Dongeng : Periuk Ajaib

Pak Hiro adalah seorang penjual Ubi jalar. Setiap dua hari, ia pergi ke hutan mengumpulkan beberapa keranjang ubi jalar. Sebagian besar untuk dijual. Sebagian kecil untuk persediaan di rumah, untuk ia makan bersama Istri dan kedua anaknya. la juga mengumpulkan kayu bakar untuk istrinya memasak.

Pada suatu hari, setelah mengumpulkan dua keranjang ubi jalar, Pak Hiro pun bersiap pulang. Namun sayangnya, ada pohon besar tumbang yang menutupi jalan setapak yang ia lewati setiap hari.

Pak Hiro terpaksa melewati jalan berputar yang lebih jauh. la tak pernah melewati jalan itu sebelumnya. Pak Hiro terkejut ketika melewati sebuah gubuk. Tak ada seorang pun yang tinggal di gubuk itu. Namun, ada beberapa kayu bakar yang menyala di depan gubuk, dan di atasnya ada sebuah periuk. "Apakah kau lapar?" tiba-tiba terdengar suara dari periuk itu.

Pak Hiro sangat terkejut. Ternyata itu adalah periuk ajaib. Karena memang merasa lapar, Pak Hiro pun segera menjawab, "Ya, saya sangat lapar!"

"Tunggulah sebentar. Aku akan memasak sup ayam jamur untukmu!" kata periuk itu. Tak lama, terdengar bunyi seperti air mendidih dari dalam periuk itu. Pak Hiro melongok ke dalam periuk. Tampak sup daging ayam jamur sudah matang. Aromanya sangat harum.

"Silakan makan," kata periuk itu.

Maka Pak Hiro pun memakan hidangan lezat itu dengan lahap sampai habis. Pak Hiro lalu pulang ke rumahnya membawa kayu bakarnya.

Di rumah, Bu Hiro duduk menunggu di meja makan bersama kedua putranya, Kenji dan Riku. Di meja makan terhidang sepiring ubi rebus. Biasanya Pak Hiro melahap ubi rebus yang disediakan istrinya, setelah bekerja keras mengumpulkan ubi dan kayu bakar. Namun, kali ini Pak Hiro tidak menyentuh makanan itu. "Kalian saja yang makan. Aku tidak lapar," katanya.

Begitulah, sejak hari itu, setiap kali merasa lapar, Pak Hiro pergi ke gubuk tua di hutan. la selalu meminta makanan lezat pada periuk ajaib.
"Saya lapar. Masakkan daging untukku!" kata Pak Hiro. Maka, terdengar bunyi air menggelegak dari dalam periuk. Tak lama kemudian, tercium aroma sup daging yang harum. Pak Hiro segera memakan sepanci sup daging sampai habis, lalu pulang ke rumahnya. Bu Hira, Kenji, dan Riku selalu menunggu Pak Hiro pulang untuk makan ubi rebus bersama. Namun, kini Pak Hiro tak pernah mau makan di rumah lagi. "Saya tidak lapar. Kalian saja yang makan!" Begitu selalu kata Pak Hiro. Lama-kelamaan Bu Hiro, Kenji, dan Riku merasa heran. Mereka mulai membicarakan sikap Pak Hiro.

"Ibu kenapa Ayah tak pernah makan masakan Ibu lagi? Ayah lebih sering pergi ke hutan dan tidak pernah makan apa pun sepulang dari hutan," kata Kenji. "Jangan-jangan, ada yang memberi Ayah makan di hutan," kata Riku. Suatu hari, seperti biasa Pak Hiro pergi ke hutan. Diam diam, Kenji dan Riku mengikutinya. Tak lama kemudian, Pak Hiro tiba di gubuk kosong. Seperti biasa, ia meminta makanan pada periuk ajaib itu, la menghabiskan semua makanan di dalam periuk, lalu pulang ke rumah.

Pada suatu hari, tak ada makanan sama sekali di rumah. Karena musim kering, tak ada ubi yang bagus di ladang mereka. Bu Hiro, Kenji, dan Riku merasa lapar. Pak Hiro akhirnya pergi ke danau untuk menangkap ikan. Namun, pada saat yang sama, Kenji dan Riku pergi ke gubuk kosong di hutan. "Masakkan sup daging untuk kami," kata Kenji dan Riku kepada periuk. Periuk itu pun mulai memasak. Setelah matang, kedua anak itu melahap habis sup daging yang lezat. Selesai makan, mereka mencuci periuk itu sampai bersih sehingga tidak berbau makanan lagi. Pak Hiro pulang ke rumah membawa ikan danau. Namun, ia sendiri tak mau makan apa-apa. Diam-diam, ia pergi ke gubuk di hutan. "Masakkan sup daging untukku!" perintah Pak Hiro kepada periuk ajaib.

Namun, periuk itu tak mau lagi memasak untuk Pak Hiro, sebab ia sudah sangat bersih. Pak Hiro sangat sedih dan kecewa.

Periuk itu berkata, "Ini hukuman untukmu! Kau sangat serakah! Semua makanan lezat kau habiskan sendiri!

Anak dan istrimu tidak kau beri. Mulai sekarang, kau harus bekerja keras untuk menghidupi mereka!"

Pak Hiro pun menyadari kesalahannya. Selama ini la hanya memikirkan dirinya sendiri. Pak Hiro bertekad akan menjadi kepala keluarga yang lebih baik.



























sumber : majalah bobo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan