MISTERI KAIN BERSONGKET

 Anak itu bernama Naira. Dia yang pertama menyapaku saat aku masuk SD Insan Nusantara ini. Aku lega sekali, karena aku merasa canggung sebagai anak baru. Menurutku, dia sangat ramah. Namun, keesokan harinya teman-teman yang lain mendekatiku dan meminta ku menjauhi Naira. kata mereka Naira itu engga kompak. Naira mengadukan Chrisy, Theo, dan kairo yang saling menyontek. Naira juga aneh. Saat prestasi pelajaran IPS, saat anak-anak lain tidak tertarik untuk presentasi, Naira malah tampak bersemangat sekali menjelaskan detail tentang kain songket.

Dia bilang dia membawa potongan kain songket warisan keluarganya kemana pun dia pergi. Benang emas pada kain itu sudah turun temurun diwariskan dan di tenunkan ke kain songket baru saat kain songket yang lama sudah lapuk. Menurutnya, hatinya tenang jika ada kain songket itu. Sontak seluruh kelas tertawa. Naira terdiam. Sejak itu Naira mendapat julukan Naira songket.

Kucoba membela Naira, tetapi malah diancam. kalau aku memilih berteman dengan Naira, aku akan ikut di jauhi. Chrisy menggandeng tanganku dengan ramah dan bilang dia ingin menjadi sahabtku. aku pun luluh. Sejak itu, walau aku merasa bersalah, aku ikut-ikutan menjauhi Naira.

Hari-hariku berlalu dengan suka ria. Setiap hari aku dan teman-teman sekelas bersenang-senang sepulang sekolah. Entah pergi ke mal atau main internet.Ulangan dan pr kami bereskan dengan saling menyontek. Sangking kompaknya kami, guru-guru sekali tidak mencurigakan kami. Kadang aku memergoki Naira menatapku dengan pandangan sedih. Kalau sudah begitu, aku hanya bisa menunduk, tak bisa membalas tatapannya. 

Suatu malam, aku bermimpi berada di padang luas. Ada seorang gadis berambut emas yang sedang menangis. Saat kudekati, gadis itu tampak mengenakan kain songket. Dia bilang dia penunggu kain songket kuno yang di bawa-bawa Naira. Dia menangis karena sedih melihat Naira dijauhi teman sekelasnya, termasuk olehku. Padahal saat tahu akan ada anak baru, Naira sudah berharap sekali bisa bersahabat denganku. Aku tertunduk diam. Gadis itu mendekatiku. Kulitnya yang putih pucat transparan dan mata nya yang besar membuatku takut. 

"Temanilah Naira. Dia itu anak baik", bisiknya sambil mengulurkan tangan. Tangannya yang ditangkupkan di pipiku, terasa sangat dingin. Aku tersentak dan terbangun. Hari telah pagi. Hari ini giliranku mengintip soal ulangan IPA besok di ruang guru. Maka, sepulang sekolah aku mengendap-endap ke ruang guru. Biasanya jam-jam sekarang ini, guru-guru sedang salat berjamaah. Benar. Ruang guru kosong. Dengan mudah, aku menyelinap masuk dan menuju meja bu Dilla.

Saat ulangan IPA selanjutnya, Bu Dilla memberi banyak variasi soal agar kami tidak bisa saling contek. Nilai ulangan ku dan teman-temanku jelas jadi berantakan. Hanya Naira yang ulangannya tetap bagus.  Saat itulah aku memberi tahu Chrisy dan teman-temanku betapa bijaksana nya Naira. Awalnya mereka jelas tidak mau, apalgi chrisy. Dia merasa malu. Namun, kairo kepepet dimarahi mamanya akhirnya mau. Pelan-pelan, makin banya yang mau belajar bersama Naira, sampai akhirnya chrisy pun mau ikut. Ah , senang sekali rasanya. Kini kami semua berkawan dengan baik. Naira tak lagi murung dan berwajah serius. Tiba-tiba aaaaahhhhh!! aku melihat sosok gadis berkain songket di samping meja bu Dilla. Kulitnya yang pucat transparan sunggu mengerikan. 

"Kenapa kau tidak menemani Naira? Malah berteman dengan anak-anak?" bisiknya dengan tangan putih terlulur. Wuahhhh! aku menjerit ketakutan. Aku berlari keluar ruang guru dan bertabrakan dengan bu Dilla yang sedang akan masuk. Dalam ketakutan, kuceritakan semua yang telah terjadi. Bu Dilla kaget mendengarnya. Namun, beliau tidak marah malah membantuku membuat rencana agar aku, Naira, dan teman-teman sekelasku bisa rukun kembali. Aku menemui Naira diam-diam menceritakan rencana ku dan bu Dilla. Naira sangat senang mendengarnya.

Belakangan ini aku baru tahu, gadis berkain songket yang kulihat di ruang guru itu sebenarnya adalah kain songket Bu Dilla yang sedang di gantung. Hanya karena sudah keburu merasa bersalah saja, aku jadi salah lihat. Mimpiku juga pasti karena aku merasa bersalah. Mana ada roh penunggu kain songket kan? he he he he...

Teng! teng! teng! suasana SD Insan Nusantara ramai. semua murid berebud masuk ke kelas. Termasuk Naira, Chrisy, Kairo, dan Cherry, si anak baru. Gadis berkain songket itu tersenyum. Ia senang melihat Naira kini punya banya teman. Srriingggg..... Gadis itu mengikuti Naira dan masuk ke dalam tas Naira, tempat Naira menyimpan sehelai kain songoket warisan turun-temurun keluarganya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan