Dongeng : Gadis Bergigi Emas

Dahulu kala, hiduplah seorang gadis yang cantik. Ia mempunyai gigi emas sejak lahir. Karena itulah ia dinamai Gimas. Ayah Gimas telah tiada, demikian pula ibunya. Sebelum ibu Gimas meninggal, ia berpesan agar Gimas menikah dengan pria bergigi emas juga. Gimas sangat patuh pada pesan almarhum ibunya. banyak pemuda melamarnya. Namun ia selalu menolaknya, karena diantara mereka tak ada yang bergigi emas. 
Pada suatu hari, Gimas memutuskan untuk meninggalkan desanya. “ Ah, aku hendak bekerja di istana raja saja. Karena tak ada seorang pemuda pun yang memenuhi keinginan ibu” batin Gimas. Pagi – pagi sekali, Gimas meninggalkan desanya. Ia menyamar seperti seorang pemuda . setelah perjalanan beberapa hari, tibalah ia di istana Raja Mahala. 
Kebetulan Raja Mahala sedang mencari pemuda untuk merawat kuda – kudanya. Gimas pun langsung diterima bekerja di istana itu . Raja Mahala menyangka ia seorang pemuda. Gimas bekerja dengan rajin. Ia memelihara kuda – kuda Raja dengan baik. Kandang kuda pun dibersihkannya, hinga tampak nyaman. 
Raja dan permaisurinya kagum kepada Gimas. “ Anak muda itu rajin sekali,” ujar Raja kepada permaisurinya .” Aku akan mengangkat menjadi pelayan istana. Biar orang lain yang menggantikannya merawat dan membersihkan kandang kuda”. Maka jadilah Gimas pelayan. Ia bertugas membersihkan kamar Raja Mahala dan permaisuri merasa sangat puas. Selama itu, rahasia Gimas belum pernah terbongkar, Namun, ada seorang pemuda yang mulai mencurigainya ! , Pemuda itu adalah Pangeran Dewala, Pewaris tahta Raja Mahala. 
“ Bunda, aku rasa Gimas adalah seorang gadis,” kata Pangeran Dewala kepada ibundanya. “ Wajahnya terlalu manis untuk seorang laki –laki !”. Permaisuri tidak percaya pada kata – kata putranya. Namun pangeran Dewala tetap yakin. Akhirnya permaisuri berkata “ Letakkan sebuah bantal dikamarnya. Jika  ia seorang  gadis, maka ia akan menggunakan bantal itu dengan  rapi”. 
Diam –diam, pangeran Dewala menaruh bantal diatas tempat tidur Gimas. Namun, saat melihat bantal itu, Gimas merasa curiga. “ Pasti Pangeran hendak mengujiku. Aku tak akan menyentuh bantal itu dan tak akan membereskan tempat tidurku !” gumam Gimas dalam hati. Keesokan harinya, Pangeran Dewala dan Ibundanya memeriksa kamar Gimas. Mereka melihat bantal itu tidak digunakan Gimas. 
Mereka melihat bantal itu tidak digunakan Gimas. Bahkan tempat tidurnya tidak rapih. “ Nah. Sekarang kau yakin, bukan ? Gimas itu seorang laki – laki !” ujar permaisuri kepada Pangeran Dewala. Pangeran tidak mau menyerah. “ Ibunda, besok akan kubuktikan kalau Gimas itu seorang Gadis. Aku akan mengajakmya berjalan – jalan ke hutan. Jika ia lebih tertarik pada bunga, pastilah ia seorang gadis. 

Tapi, jika dia seorang seorang pemuda, ia akan mengambil rumput dan menggigit – gigit nya! “ kata Pangeran Dewala. Esok harinya, Pangeran Dewala mengajak Gimas  berjalan – jalan ke hutan. Gimas sudah merasa curiga. Ia tahu Pangeran Dewala sedang megujinya. Sepanjang perjalanan, Gimas tidak memandang bunga – bunga sedikitpun . ia malah mengambil rumput dan menggigit - gigitnya. Pangeran Dewala memperhatikan seluruh tingkah laku Gimas. 
Ia kecewa karena tak berhasil menjebak Gimas. Sepulang dari hutan, Pangeran menceritakan tingkah Gimas pada ibundanya. “ Nah,sekarang kau sudah yakin kalau ia seorang pemuda?” tanya ibundanya menahan tawa. “ Belum,Bunda. Aku akan mengujinya sekali lagi. Aku akan melepaskan anjing berburu kita. Jika Gimas mengusirnya karena takut bajunya kotor, pastilah ia seorang gadis !” Permaisuri setuju akan rencana Pangeran Dewala.
“ Ya , kau boleh mengujinya sekali lagi. Tapi ini yang terakhir!” kata Ibunda Sang Pangeran. Esok paginya, Pangeran Dewala melepas anjing berburu di dekat Gimas. Gimas tak sempat lagi menghindar. Anjing itu meloncat – loncat di dekat Gimas. Kakinya yang kotor mulai mengotori baju Gimas. “ Oh, pergi! Pergi! Bajuku kotor oleh kaki mu!” teriak Gimas sambil berusaha menghalau anjing itu. 
Pangeran Dewala tersenyum mendengar teriakan Gimas. “ Nah, sekarang aku yakin! Kau pasti seorang gadis!” seru pangeran Dewala. Gimas terkejut. Rahasianya kini telah terbongkar. Gimas takut dihukum karena telah berbohong. Lekas – lekas Gimas lari ke Kandang kuda. Ia hendak pergi dari Istana dengan mengendarai kuda. Namun Gimas tak dapat melarikan diri lagi. Sebab Pangeran Dewala menghadang di Pintu kandang. “ Gimas, tetaplah tinggal bersamaku!” kata Pangeran Dewala. 
Namun tiba – tiba kuda Gimas melonjak. Pangeran Dewala pun tersepak dan jatuh. Gimas lekas –lekas turun dari kudanya. “ oh, pangeran Dewala, maafkan aku !kata Gimas sambil menolong Pangeran Dewala. Pangeran tersenyum lebar. Tanpa disangka, tampaklah gigi emasnya!.” Oh, Pangeran engkau bergigi emas!” teriak Gimas. “ Ya, Gimas, aku bergigi emas!” jawab Pangeran Dewala. 
Sejal itu, Gimas dan Pangeran Dewala jadi berteman akrab. Dan beberapa waktu kemudian Pangeran Dewala melamar Gimas menjadi istrinya. Gimas sangat bahagia, karena ia mendapatkan suami yang seperti pesan ibunya. Gimas dan Pangeran Dewalahidup bahagia sampai hari tua mereka.














sumber : majalah bobo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan