Cerpen Anak: Perkedel Sukun

 

Bobo.id - Siapa di sini yang suka makan perkedel? Kalau iya, perkedel apa yang kamu makan? 

Kebanyakan orang mengenal perkedel sebagai hidangan yang terbuat dari bahan dasar kentang yang dihaluskan.

Namun, sekarang perkedel bisa terbuat dari bahan apa saja, lo. Misalnya, ada perkedel tahu, perkedel tempe, perkedel jagung, dan masih banyak lagi.

Nah, apakah teman-teman pernah mendengar atau sudah pernah mencicipi perkedel sukun? 

Cerpen anak kali ini akan mengisahkan tentang Runi yang membawa teman-temannya menginap di rumah barunya.

Karena ada pohon sukun di halaman rumahnya, Ibu Runi mengajak ia dan teman-teman untuk membuat perkedel sukun.

Simak kisah selengkapnya di sini, yuk!

Perkedel Sukun

Cerita oleh: Sylvana Hamaring Toemon/Arsip Majalah Bobo

Runi mengajak teman-temannya untuk menginap di rumah baru mereka. Sepulang sekolah, Keyla, Naura, dan Salsa sudah siap dengan bawaan mereka. Kali ini Runi juga mengajak Nia, si anak baru.

“Aku sudah membawa kantong tidurku,” kata Nia.

“Enggak perlu. Kita, kan, bukan kemping,” sahut Naura.

“Tenang saja. Di rumah baruku ada banyak kamar, kok. Ada banyak kasur juga,” sambung Runi.

Runi dan teman-temannya memang sering menginap bersama. Selama ini, Runi yang menginap di rumah teman-temannya. Baru kali inilah teman-temannya datang menginap ke rumahnya. Tempat tinggalnya yang dulu, sebuah apartemen dengan 2 kamar, tidak cukup menampung teman-temannya.

“Selamat datang di rumah kami,” sambut Bu Dini.

“Ayo ke kamarku,” ajak Runi sambil berjalan lebih dulu.

Kelima anak perempuan itu berlarian memasuki kamar Runi. Di lantainya ada kasur lebar yang membentang. Runi memimpin teman-temannya menyerbu kasur empuk dengan seprai bergambar buah-buahan itu. Mereka tertawa dan bercanda bersama sampai terdengar suara Bu Dini.

“Anak-anak, apakah kalian mau sukun goreng?” tanya Bu Dini dari ambang pintu.

“Sukun? Apa itu, Tante?” tanya Naura.

“Kamu belum pernah makan sukun, ya? Yuk, kita coba,” jawab Bu Dini.

Mereka beramai-ramai berjalan di lorong panjang menuju dapur. Bu Dini menjelaskan tentang sukun kepada anak-anak perempuan itu. Ternyata hanya Runi dan Nia yang pernah makan sukun. Yang lain belum pernah melihat sukun, apalagi memakannya. Runi pun baru merasakan sukun belum lama setelah pindah ke rumah ini. Sukun adalah salah satu buah yang ditanam di kebun rumah itu.

“Rudi, jangan habiskan sukunnya!” bentak Runi sesaat setelah memasuki dapur.

Rudi yang dibentak diam saja. Sukun yang digoreng oleh Bu Dini sangat banyak, cukup untuk 10 orang anak yang porsi makannya banyak. Dengan santai Rudi menunjuk ke arah tumpukan sukun goreng di atas meja. Melihat sukun goreng yang masih panas itu, Runi langsung mengulurkan tangannya dan langsung mengambil 2 potong sukun.

“Runi, cuci tangan dulu,” tegur Keyla mengingatkan.

Keyla memang selalu menjaga kebersihan. Ia selalu membawa cairan pembersih tangan. Keyla memiliki koleksi botol cairan pembersih tangan yang lucu-lucu. Setiap hari ia selalu membawa botol pembersih tangan yang berbeda. Saat itu, Keyla langsung menuju ke wastafel putih di ruang makan itu. Teman-temannya yang lain mengikutinya.

“Hmmm… Enak sekali,” gumam Naura sambil mengangguk-angguk.

Advertisement by

Runi dan teman-temannya makan banyak sekali sukun goreng. Namun gorengan itu masih banyak sisanya.

“Anak-anak, kita masak perkedel sukun untuk makan malam, yuk,” ajak Bu Dini.

“Ayoooo!” sahut Runi sambil berlari ke luar rumah.

Keyla, Naura, Salsa, dan Nia heran melihat Runi. Bukankah tadi Bu Dini mengajaknya memasak? Kok, Runi malah lari ke luar rumah?

“Runi mencari bumbu di luar,” gumam Rudi pelan.

“Iya, Runi pasti mencari bumbu di luar. Di halaman rumah ini ada banyak tanaman bumbu,” kata Bu Dini menjelaskan.

Mendengar penjelasan Bu Dini, anak-anak perempuan itu segera menyusul Runi. Di kebun, mereka melihat Runi membawa keranjang rotan. Di dalamnya ada daun bawang yang masih segar. Saat teman-temannya datang, Runi sedang memetik cabai.

“Rumah barumu asyik sekali,” puji Nia yang dari tadi diam saja.

“Iya. Aku suka sekali tinggal di rumah ini. Rasanya seperti liburan setiap hari,” sahut Runi dari balik pohon cabai.

“Sepertinya cabainya sudah cukup banyak,” tegur Salsa.

Salsa selau cermat melihat keadaan. Dia adalah pengamat yang baik. Dia segera mengingatkan teman-temannya ketika melihat keranjang rotan yang dipegang Runi sudah terisi penuh oleh cabai merah.

“Pantas saja keranjangnya berat sekali he he he,” kata Runi.

Kelima anak itu berjalan beriringan, kembali menuju dapur. Di dapur, Rudi dan Bu Dini sedang menumbuk-numbuk sukun goreng. Melihat ibu dan adiknya sudah mulai bekerja, Runi pun segera bertindak. Bu Dini memang sering memasak bersama anak-anaknya. Karena sudah terbiasa, Runi segera melakukan pekerjaan lainnya tanpa diminta.

“Kami ngapain, nih? Apakah ada yang bisa dibantu?” tanya Naura.

Runi segera membagi pekerjaan ke teman-temannya. Ada yang memotong daun bawang. Ada yang mengupas bawang putih. Ada juga yang membuat sambal. Keyla yang pembersih mencuci bahan-bahan makanan itu tanpa harus diminta.

“Nah, sekarang kita membentuk perkedelnya,” kata Bu Dini.

Anak-anak itu berebutan ingin membuat bulatan perkedel. Mereka semua memakai sarung tangan plastik. Bulatan-bulatan perkedel itu diletakkan di atas nampan. Perkedel buatan mereka ukurannya bermacam-macam, ada yang besar, ada yang kecil.

Beberapa saat kemudian, perkedel sukun itu tersaji di meja makan.

“Biarpun ukurannya berbeda-beda, tapi rasanya sama enaknya! Yuuum yummm!” seru Runi.

Semua tertawa gembira menikmati perkedel sukun buatan mereka.

#MendongenguntukCerdas 











sumber : bobo.grid.id


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan