Cerpen : Kembalinya Putra Durhaka

Pada suatu hari, hiduplah seorang petani kaya di daerahnya. Petani tersebut memiliki perkebunan yang luas. Sang petani memiliki dua orang anak yang selalu dimanjakan dengan harta kekayaannya. Dengan kekayaan yang berlimpah disertai pelayan yang banyak, sang petani hidup bahagia dengan istri dan anak-anaknya.

Hingga pada suatu ketika anak yang lebih muda telah beranjak dewasa. Ia menjadi berani melawan ayah dan ibunya. Bahkan, ia meminta bagian dari kekayaan ayahnya. Sang ayah dan ibu selalu menasihati anaknya agar tidak berbuat demikian karena tidak baik.

Namun, bukannya mengerti, sang anak malah marah dan emosi. Ia tidak mau mendengarkan nasihat dari ayah dan ibunya. Karena terus memaksa, akhirnya sang anak mendapatkan bagian tanah yang inginkan. Setelah mendapatkan bagian, tidak menunggu waktu lama, sang anak langsung menjadikan tanah tersebut uang, dengan cara menjualnya.

Ia menjadi kaya dan memiliki banyak uang dari hasil penjualan tanahnya. Karena banyak uang, ia memiliki banyak teman. Sayangnya, seluruh temannya buruk dan hanya ingin memanfaatkan kekayaannya saja.

Temannya yang jahat memengaruhi dia untuk pergi ke negara lain dan hidup bersenang-senang di sana. Karena pengaruh buruk dari temannya, ia menjadi anak yang buruk dan jahat.

Ia menjadi bangkrut dari perusahaannya dan kehabisan seluruh uang yang dimilikinya. Ia menjadi gelandangan yang memiliki banyak utang. Karena utang yang dimilikinya, ia menjadi sangat kesulitan hidup di negara tersebut.

Dalam keterpurukannya, ia menyesali segala perbuatannya dan ingin kembali menemui kedua orang tuanya untuk meminta maaf. Kemudian ia pulang kembali ke desa tempat ia berasal dan ia bertemu dengan kedua orang tuanya.

Ia meminta maaf, dan orang tuanya memaafkannya. Akhirnya ia menjadi pemuda yang berbakti kepada orang tuanya, dan turut bekerja membantu kedua orang tuanya. Ia pun hidup dengan bahagia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan