Dongeng : Ular Gaib dan Si Bungsu
Alkisah di kaki gunung Bengkulu, hidup seorang ibu tua dengan tiga orang putrinya. Suatu ketika, ibu tua itu sakit keras. “Ibumu hanya bisa sembuh dengan ramuan dedaunan hutan yang dimasak bara api gaib dari puncak gunung.” ujar dukun penyembuh di desa.
“Sayangnya bara itu dijaga oleh ular gaib yang ganas.” katanya lagi.
“Aku tak berani mengambilnya.” kata si Sulung
“Aku juga takut.” kata si Tengah. Hanya si Bungsu yang berani. Esoknya ia berangkat ke puncak gunung. Bumi bergetar hebat, pertanda ular gaib mencium bau manusia di dekatnya. Si Bungsu sangat ketakutan dan ingin lari, namun ia teringat ibu yang sangat dicintainya.
“Ular yang baik, bolehkah aku meminta sebutir bara api untuk mengobati ibuku?” pinta si Bungsu mendekat di Ular gaib dengan hati-hati.
“Akan kuberikan asal kau berjanji mau menjadi istriku.” jawab si Ular gaib tak diduga. Demi kesembuhan ibunya, si Bungsu menyanggupinya.
Setelah sang Ibu berangsur-angsur sembuh si Bungsu segera kembali ke sarang ular gaib untuk menempati janjinya. Betapa terkejutnya si Bungsu karena pada malam hari, si Ular gaib menjelma menjadi seorang pemuda yang gagah dan tampan.
Si Sulung dan si Tengah tak sengaja mengetahui hal ini dan sangat iri. Suatu malam mereka mencuri kulit ular gaib dan membakarnya. Mereka berharap si Ular gaib marah lalu menyakiti si Bungsu. Tetapi ternyata kulit yang dibakar justru membuat pemuda itu tidak bisa lagi berubah menjadi ular.
Dari sana semua menjadi tahu bahwa si Pemuda sebenarnya adalah pangeran kerajaan yang terkena kutukan. Sang Pangeran lantas segera membawa si Bungsu dan ibunya ke kerajaan. Sementara si Tengah dan si Sulung menolak karena malu dengan perbuatan mereka sendiri.
Komentar
Posting Komentar