Blog Kumpulan Karya Literasi Siswa/i TK, SD dan SMP BPK PENABUR Jatibarang
Dongeng : Raksasa dan Pangeran Labu
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
-
Pada zaman dahulu, ada sebuah keluarga miskin yang tinggal dipinggir desa. Keluarga ini belum mempunyai anak. Di dalam hutan, ada raksasa yang dikenal bisa mengabulkan semua permintaan. Karena ingin mempunyai anak, mereka pun datang ketempat raksasa itu.
“Aku akan memberikan anak. Tapi, kalian harus menyerahkan anak itu kepadaku setelah usianya dua puluh tahun,” kata Raksasa.
“Baiklah, kami sanggup menerima syaratmu,” jawab si Ayah.
“Hohoho! Baguslah. Pulanglah kalian sekarang. Dalam perjalanan pulang, kalian akan melihat sebuah labu yang besar di tengah jalan. Ambillah labu itu. Bukalah labu itu di rumah. Kalian akan mendapatkan bayi,” ucap si Raksasa.
Raksasa benar, mereka menemukan sebuah labu kuning yang besar di tengah jalan.
Sesampai di rumah, mereka membelah labu dan mendapatkan seorang bayi laki-laki kecil. Mereka menamainya Pangeran Labu.
Pangeran Labu tumbuh menjadi pemuda yang kuat dan berani. Banyak orang suka kepadanya karena suka membantu orang lain. Tubuhnya tegap dan kekar.
Tidak terasa, usia sang Pangeran hampir mencapai dua puluh tahun. Besok adalah hari ulang tahunnya yang kedua puluh.
“Pangeran Labu, ada sesuatu yang harus kami bicarakan,” ucap si Ibu. “Kau harus tau, bahwa asal usulmu yang sebenarnya adalah berasal dari sebuah labu. Dulu, kami tidak bisa mempunyai anak. Jadi, kami pergi ke Raksasa dan meminta bantuannya. Ia memberikan labu yang berisi kamu di dalamnya. Namun, Raksasa menginginkan agar kami membawamu kepadanya saat usiamu dua puluh tahun.
“Tenanglah, Ayah, Ibu. Besok, aku akan pergi menyerahkan diri kepada Raksasa. Aku akan mengalahkannya, lalu kembali kepada kalian,” ucap Pangeran Labu tegas.
Keesokan harinya, ia pergi ke tempat si Raksasa. Setelah bertemu, ia berkata, “Sebelum kau menyantapku, hadapilah aku dulu!”
Raksasa tersinggung dengan ucapan Pangeran Labu. Ia langsung mengangkat tubuh Pangeran Labu ke atas. “Hohoho. Kau pemuda pemberani, namung sayang tak punya kekuatan yang melebihi kekuatanku!”
Pangeran Labu kesakitan karena cengkraman Raksasa. Ia berusaha mengambil pedang dari dalam sakunya dan melemparkannya ke Raksasa. Raksasa kesakitan terkena pedang sang Pangeran. Pangeran labu jatuh ke tanah.
Pangeran labu lalu berlari sekuat tenaga. Raksasa mengejarnya walau dengan penglihatan yang kabur karena matanya terluka. Namun, sang Pangeran terhenti karena berada di jalan buntu. Di depannya ada jurang yang sangat dalam.
Raksasa segera menyerang dengan membabi buta. Pangeran Labu dengan cepat menghindari serangan itu. Raksasa kehilangan keseimbangan tubuhnya. Raksasa itu jatuh ke jurang yang dalam.
Pangeran Labu akhirnya selamat dari si Raksasa. Ia merasa bersyukur dan kembali kepada kedua orang tuanya.
Nasihat :Jadilah anak yang pemberani dan tidak lari dari masalah. Percayalah pada kekuatan diri sendiri.
Bu Gerti melihat sebuah rumah di pohon saat sedang berjalan kembali dari lembah. Betul-betul tempat yang indah untuk kami tinggali pikirnya. “Aku lelah mendengar nenek yang mengeluh tentang betapa sesaknya Sarang Lorong kami yang di bawah tanah. Kami akan pindah besok!” pikir Bu Gerti. Ketika anggota keluarga lain mendengar rencana Bu Gerti, mereka berkata, “Kamu tak bisa tinggal di pohon!” teriak Bu Grasi kelinci. “Memangnya ada apa dengan Sarang Lorong Bawah Tanah ini?” tanya Pak Gog kelinci. Oo oooh, Bu Gerti tak peduli lagi pada protes mereka. Ia sudah yakin. Ia dan keluarganya akan pindah. Ia akan membawa pindah keenam anaknya; Jeri, Susi, Mabel, Joni, Marti dan Teri ke rumah pohon. Ternyata, enam anaknya suka akan tempat itu. Tempat itu tampak modern dan nyaman karena ada pintu dan dua jendela. “Indah sekali pemandangannya,” kata Jeri. “Aku bisa melihat sepupu kita yang sedang bermain di padang rumput!” kata Susi. “Mereka pasti iri melihat kita di atas pohon,” kata Mabel. Enam
Betapa senangnya saya melihat Riki, adiknya Heru, teman sekolah saya. Anak laki-laki itu baru berumur delapan tahun. Lincahnya bukan main. la selalu nampak ceria. Sifatnya itu mungkin yang membuat saya jatuh sayang padanya. Sifat yang tak saya temui pada adik saya sendiri, Dani. Tentu saja saya sayang pada Dani, walau ia pendiam dan pemalu. Cuma, menurut saya, apa salahnya kalau ia bisa menyamai Riki. Adik teman saya itu laki-laki yang hebat! Kalau saya bermain ke rumah Heru dan teman saya itu tidak ada, saya tak merasa rugi. Dengan Riki pun, saya betah bermain. Anak ini cepat bisa permainan yang saya ajarkan. la tak canggung atau takut kalah bermain dengan anak sebesar saya. Riki juga tidak cengeng. Kadang kala, eh ... malah sering, saya membanding-bandingkannya dengan Dani. Padahal Mama tak setuju dengan sikap saya itu. "Kalau Adi melihat segi yang baik dalam diri Riki, semestinya Adi melihat yang baik pula dalam diri Dani!" kata Mama pada saya."Sehingga Adi tidak b
Dahulu kala ada seorang anak yang sangat baik dan pintar, namanya Ely. Ely anak yang sangat baik dan pintar. Suatu ketika peristiwa terjadi pada malam yang sunyi, ada sebuah cahaya yang masuk ke kamar Ely. Lalu Ely mengikutinya, dan sampailah di titik cahaya itu. Dia melihat sesosok wanita cantik bagaikan peri, dan ternyata itu memanglah peri yang dikirim oleh Tuhan untuk Ely. "Siapa kamu," tanya Ely. "Aku adalah peri kiriman Tuhan, Dia yang telah mengirimku untukmu, Dia mengirimku hanya untuk anak baik sepertimu, kau adalah anak yang mulia dan terpuji maka ikutlah denganku," jawab Peri "Tapi, apakah ini nyata, apakah kakak peri?" "Iya, Ely, aku memang peri, mendekatlah wahai anak baik." Tanpa berpikir lama Ely mendekat ke peri itu. Ely sungguh tidak percaya akan hal itu, tetapi dia juga senang. Peri memegang tangan Ely dengan lembut dan erat. Ely pun merasa nyaman. Tetapi, dalam sekejap Ely dan peri itu hilang dan pergi ke dunia yang berbeda. &q
Komentar
Posting Komentar