Cerpen : Ular Naga Ala Kak Meita

Suasana di taman bermain kompleks perumahan Jaya Asri cukup tegang, Sudah sejak beberapa menit, Wulan beradu mulut dengan kembarannya, yaitu Damar, karena masalah permainan di handphone.

Mereka pun saling berebut benda itu.
"Sekarang, kan, giliranku, Kak Damar, desak Wulan berusaha merebut handphone. 
"Bentar, aku naik level, nih, game snake-nya. Kalau kamu yang main, nanti kalah," ujar Damar lebih ngotot.
Beberapa anak yang lain justru menghambur menemui mereka berdua, asyik menonton perebutan handphone itu. Hampir satu menit mereka beradu mulut, tanpa ada yang melerai.
Melihat kerumunan di taman, Kak Meita pun menghampiri mereka. Kak Meita adalah salah satu warga kompleks yang sering membuka baca dongeng gratis di taman bermain itu. Ketika sapaan Kak Meita terdengar, refleks anak-anak yang lain pun memberikan jalan kepadanya untuk menghampiri Damar dan Wulan.

"Ada apa ini ramai-ramai di sini?" tanya Kak Meita ramah,

"Ini, Kak, kakakku enggak mau gantian main game-nya," jawab Wulan dengan merengek seperti kepada ibunya.

Kak Meita tersenyum menghadapi kedua anak berusia tujuh tahun itu. Usia yang berbeda beberapa menit membuat Wulan dan Damar memiliki ciri khas yang sama, yaitu tidak mau kalah.. 
Yaudah, aku pinjem dulu handphone-nya gimana, Damar?" tanya Kak Meita ramah menyodorkan tangannya. Lalu Damar pun meletakkan handphone-nya ke telapak tangan Kak Meita dengan patuh.

"Sini-sini semuanya!" ajak Kak Meita kepada anak-anak lainnya agar lebih mendekat.

"Daripada masing-masing main game di handphone, mending kita main ular naga, setuju?" tanya Kak Meita bersemangat.

Anak-anak yang lain pun bersorak, "Setuju!"

Ada delapan anak yang sudah berbaris memanjang, sementara Damar dan Wulan yang jaga sebagai gerbang.
Kak Meita sengaja memilih Damar dan Wulan untuk bersama-sama menangkap teman-temannya yang menjadi ular. Dengan begitu, kedua anak kembar itu bisa kembali kompak dan akur.

Untaian lagu ular naga pun terdengar berkali-kali. Pada lirik lagu terakhir, yaitu 'kini dianya yang terbelakang, Damar dan Wulan secara bersamaan menangkap satu persatu teman-temannya.

Setiap ada yang tertangkap, Kak Meita menyuruhnya agar mereka bercerita mengenai kegiatan sehari- hari. Satu per satu anak pun bercerita. Ada yang dimarahi ibu karena tidak mengerjakan PR, ada pula yang mendapatkan hadiah dari bungkus makanan ringan. Terakhir, penjaga gerbangnya, yaitu Damar dan Wulan yang bercerita.

"Sebenarnya, aku dan Wulan sering main bareng. Tadi pagi, kami bertanam di kebun milik Ibu. Aku yang menyiapkan pot dan memasukkan benihnya, sementara Wulan yang menyirami benihnya. Kami selalu diajarkan Ibu untuk selalu bekerja sama karena," kalimat Damar terpotong, la mencari kata yang tepat. "Karena kami bersaudara dan saling memiliki," lanjut Wulan dengan tegas. Damar pun melengkungkan senyum.

Suasana kegembiraan kembali tercipta pada sore itu.
Kak Meita berhasil melupakan ketegangan yang terjadi antara Damar dan Wulan Anak-anak yang lain pun dapat meredakan ketertarikannya untuk bermain handphone. Dengan begitu, mereka asyik bermain permainan tradisional.

"Kak Meita, besok main ular naga lagi, ya, enggak usah baca buku?" tanya Damar sambil tertawa pelan.

"Besok, kan, jadwal buku dongeng, jangan lupa datang ke taman lagi, ya, besok!" jawab Kak Meita dengan ramah

Anak-anak kompleks itu pun mengangguk setuju. Mereka menutup permainan sore dengan hati yang senang. Mereka sangat menantikan esok hari untuk bermain bersama-sama lagi, tanpa membawa handphone.




























sumber : majalah bobo 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan