Cerpen : Celengan Jago Nayla

Celengan jago dari tanah liat itu sangat menggoda Nayla. Meng- untuk nukriki koin-koin yang sudah ditabungnya dalamnya. Buat jajan, Mau beli es krim kesukaannya. Buat apa lagi?

Nayla terus menimang-nimang si jago warna merah hati itu.

Bimbang tentu saja. Kalau ibu dan bapaknya tahu, bisa kena marah.

Atau uang jajan dikurangi.

"Kamu ngapain, Nay? bak Keyla, kakaknya. "Hayooo.. Mau ambil uang dari celengan ya?", tanya mbak Keyla begitu tahu Nayla menimang-nimang si jago.

Nayla nyengir ditanya mbak satu-satunya itu. Ya tentu saja

Nayla tidak bisa bohong. "Hehehe.. Lha aku mau beli es krim, mbak..", ucap Nayla.

"Alah Nay.. Kamu tadi kan sudah dikasih uang jajan sama ibu.. Sudah habis?", sahut mbak Keyla.

"Emmm iya, sudah habis.. Tadi jajan sama teman-teman.. Terus teman-teman sekarang beli es krim, mbak..", kata Nayla yang masih menimang celengannya.

"Oh, begitu.. Ya, mungkin mereka diberi uang lebih, Nay.. Kita jajan ya menyesuaikan dengan uang jajang yang diberikan oleh ibu..", mbak Keyla memberi nasehat.

"Kaya orang tua saja mbak Keyla.. Pake nasehati Nayla..", geru- tu Nayla. Mbak Keyla mengernyitkan dahinya.

"Ya, terserah kamu, Nay..", kata mbak Keyla sambil berlalu.

"Sekarang coba dibuka celengan kalian.. Dapetnya berapa. Ibu dan bapak pengen tahu..", kata ibu di suatu pagi ketika berkumpul bersama. 

"Iya.. Sana, ambil menimpali. berdua..", kata bapak kalian gan

Nayla dan mbak masing-masing. segera mengambil celengan mereka

"Ini bu, pak..", kata mbak Keyla sambil menyerahkan celengan- nya kepada ibu dan bapaknya. Kemudian diikuti Nayla yang ragu- ragu menyerahkannya.

"Kok kayaknya beratnya beda..", kata bapak sambil menimang celengan Nayla dan mbak Keyla.

"Ini coba dipegang, bu..", kata bapak sambil menyerahkan

celengan Nayla dan Keyla kepada ibu.

"Emmm.. lya.. Kok beda beratnya ya? Kan harusnya jatahnya sama..", kata ibu.

Nayla dan Keyla terdiam.

"Ayo, punya siapa yang lebih berat tadi?", tanya ibu.

"Punyaku, bu..", jawab mbak Keyla. Nayla hanya diam.

"Nayla, ada yang mau disampaikan tidak?", tanya bapak.

"Maaf pak, bu.. Uang di celenganku sering aku ambil..", ucap Nayla memberanikan diri.

"Kok diambil? Untuk apa, Nay?", tanya ibu.

"Emmm.. Untuk jajan, bu..", jawab Nayla.

"Lho, bukannya sudah dikasih uang jajan sama ibu, Nay?", tanya bapak.

"Iya, tapi teman-teman sering mengajak jajan terus pak..", jawab Nayla takut-takut. 

Ibu dan bapak menghela nafas.

"Nayla. Kamu harus belajar hemat. Uang jajan yang ibu berikan sudah banyak lho.. Masak masih kurang dan malah mengambil uang tabungan dalam celengan?", kata ibu.

"Itu tidak baik, Nay.. Kamu sudah diberi uang jajan dan uang yang harus ditabung, kan? Benar kata ibumu. Kamu harus belajar hemat. Syukur-syukur uang jajannya masih sisa dan bisa ditabung di celengan ini..", timpal bapak.

"Jangan suka seperti teman-temanmu yang boros.. Jangan meniru yang tidak baik ya, Nay..", kata ibunya.

"Iya bu, pak. Nayla janji tidak akan mengulangi lagi..", janji

Nayla kepada ibu dan bapak.

Akhirnya Nayla belajar hemat. Jajan seperlunya saja. Bahkan dia belajar menyisihkan uang jajannya untuk ditabung di celengan jago yang belum jadi dibongkar.












sumber : E-Library BPK Penabur

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan