Dongeng : Raja yang takut tua

Raja Ching terkenal baik hati. Sudah Rpuluhan tahun la memerintah kerajaannya. Kini Raja Ching sudah berusia 70 tahun. Walau sudah tua, Raja Ching masih sehat dan bugar. Namun anehnya, setelah ulang tahunnya yang ke-70 itu, Raja Ching mulai sering tampak murung. la khawatir saat melihat wajahnya yang tampak semakin tua di cermin.

Sebelumnya, Raja Ching tak pernah khawatir akan usianya. Ternyata, Perdana Menteri Chunglah yang membuat Raja Ching menjadi penuh kecemasan. "Paduka adalah raja yang sangat dihormati di kalangan raja-raja negeri lain. Jadi Paduka harus tampak gagah dan muda. Hamba sarankan untuk mencari tabib-tabib sakti. Mereka harus membuat ramuan untuk mencegah ketuaan Paduka!" nasihat Perdana Menteri Chung.

Berkali-kali Perdana Menteri Chung menasihatkan hal itu pada Raja Ching. Lama-kelamaan Raja Ching menjadi terpengaruh. Itu sebabnya ia mulai merasa cemas dan tampak murung. Setiap kali berkaca, Raja Ching merasa semakin tua.

Raja Ching tidak curiga kalau Perdana Menteri ternyata punya rencana jahat. Akibat memikirkan penampilannya, Raja Ching kini tak lagi memerhatikan keadaan rakyatnya. Sehari-hari Raja Ching hanya melayani tabib-tabib yang silih berganti datang. Semua menawarkan obat ramuan penangkal tua.
Berbulan-bulan pun berlalu. Raja Ching telah minum aneka ramuan dari puluhan tabib yang datang. Namun, Raja Ching sama sekali tidak merasa ada perubahan dalam dirinya Bahkan kini Raja merasakan keriput- keriput semakin memenuhi wajah dan tubuhnya.

Sampai pada suatu hari, datanglah seorang pemuda menghadap Raja Ching.

"Aha, tabib muda, mana ramuan buatanmu? Mudah-mudahan ramuanmu mujarab, tidak seperti yang dibawa tabib-tatib sebelumnyal sambut Raja Ching.

Pemuda itu memberi hormat dan berkata, "Ampun Paduka! Hamba bernama Wang. Sebenarnya hamba bukan seorang tabib. Hamba pun tidak mempunyai ramuan obat seperti yang Paduka kehendaki..

"Lalu apa maksudmu datang ke sini, Wang?" tanya Raja Ching heran. "Hamba sebagai salah satu wakil dari rakyat Paduka, hanya ingin menyampaikan pesan. Obat yang Paduka kehendaki itu sebetulnya sama sekali tidak ada...."

Perdana Menteri Chung yang melihat keberanian si pemuda, sangatlah kesal.

"Hai, anak muda! Lancang benar mulutmu itu!" teriaknya. "Siapa bilang obat untuk mencegah ketuaan Itu tidak ada?"

"Paduka..."ucap Wang tanpa menghiraukan teriakan Perdana Menteri, "Paduka adalah raja yang terkenal bijak. Paduka tentu tahu,

bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang sanggup mencegah ketuaan!"

Perdana Menteri tidak dapat menahan kemarahannya lagi "Pengawal, tangkap dia dan

jebloskan dalam penjara!" teriaknya "Paduka," sambung Wang tetap tenang. "Hamba rela untuk dipenjarakan karena kelancangan hamba ini. Tapi cobalah Paduka renungkan. Kecemasan dan

ketakutan justru akan membuat Paduka cepat bertambah tua Akhir-akhir ini, hanya itu, kan, yang Paduka cemaskan? Padahal kami, seluruh rakyat sangat memerlukan pikiran dan kebijaksanaan Paduka. Bagaimana kalau rakyat marah dan berontak karena Paduka tidak memikirkan mereka lagi?"

Perdana Menteri Chung semakin marah. "Pemuda ini sudah keterlaluani Pengawal, cepat tangkap dia. 

Namun, tiba-tiba Raja Ching mengangkat tangannya "Jangan tangkap dia Para pengawal kembali berdiri tegap, tak berani menentang perintah Raja Ching, Raja memandang Wang, kemudian berganti memandangi Perdana Menteri Chung "Anak muda ini benart" ujar Raja Ching tegas. "Aku hampir saja terkecoh oleh akal licik Perdana Menteri Chung Perdana Menteri terdiam dan pucat Tangannya gemetar.

Raja Ching menatap sang Perdana Menteri dengan tajam "Rupanya kau berusaha agar aku dibenci oleh rakyatku Kau nyaris berhasil membuat aku melupakan kepentingan rakyatkul Huh, betapa liciknya kau! Pengawal, tangkap Perdana Menteri jahat ini!" perintah Raja Ching.

Perdana Menteri Chung akhirnya ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara.

Kini Raja Ching kembali memimpin rakyatnya dengan adil. Raja juga tidak takut lagi untuk menjadi tua la menjadi lebih bijak karena didampingi Perdana Menteri baru yang cerdas dan jujur, yaitu Wang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan