayangnya telah lenyap.

Arion berdiri sendiri di dekat tebing putih salju abadi. Di bawahnya, di lembah yang jauh, ia bisa melihat lampu berkelap-kelip dari pondok-pondok di desa asalnya.

Dengan buket bunga biru di tangannya, Arion berlari menuruni lereng gunung ke kawanannya. Namun saat ia sampai di padang rumput, domba-dombanya telah lenyap. Ia melayangkan pandangannya ke seluruh padang rumput, namun domba-dombanya tak ada.

“Ke mana domba-dombaku pergi?” seru Arion putus asa. Ia lalu berlari pulang.

Saat ia membuka pintu pondoknya, istrinya menatapnya seolah-olah melihat hantu. "Apakah kau benar, suamiku?" tanya Diana menangis. "Di mana kau berada sepanjang tahun ini? Aku hampir saja putus asa dan mengira kamu telah mati."

Arion sangat terkejut ketika tahu ia telah menghabiskan satu tahun penuh di istana Ratu Peri. Sementara itu, kawanan dombanya telah hilang, karena tidak ada yang merawat dan menjaga mereka. Serigala-serigala telah memakannya.

Arion lalu teringat pada hadiah yang diberikan Ratu Peri kepadanya. Arion tersenyum.

“Domba-domba telah tak ada. Tapi aku membawakanmu bunga biru. Sekarang kita tak akan merawat domba, tetapi bunga bunga biru yang cantik ini,” kata Arion sambil menunjukkan buket bunga itu kepada Diana, istrinya. Diana sangat bahagia dan terpesona melihat keindahan bunga itu.

Malam itu, Arion menanam beberapa bunga biru itu di kebun di belakang pondok. Di pagi hari, seluruh taman dan ladang di belakang rumahnya itu berubah biru dengan sejumlah bunga-bunga mungil yang cantik. Arion dan Diana mengusap mata mereka seperti tak percaya.

Mereka semakin terkejut ketika di halaman rumah mereka, muncul wanita cantik dengan gaun indah bagai semilir angin. Ia memakai mahkota dari embun-embun. Itulah Ratu Peri.

"Bunga kecil itu tidak hanya indah, orang baik," katanya, "Tapi akan menjadi berguna juga untuk penduduk desa ini. Kalian berdua akan menjadi berkat bagi banyak orang. Dari bunga ini, kalian bisa menghasilkan benang yang bisa ditenun menjadi kain yang indah. Kalian bisa memberikan banyak pakaian untuk orang-orang miskin di sekitar kalian.”

Ratu Peri kemudian memberi tahu Arion dan Diana cara membuat benang halus dari tanaman itu. Ia juga memberi tahu cara menenun benang-benang itu sehingga menjadi kain yang halus. Dan sebelum sepasang suami istri itu sempat berterimakasih, ratu pergi itu telah menghilang seperti serpihan salju.

Mereka mengingat nasihat Ratu Peri itu. Sejak saat itu, setiap musim semi, gembala yang baik itu menabur seluruh padang rumput dengan benih bunga biru. Dan setiap musim dingin, istrinya akan memutar benang tipis dari tanaman itu, dan menenun kain putih yang cantik seputih salju.

Diana dan Orion mengajari penduduk desa mereka cara memintal benang dari bunga itu, dan menenunnya menjadi kain. Akhirnya, mereka dan penduduk desa itu tidak lagi kekurangan pakaian. Mereka tidak kekurangan makanan juga.

Mereka bahkan menjadi kaya karena orang-orang kota, bahkan orang-orang dari negeri lain, datang ke desa mereka untuk membeli kain mereka dengan harga yang tinggi.







Sumber : bobo.grid.id

Cerita oleh: Dok. Majalah Bobo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan