PATUNG KAYU PUTRI

Suatu ketika, hiduplah empat
sahabat, tukang emas, pemahat, tukang jahit, dan seorang pertapa. Suatu hari mereka bepergian bersama-sama. Di suatu senja, mereka sampai ke lapangan terbuka di tengah hutan. Karena lelah habis berjalan seharian, mereka memutuskan untuk berhenti dan bermalam di situ.
Sebelum tidur, mereka sepakat untuk bergantian jaga malam. Mereka membagi menjadi empat waktu jaga. Pemahat mendapat giliran jaga yang pertama. Berikutnya giliran tukang emas, lalu tukang jahit. Pertapa mendapat giliran jaga yang terakhir. Setelah berjaga beberapa waktu lamanya, si pemahat mulai merasa lelah. Supaya tidak tertidur, ia memutuskan untuk melakukan sesuatu, la berkeliling dan melihat sebatang kayu tumbang. Dikeluarkannya perkakas memahat dari tasnya. Kemudian ia mulai memahat. Dipahatnya batang kayu menjadi patung seorang putri yang sangat cantik.
Giliran jaganya lalu berakhir. Pemahat pun berbaring tidur. Tukang emas kini bertugas jaga. Ketika melihat patung putri yang sangat cantik, tukang emas berkata berpikir, "Sahabatku si pemahat benar- benar ahli. Patung putri ini betul- betul seperti hidup. Sekarang giliran aku menunjukkan kemampuanku. Akan kubuat perhiasan untuk telinga, leher, tangan, dan kaki untuk patung putri ini. Pasti akan bertambah kecantikannya." Tukang emas lalu membuat berbagai perhiasan. Semua dipakaikannya pada patung kayu itu.
Setelah tugas jaganya selesai, tukang emas membangunkan tukang jahit. Kini tiba giliran jaga tukang jahit, sementara ketiga temannya tidur. Waktu melihat patung kayu, tukang jahit berpikir,
"Alangkah cantiknya patung putri ini! Dan sungguh indah perhiasan yang dipakainya. Aku juga harus menunjukkan keahlianku. Aku akan menjahit gaun pengantin yang indah. Patung putri ini tentu akan bertambah anggun."
Tukang jahit segera mengeluarkan kain, jarum, dan benang dari tasnya. la segera menjahit sehelai gaun yang indah.
Kini giliran pertapa untuk berjaga di saat ketiga temannya istirahat. Pertapa itu melihat patung kayu Putri dengan kagum. Patung itu mengenakan pakaian indah serta perhiasan yang indah. Sejenak pertapa duduk bersila di tanah. la lalu bersemedi agar patung itu bisa menjadi manusia. Tak lama kemudian, patung kayu hidup dan bisa berbicara seperti manusia.
Di waktu matahari terbit, semua yang tidur terbangun. Mereka terkejut melihat patung putri itu kini hidup. Mereka semua jatuh cinta dan ingin menjadikan putri itu istri mereka. Mereka akhirnya bertengkar.
Pemahat berkata, "Akulah yang membuat putri ini. Aku memahatnya dengan tanganku sendiri, dari batang kayu tumbang. Maka dia harus menjadi istriku."Tidak bisa,"
sanggah tukang emas. "Dia harus menjadi istriku. Karena aku yang membuat semua perhiasan indah yang sekarang dipakainya."
"Tentu saja putri ini harus menjadi istriku, bantah tukang jahit, "Karena akulah yang memberinya pakaian pengantin!"
"Kalian salah semua," kata pertapa. "Putri ini tadinya hanya sebuah patung kayu belaka. Tapi dengan kekuatanku dia menjadi manusia hidup. Hanya akulah yang pantas menjadi suaminya."
Sedang mereka ramai bertengkar, lewatlah seorang bijaksana. la berhenti dan menanyakan penyebab pertengkaran mereka. Mereka pun menceritakan apa sebab mereka bertengkar. Mereka juga meminta agar orang bijaksana ini membantu membuat keputusan.
Orang bijaksana ini lalu melihat sang putri cantik itu. la lalu berkata, "Ini istriku! Kalian berempat penjahat yang menculiknya dari rumahku!"
Orang bijaksana itu malah lalu membawa keempat sahabat itu ke rumah hakim. Namun, saat melihat putri cantik itu, hakim pun berkata "Ini anak perempuanku! Kalian telah menculiknya. Kalian semua ditahan."
Setelah berkata demikian, hakim menggiring mereka semua ke hadapan raja. Kebetulan, mereka bertemu raja dan rombongannya di alun-alun kerajaan. Waktu raja melihat si putri, ia teringat pada putranya yang belum mempunyai istri. Maka raja pun berkata kepada keenam orang itu,
"Kalian siapa? Dan apa yang kalian lakukan terhadap putri ini? Ini calon istri sang pangeran, putra tunggalku! Dia menghilang dari istana bersama banyak perhiasan. Apa kalian yang menculiknya? Dan mengambil perhiasannya?"
Karena keributan ini, warga sekitar berkerumun menonton. Di antara orang banyak itu, ada seorang kakek tua. Setelah mendengar cerita orang yang bertengkar, kakek tua itu berkata,
"Sudah jelas pertengkaran ini tidak bisa diputuskan oleh manusia, bahkan oleh raja sekalipun. Di sebuah kota yang tidak jauh dari sini, ada sebuah pohon kayu besar yang sudah sangat tua. Pohon itu bernama Pohon Keputusan. Cobalah tanyakan pada pohon itu. Maka dari dalam pohon akan terdengar suara, siapa yang benar dan siapa yang salah,"
Ketujuh laki-laki itu lalu membawa sang putri pergi ke Pohon Keputusan. Setelah semua selesai bercerita, tiba-tiba batang kayu yang besar terbuka lebar. KRAAAAK... bunyinya menggelegar seperti halilintar. Sang putri masuk ke dalam belahan batang pohon. Belahannya lalu menutup kembali. Sesaat kemudian dari dalam batang kayu terdengar suara berkata, "Putri ini bukan milik salah seorang di antara kalian. Dia terbuat dari batang kayu, dan sekarang kepada batang kayu pula dia kembali."
Keempat sahabat, orang bijak, hakim, dan raja tertunduk malu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan