Dongeng : Ikan Tak Harus Bisa Terbang. dan Burung Tak Harus Bisa Berenang

Di dalam hutan, ada sebuah sekolah yang bernama Sekolah Satwa. Di sana para hewan diajari berbagai hal seperti berenang, memanjat, berburu, kamuflase, dan banyak lainnya.

Namun, murid di sekolah itu Kemampuan mereka pun berbeda. Ada yang dapat memanjat, tetapi tak bisa berenang. bisa tetapi tak bisa berburu, sayangnya pelajaran mereka tetap sama.

Beberapa murid sudah berbicara kepada guru mereka tentang hal itu. Meskipun begitu, guru tetap acuh tak acuh terhadap pernyataan mereka. Memang ada beberapa murid yang terus berlatih pasti akan berhasil, tetapi tidak semua murid bisa seperti itu.

"Kenapa guru-guru itu selalu tidak peduli tentang kemampuan kita, sih?!" kesal Kelinci.

Burung pun menjawab ucapan temannya itu. "Sabar saja. Pasti mereka akan berubah." Sambil mengelus punggung kelinci.

Kelinci tidak terima dan ingin protes, tetapi niatnya ia urungkan, pasti Burung akan menyuruhnya sabar lagi. "T. tapi kan, hahh... sudahlah."

Terlihat monyet dan ikan yang sedang mengobrolkan sesuatu.

"Ikan, kenapa kamu sangat jago berenang sih? Aku jadi iri tau," kata Monyet yang membuat Ikan sedikit kesal.

"Ya karena habitatku di air. Kalau tidak jago berenang ya mungkin kita tidak pernah mengobrol," jawab Ikan.

"Oh iya, ya benar!"

"Kau tau? Aku juga iri denganmu yang dengan mudahnya memanjat pepohonan itu," ucap Ikan sambil memalingkan wajahnya.
-Yahh, jawabanku sama denganmu."

Lalu guru pun datang dan mengatakan mereka akan belajar berkamuflase. Bunglon yang memang hebat dalan berkamufliase senang mendengar itu, tetapi tidak dengan temannya.

Pelajaran berakhir dan Bunglon mendapat nilai tertinggi, sedangkan yang lain tidak. Guru pun marah karena hanya bunglon yang pandai berkamuflase.

"Kalian ini bagaimana sih? Satu kelas kok cuma satu yang pandai!"

Lagi-lagi hanya 'maaf yang bisa dikatakan para murid. "Hahh... saya tidak habis pikir dengan kalian!" Guru itu pun membalikkan badan lalu pergi dari situ, tetapi ada yang menahan tangan guru itu.

"Monyet?!" seru teman-temannya. Ya, Monyet yang menahan tangan guru itu.

"Maaf saya lancang. Pak, tetapi kemampuan kita kan pasti berbeda. Mustahil jika kita bisa menguasai semua pelajaran yang ada di sini." Pernyataan Monyet membuat guru marah lalu dengan paksa melepaskan tangannya dari

tangan Monyet yang menahannya. "Kamu itu apa-apaan?! Seenaknya bilang begitu kepada saya! Memang siapa kamu mengatur saya?!" Guru itu membentak Monyet yang dia rasa seenaknya terhadap dirinya.

"Tapi yang dikatakan Monyet benar, Pak. Kemampuan kita berbeda, mustahil jika kita bisa menguasai semua pelajaran. Kenapa kita harus perlu menguasai semua pelajaran jika kita sendiri tak mampu menguasainya," ucap kelinci menirukan kembali kata-kata Monyet.

Namun, gurunya langsung melesat pergi dan memandang mereka dengan sinis. Murid-murid hanya menatap kepergian sang guru dengan berpikir. "Mau sampai kapan para guru seperti itu?"

Kenapa guru kita begitu ya?" tanya Burung sambil memandang ke arah temannya.

"Entahlah."

Di sisi lain, guru tersebut kembali memikirkan kata-kata muridnya.

"Setelah dipikir-pikir, mereka memang benar ya. Kemampuan mereka berbeda, mustahil jika bisa menguasai semuanya." gumam guru sambil menatap ke atas.

"Aku jadi kasihan kepada mereka, apa sebaiknya aku meminta maaf saja ya?" Guru tersebut bergumam. Lalu dia pun pergi ke tempat muridnya berada.

"Anak-anak." Murid-murid sontak terkejut dengan kedatangan gurunya secara tiba-tiba. Mereka bahkan mengira guru itu akan memarahi mereka.

"Pak Beruang?!"

Pak Beruang terdiam sejenak, lalu berkata. "Bapak minta maaf ya. Sekarang saya tau saya salah dan tolong maafkan saya. Bapak akhirnya paham bahwa kalian semua itu berbeda-beda." Sambil tersenyum Pak Beruang duduk bersama mereka. Senyum mereka mengembang karena Pak Beruang mengatakan itu. "Tidak apa-apa, Pak! Yang penting Anda sekarang

paham dan tidak marah-marah lagi 'kan?" ucap si Burung. "Baiklah baiklah, saya tak akan melakukan itu," jawab guru.
"Janji?" kata monyet sambil mengarahkan jari kelingkingnya.
"Iya, janji." Pak Beruang pun menautkan jarinya ke jari monyet.
Setelah kejadian itu. Pak Guru Beruang meyakinkan guru yang lain untuk memisahkan murid sesuai kemampuan mereka. Awalnya para guru banyak yang menolak, tetapi akhirnya mereka juga sadar bahwa kemampuan muridnya pasti berbeda. Mereka semua pun setuju, bahkan kepala sekolah juga setuju.

Akhirnya, murid-murid tidak pernah mengeluh lagi tentang bagaimana gurunya memaksa murid untuk bisa melakukan apa saja. Para murid sangat senang akan hal itu. Mereka berterima kasih kepada Pak Guru Beruang karena sudah membantu para murid untuk meyakinkan para guru bahwa kemampuan mereka berbeda.























Sumber : Buku dongeng FABEL

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan