Dongeng : Naga yang menelan matahari

Kaisar Ming duduk di singgasananya yang berhias sutra dan batu- batu permata indah. Kaisar Tiongkok itu tampak gagah perkasa, tetapi wajahnya tampak bosan. Sesekali terdengar ia mengeluh.

Saat itu, Negeri Tiongkok memang sedang dalam keadaan aman, tidak ada perang dan pemberontakan.

Rakyat pun hidup tenang. Kaisar senang. Namun, juga merasa bosan karena tak ada hal menarik yang bisa dilakukannya.

Kaisar Ming ingin mengobrol dengan istrinya. Namun, Ratu Mei Hoa tampak asyik berbincang dengan sahabat barunya, Nona Ling, seorang astronom atau ahli ilmu bintang. Sebenarnya Kaisar tidak setuju istrinya bergaul dengan Nona Ling. Namun, Ratu Mei Hoa sangat suka belajar tentang berbagai benda di langit. Menurut Kaisar, untuk apa berteman dengan seorang astronom? la hanya tahu soal benda-benda angkasa seperti bintang, bulan, dan matahari. "Astronom itu tidak bisa meramalkan apa yang akan terjadi kemudian. Aku lebih suka pada peramal!" pikir Kaisar Ming.

Kaisar Ming sendiri mempunyai seorang peramal bernama Meng. Kaisar sangat kagum pada Meng dan menuruti apa pun nasihat Meng.

Pada suatu hari, seorang pengawal menghadap Kaisar Ming, la tampak ketakutan.

"Ada apa? Apakah ada pemberontakan?" tanya Kaisar Ming bersemangat..

Pengawal berlutut di hadapan Kaisar dan melapor, "Ampun, Yang Mulia! Berita yang saya bawa ini, lebih buruk dari pemberontakan! Dunia akan kiamat, Yang Mulia! Sebab matahari lenyap!"

"Apa maksudmu?" teriak Kaisar heran.

"Matahari mendadak menjadi gelap. Permukaannya yang terang semakin mengecil, Yang Mulia!"

Kaisar bergegas pergi ke halaman istana, diikuti pengawalnya. Ternyata penghuni istana sudah berkumpul di pelataran itu. Mereka mengerumuni Meng!

Ketika melihat Kaisar Ming datang, mereka segera memberi hormat, berlutut di tanah.

"Terimalah hormat kami, Yang Mulia seru Meng mewakili yang lain.

Kaisar Ming mengangguk berwibawa.

"Yang Mulia, sebentar lagi matahari akan lenyap. Kejadian ini melambangkan akan terjadi malapetaka yang menimpa negeri kita!" tutur Meng.

"Menurutmu, apa yang harus kit lakukan?" tanya Kaisar mulai cemas

Meng diam, berpikir mencari jawaban yang tepat.

"Meng, kenapa matahari bisa tiba- tiba lenyap?"

Meng tidak menyahut. la terus berpikir. Tak lama kemudian wajahnya tampak berseri-seri.

"Hamba pikir, ada seekor naga raksasa yang ingin memangsa matahari. la ingin menghukum makhluk bumi dengan mencelakal kita. la ingin menelan sumber cahaya kita!" ujar Meng menjelaskan.

Kaisar mengangguk-angguk. la memandang ke langit. Tampak bayangan gelap menyelimuti matahari. Bayangan itu mirip kepala seekor naga. Makin lama, permukaan matahari yang terang semakin mengecil. Sisi tepinya yang kemerahan tampak tidak rata, seperti bekas digigit naga. Cuaca menjadi temaram seperti senja hari. Burung- burung berhenti berkicau. Sayup- sayup terdengar teriakan rakyat yang ketakutan.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Kita harus mengusir naga itu. Caranya dengan menabuh bunyi-bunyian. Naga itu pasti lari ketakutan!"

Kaisar itu diam mempertimbang- kan. Kemudian, ia memerintahkan pengawal untuk menyuruh rakyat membunyikan bunyi-bunyian. Pelataran istana menjadi ribut. Orang- orang sibuk menyiapkan tetabuhan. Ada gendang, tambur, terompet, dan apa saja yang bisa dibunyikan.

Setelah semua siap, seorang pengawal memberi aba-aba. Bunyi- bunyian itu mulai ditabuh. Gegap gempita bunyinya memekakkan telinga. Mendengar keributan itu, Ratu Mei Hoa berlari-lari ke luar istana. Nona Ling mengikuti di belakangnya.

"Apa yang terjadi? Kenapa ribut sekali?" tanyanya pada seorang pengawal.

"Kaisar sedang mengusir naga yang akan menelan matahari jawabnya sopan.

Ratu Mei Hoa tertegun mendengarnya. Lalu, la tertawa berderai-derai. Nona Ling hanya tersenyum kecil. Ratu Mel Hoa lalu bergegas menemui Kaisar. Kali ini, Nona Ling tidak berani mengikutinya.

"Suamiku, Paduka Yang Mulia Paduka telah ditipu. Mana ada seekor naga hendak menelan matahari?" ujar Ratu Mei Hoa pada Kaisar Ming.

Jangan asal bicara, istriku!" tegur Kaisar Ming.

Ratu Mei Hoa tetap melanjutkan penjelasannya, "Suamiku, kejadian ini adalah salah satu peristiwa alam biasa. Namanya, gerhana matahari. Bayangan bulan menutupi sebagian permukaan matahari. Itu sebabnya, tampak ada bagian matahari yang gelap dan ada yang terang, Peristiwa ini tidak berlangsung lama. Cuma butuh beberapa menit. Setelah itu matahari akan terlihat bundar lagi!" Ratu Mei Hoa menatap Kaisar Ming, lalu berkata lagi penuh sesal, "Suamiku, Anda, kan, kaisar yang pintar. Kenapa bisa ditipu peramal itu?!"

Kaisar Ming tak mampu berkata- kata. Ratu Mei Hoa segera berbalik, masuk ke dalam istana. Kaisar Ming terus memandang langit. Matahari mulai tampak bundar lagi. Bayangan gelap itu lenyap sedikit-sedikit. Kaisar Ming mengakui kebenaran penjelasan istrinya la segera memanggil Meng, peramal yang selama ini dia percaya.

"Meng, pergi kau dari sini! Jangan berani lagi menginjakkan kakimu ke istanaku, sebelum kau sepintar Nona Ling si ahli bintang itu!" teriak Kaisar Ming marah.

Meng amat ketakutan, la segera meninggalkan istana. Untung, Kaisar tidak menghukumnya. Kaisar Ming masih termangu di halaman istana. Matanya terus memandang matahari. Matahari sudah bundar dan kemerah-merahan. Hatinya memang kecewa. Namun, rasa bosannya telah hilang. Hari itu, ia telah memperoleh pengalaman yang luar biasa! Kaisar Ming malah bertekad akan belajar ilmu bintang juga agar tidak mudah bosan.




















sumber : majalah bobo 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan