Itik Buruk Rupa

 Di sebuah danau yang tenang, hiduplah seekor itik kecil yang berbeda dari saudara-saudaranya. Dari kecil, itik itu terlihat berbeda, dengan bulu yang kusam dan berantakan. Namun, ibu itik tetap mencintainya dengan tulus, meskipun saudara-saudaranya sering mengolok-oloknya.

"Kenapa kau selalu terlihat aneh?" ejek saudara-saudaranya dengan tawa nakal.

Itik kecil itu hanya bisa menunduk, merasa sedih dan tidak berdaya. "Mungkin aku memang tidak pantas menjadi bagian dari keluarga ini," gumamnya dalam hati.

Namun, itik kecil itu terus tumbuh, meskipun diiringi dengan ejekan dan ketidaksenangan dari saudara-saudaranya. Dia bertahan dengan keyakinan bahwa suatu hari dia akan menemukan tempatnya di dunia ini.

Bulan demi bulan berlalu, dan itik kecil itu mulai merasa semakin terasingkan. Namun, ketika musim semi tiba, sesuatu yang luar biasa terjadi. Bulu-bulunya mulai berubah, dan perlahan-lahan, itik kecil itu berubah menjadi angsa yang cantik dan anggun.

Saudara-saudaranya tercengang melihat perubahan itu. "Apa yang terjadi padamu?" tanya mereka dengan kagum.

Itik kecil yang kini menjadi angsa cantik itu tersenyum, tidak ada rasa dendam dalam hatinya. "Aku hanya menemukan diriku sendiri," jawabnya dengan lembut.

Di ujung danau, ibu itik menatap dengan bangga pada anaknya yang telah tumbuh menjadi angsa yang anggun. "Kau selalu istimewa bagiku," bisiknya dengan penuh kasih.

Dongeng ini mengajarkan kepada anak-anak tentang pentingnya menerima perbedaan dan menghargai keunikan setiap individu. Itik buruk rupa, meskipun awalnya diolok-olok, akhirnya menemukan keindahan dalam keunikan dirinya sendiri. Dan itulah pesan utama yang ingin disampaikan: bahwa kecantikan sesungguhnya berasal dari hati dan bahwa setiap individu layak mendapatkan kasih sayang dan penghargaan.

Pesan Moral Itik Buruk Rupa:

  • Mengajarkan anak-anak untuk tidak merendahkan atau membully orang lain berdasarkan penampilan atau perbedaan fisik. Perlakuan baik dan hormat seharusnya diberikan kepada semua individu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan