Dongeng : Pangeran Jorgi yang sombong

Dahulu kala, di sebuah negeri, ada seorang pemuda yang suka menipu. Cukup banyak warga negeri itu yang pernah ditipunya.

Tak ada yang tahu nama asli pemuda itu. Tak ada yang tahu persis juga wajahnya seperti apa, karena ia sering menyamar. Warga negeri itu menjuluki pemuda itu Serigala.

Pada suatu hari, Serigala sedang berjalan di padang rumput luas negeri itu. Seperti biasa, ia memakai pakaian penyamaran seperti petani biasa. Saat itu, ia melihat seseorang yang mengendarai kuda. Ketika pengendara kuda itu mendekat, Serigala sadar kalau itu adalah Pangeran Jorgi, la adalah putra mahkota, calon penerus raja di negeri itu. Serigala menatap Pangeran Jorgi, dan mulai berpikir, bagaimana cara menipu sang pangeran.
Sementara itu, Pangeran Jorgi juga melihat Serigala. la langsung tahu kalau pemuda berpakaian petani itu adalah Serigala si penipu ulung. Pangeran Jorgi sangat girang. Pangeran yang sombong ini yakin, bisa mengalahkan kecerdasan Serigala. Maka ia pun menyapa Serigala dengan senyum mengejek "Aku tahu, kamu adalah Serigala, si penipu ulung. Tetapi, aku tidak percaya kalau kamu memang sepintar itu. Pasti orang-orang terlalu melebih-lebihkan kepintaranmul Aku Pangeran Jorgi yang terkenal cerdas di kerajaan ini! Baru melihat sekilas saja, aku langsung bisa mengenalimu!"

Serigala menunduk sopan dan berkata dengan rendah hati, "Orang- orang memang terlalu berlebihan, Yang Mulia. Tentu saja, Pangeran lebih cerdas dari saya!"
"Tak usah pura-pura sopan!

Sekarang, cobalah tipu saya! Saya ingin tahu, seperti apa kehebatanmu paksa Pangeran Jorgi. Serigala menunduk dengan wajah sedih. "Maaf, Pangeran. Sebetulnya saya bisa menipu dengan cerdas karena saya punya batu sakti. Tanpa batu itu, saya tak bisa menipu. Batu itu sekarang tertinggal di rumah," kata Serigala. 

Pangeran Jorgi terkejut, la baru tahu kalau Serigala memiliki batu sakti. Pangeran Jorgi semakin penasaran. "Kalau begitu, pulang dan ambillah batu itu sekarang. Aku juga ingin tahu, seberapa sakti batu itu! Aku yakin, walau dengan batu sakti itu, kau tak akan bisa menipukul Serigala menggelengkan kepala dan berkata, "Tapi Pangeran, saya. sangat lelah setelah berjalan kaki berhari-hari. Saya tidak kuat pulang dengan berjalan kaki." Pangeran Jorgi yang penasaran, segera turun dari kudanya. "Cepat, pakailah kudaku untuk pulang, ambil batu sakti itu, dan kembalilah ke sinil" Serigala segera mendekati kuda itu. Diam-diam, ia menendang kaki kuda dengan sepatunya yang berujung runcing. Kuda Pangeran Jorgi meringkik. Serigala buru-buru berkata,

"Kuda Pangeran takut padaku. Mungkin karena aku tidak memakai mahkota Pangeran," kata Serigala.

Pangeran Jorgi buru-buru memberikan mahkotanya pada Serigala. Penipu itu segera memakai mahkota Pangeran. Namun, ia kembali menendang kaki kuda sehingga kuda kembali meringkik. Serigala lalu berkata lagi, "Kuda ini takut padaku. Mungkin karena aku tidak memakai jubah Pangeran!"

Pangeran Jorgi tidak sadar kalau ia sudah tertipu, la pun memberikan jubahnya. Ia juga memberikan sepatunya ketika Serigala memintanya. Begitulah, akhirnya Pangeran Jorgi memberikan semua miliknya, termasuk pedang pusakanya.

Ketika Serigala sudah mendapatkan semua benda berharga milik Pangeran Jorgi, ia pun memacu kuda itu pergi dari sana. Setelah agak jauh, Serigala menghentikan kudanya dan melihat ke belakang, la berseru, "Pangeran, saya memang Serigala si penipu tercerdas di dunia. Sekarang kau telah tahu, beginilah cara saya menipu orang. Sebetulnya, orang-orang yang tertipu adalah orang-orang yang sombong seperti Pangeran!" Serigala lalu memacu kudanya lagi, dan melesat pergi. Pangeran Jorgi berusaha mengejarnya dan berteriak-teriak marah. Namun, Serigala sudah jauh dan tidak mendengarnya. Tinggallah Pangeran Jorgi yang sombong sendirian. la harus berjalan kaki untuk kembali ke istananya. Pangeran Jorgi sangat malu setelah sadar, betapa mudahnya ia tertipu. la berjanji tak akan sombong dan sok pintar lagi. 

(Diceritakan kembali oleh Joddy)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan