Dongeng : Raksasa yang Kesepian
Bombom adalah raksasa yang sangat besar di dunia. Ia juga paling tua. Semua temannya raksasa dan keluarganya telah meninggal dua puluh tahun lalu. Ia adalah satu – satunya raksasa yang tertinggal dan sangat kesepian. Tinggi Bobom sekitar 10 kaki lebih, tetapi Bombom selalu takut. Ia adalah raksasa baik hati dan ia takut kalau ia menakuti orang – orang. Sejak 20 tahun lalu, Bombom meninggalkan rumahnya di kota. Bombom tinggal di hutan karena ia merasa telah menyusahkan manusia.
Dulu, Bombom menyebabkan jalan di kota macet. Para supir sangat kaget melihatnya. Mereka berhenti mendadak dan akhirnya terjadi tabrakan. Betul – betul mengerikan. Anak – anak kecil lari darinya dan berteriak. Padahal Bobom sangat suka anak – anak. Setelah 20 tahun berlalu, orang – orang akhirnya lupa bagaimana bentuk raksasa.
Suatu hari, Bombom sangat gembira, karena ada sebuah rumah sakit anak – anak dibangun di sebelah rumahnya. Rumah sakit itu khusus untuk anak – anak yang sakit paru – paru. Itu sebabnya, mereka dirawat di rumah sakit di tepi hutan yang udaranya masih bersih dan segar. Halaman rumah Bombom sangat besar dan penuh pohon rindang. Ada air terjun indah di sana. Bo mbom tidak berani keluar terang – terangan. Ia hanya mengintip hati – hati di dinding tinggi di ujung halaman rumahnya. Ia melihat ke halaman rumah sakit di sebelah temboknya.
Di halaman itu, anak – anak yang kurang sehat itu berjemur di kursi roda. Agar tidak jenuh, kadang pesawat dan dokter mereka bermain musik. Mereka juga sering bernyanyi bersama. Bombom suka mendengarkan suara mereka yang merdu dan alat musik yang ceria. Bombom paling suka mengintip acara mereka di hari Minggu. Sang dokter akan membuka sebuah kotak kecil merah yang berisi banyak gulungan kertas. Isinya adalah permintaan lagu di sertai nama, di tujukan untuk siapa.
Kotak kecil merah itu diletakan di teras rumah sakit. Setiap malam, anak – anak boleh mengisi kotak merah itu dengan lagu permintaan mereka. Juga kepada siapa lagu ditujukan. Di hari minggunya, dokter dan perawat akan membuka kotak merah, membaca satu – persatu surat – surat di dalamnya, lalu memainkan musik sesuai permintaan di kertas – kertas itu. Walau sangat suka melihat acara itu, Bobom tetap tidak berani keluar. Ia hanya mengintip dari balik pagar. Bobom tak ingin anak – anak, dokter, dan perawat di rumah sakit itu lari ketakutan.
Nanti ia tak akan bisa melihat mereka menari dan mendengar nyanyian mereka lagi. Bombom kembali ke rumahnya. Ia tinggal kesepian dan tak pernah menulis surat. Namun ia harus menulis. Bombom lalu menulis. Pak Dokter yang baik hati, Aku dengar kau memainkan musik untuk anak – anak di rumah sakit pada hari sabtu pagi. Tolong mainkan lagu pagi yang Cerah. Dan lagu ini aku persembahkan untuk semua anak di rumah sakit. Juga untuk dokter sendiri dan para perawat yang baik hati. Dari aku, Bobom.
Pada tengah malam, Bobom menjulurkan tangannya dan memasukkan surat kecilnya ke dalam kotak kecil itu. Sabtu berikutnya, Bobom menunggu anak – anak itu berkumpul di halaman. Dokter lalu membuka surat satu persatu. Lalu memainkan musik dan bernyanyi. Bombom mendengarkan dengan hati berdebar. Akhirnya, yang ia tunggu tiba juga. Suratnya dibacakan dokter. Dokter, perawat dan semua anak terkejut, karena ada pengirim baru di dalam kotak merah itu. Pengirim baru di dalam kotak merah itu. Pengirimnya bukan penghuni rumah sakit.
Namun mereka semua gembira karena ada orang lain yang memerhatikan mereka. Lagu pagi yang cerah dimainkan dengan gembira. Anak – anak menari gembira. Perawat membantu memutar kursi roda anak – anak yang di kursi roda. Bobom juga mulai menari di balik pagar. Ia tidak mendengar musik telah berhenti. Ia terus menari. “ Itu siapa yang menari di balik pagar ?” teriak seorang anak. “ Mungkin dia yang bernama Bobom!” seru perawat. Ketika mendengar namanya, Bobom berhenti menari dan menjadi malu.
Ooo ia takut jika mereka takut padanya. Ia duduk di bawah dahan pohon dan menangis. Airmata berjatuhan di pipinya. Namun, mereka ternyatatidak takut. Semua anak di rumah sakit datang ke halaman rumah Bobom. Perawat dan dokter juga. “ Terimakasih Bobom … lagu permintaanmu sangat indah. Kami bahagia hari ini “ kata anak – anak. Bombom sangat gembira dan hampir menangis. Anak – anak itu lalu memegang tangannya. Mengajak ia duduk di halaman di rumah sakit. Untuk pertama kalinya selama 20 tahun, Bobom bisa keluar dari halaman rumah raksasanya.
Sumber : majalah bobo
Komentar
Posting Komentar