Dongeng : Seorang utusan yang cerdik

Pada zaman Tiongkok dulu ada dua kerajaan yang masing-masing bernama Jih dan Cu. Kerajaan Cu sangat besar. Sebaliknya Kerajaan Jih sangat kecil. Karena itu, Raja Cu sangat memandang rendah pada tetangganya yang kecil.

Suatu ketika, Kerajaan Jih mengirimkan seorang utusan kerajaan ke Kerajaan Cu. Maksudnya untuk lebih mengeratkan hubungan kedua negara. Utusan itu bernama Yan Ying. 

Ketika Raja Cu tahu yang datang adalah Yan Ying, senanglah hatinya, karena dia tahu Yan Ying adalah seorang bertubuh pendek. Lalu direncanakanlah suatu muslihat, untuk menghina Yan Ying serta Kerajaan Jih.

Raja Cu menyuruh bawahannya membuat sebuah pintu kecil, di samping pintu istana yang megah. Pintu itu mirip pintu anjing. Maksudnya ialah, agar nanti waktu Yan Ying datang akan disuruhnya lewat pintu kecil itu sebagai ejekan.

Tibalah saatnya Yan Ying yang pendek datang. Saat itu, tak seorang pejabat pun yang menduga, bahwa Yan Ying akan berani menolak ketika disuruh lewat pintu kecil.

Yan Ying menuding pintu kecil itu seraya berkata, "Ini adalah pintu anjing. Seandainya saya datang ke negara anjing, memang seharusnya lewat pintu anjing. Tapi sekarang saya datang ke negara Cu yang besar, kenapa harus lewat pintu anjing?!"

Para pejabat pun terdiam tak dapat menjawab. Akhirnya mereka memperbolehkan Yan Ying masuk istana lewat pintu gerbang utama. 
Begitu bertemu Yan Ying, Raja Cu segera bertanya an maksud mengejek, "Apakah di negaramu tidak arang lain selain Anda?

"Tentu saja di negara saya ada banyak orang" jawab Yan Ying. "Kalau memang ada banyak orang, kenapa tidak mengutus orang lain yang datang ke sini, tapi malah mengutusmu?" tanya Raja Cu. 

Di negara saya ada satu peraturan, yaitu kalau raja di negara yang akan dikunjungi itu adalah seorang sang bijaksana, maka yang dikirim adalah utusan yang pandai. Tapi kalau raja di negara yang akan dikunjungi itu dalah raja yang tidak bijaksana, maka yang dikirim ke sana adalah utusan yang bodoh. Saya adalah orang yang bodoh di seluruh negara. Maka sayalah yang terpilih dikirim ke sini jawab Yan Ying dengan tenang dan sangat berani. 

Raja Cu sangat marah mendengar jawaban begitu. Namun karena dia sendiri yang mulai mengajukan pertanyaan yang menjebak itu, dia cuma dapat menelan amarahnya. 

Besoknya Raja Cu menjamu Yan Ying. Ketika mereka sedang makan minum dalam pesta yang sengaja dibuat mewah, tiba-tiba dua prajurit masuk membawa seorang tahanan yang tangannya terikat. Mereka datang menghadap Raja Cu. 

Raja Cu bertanya dengan nada yang dibuat terheran- heran, "Salah apakah orang ini?"

Jawab prajurit, "Orang ini datang dari Kerajaan Jih, dia telah merampok. 

Raja Cu tertawa mengejek, lalu berpaling pada Yan Ying dan berkata, "Ternyata orang dari Kerajaan Jih adalah perampok". 

Tanpa menunjukkan wajah yang marah, Yan Ying menjawab dengan tenang, "Saya pernah mendengar, bahwa jeruk yang ditanam di daerah utara rasanya manis. Tapi kalau pohon jeruk itu dipindah ditanam di selatan, rasanya akan berubah menjadi masam. Sama-sama buah jeruk, tapi disebabkan oleh tanah dan hawa udara, menjadikan rasa jeruk itu berubah. Dan pada waktu di Jih orang ini tidak merampok, tapi setelah dia sampai di negara ini, dia malah jadi perampok. Barangkali ini disebabkan oleh lingkungan di sini, sehingga dia jadi penjahat. 

Ketika mendengar jawaban ini Raja Cu marah sekali dan merasa sangat malu. Tetapi dalam hati dia sangat memuji utusan di hadapannya ini. Raja Cu yang berusaha ingin mengejek, malah berbalik jadi terejek.



















sumber : majalah bobo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan