Dongeng : Lembu Jerami

Dahulu kala, hiduplah sepasang kakek nenek yang sangat rukun. Kakek Toyo bekerja di ladang orang lain sebagai buruh. Sementara Nenek Toyo biasa memintal rumput rami menjadi tali untuk di jual. Mereka hidup sangat miskin sehingga tidak bisa menabung sedikit pun. Semua penghasilan mereka habis hanya untuk membeli makanan. Suatu hari, Nenek Toyo Punya ide bagus. “ Suamiku, tolong buatkan aku seekor anak lembu dari jerami. Lumuri tubuh anak lembu itu dengan aspal”. “ Apa gunanya anak lembu semacam itu, istriku?” tanya kakek Toyo. 
Nenek menceritakan rencananya. Kakek Toyo setuju. Ia lalu mengerjakan apa yang diminta istrinya. Ia bekerja dan membuat anak lembu dari jerami. Ia lalu mengolesinya dengan aspal. Malam berlalu, dan fajar pun tiba. Nenek Toyo mengambil gerobaknya dan mendorong anak lembu jerami itu ke padang rumput dekat sungai untuk merumput. Nenek Toyo duduk di belakang bukit kecil, dan mulai memutar alat pital raminya, dan bernyanyi, “ Pergilah merumput, lembu kecil, sementara aku memintal ramiku. Pergilah merumput, lembu kecil, sementara aku memintal ramiku!” 
Sementara Nenek memutar alat pintalnya, datanglah seekor buaya besar yang licik dari sungai. “ Siapa kamu? Bicaralah!” tanya Buaya pada lembu, Nek Toyo berbisik dari jauh;” Aku anak lembu berusia tiga tahun. Aku berisi jerami dan diolesi aspal”. Buaya itu mengira anak lembu itu yang menjawab. “ Oh!” Kata Buaya, “ Kalau begitu, beri aku jerami dan aspal agar aku bisa menambal kulitku yang terluka ! “. “ Ambillah beberapa”, bisik Nenek. Buaya itu lalu menyerang san mulai mencakar aspal di tubuh anak lembu jerami. Ia menancapkan giginya ke dalam tubuh anak lembu jerami. Seluruh tubuh anak lembu itu kini menempel di tubuhnya. 
Buaya berlari pergi dengan panil, namun anak lembu jerami itu ikut terseret. Nenek Toyo berteriak, “ Suamiku, cepat tangkap buaya itu!”  Kakek Toyo bergegas menangkap buaya itu dan mengikatnya. Lalu melemparnya ke gudang bawah tanah. Kakek Toyo lalu memperbaiki anak lembu itu ke padang rumput lagi untuk merumput. Ia sendiri duduk di gundukan tanah, lalu mulai memintal rumput rami dan berkata ,” Pergilah merumput, lembu kecil, sementara aku memintal ramiku!”. 
Sementara ia memutar alat pintalnya, dari belakang hutan gelap dan dari belakang pohon pinus besar, datanglah si Musang Licik. “ Siapa kamu ? Bicaralah padaku!” tanya musang pada lembu. Nenek Toyo kembali berbisik dari jauh, “ Aku anak lembu berusia tiga tahun. Aku diisi dengan jerami dan diolesi aspal”. Musang mengira itu suara si anak lembu. “ Oh !” Kata musang , “ Jadi kamu berisi jerami dan diolesi aspal ? kalau begitu, beri aku jerami dan aspal agar aku bisa menambal buluku yang rontok!” Bujuk si Musang. “ Ambillah beberapa,” bisik Nenek dari jauh. Musang itu langsung menyerang anak lembu dan mulai mencakar aspal di tubuh anak lembu jerami. 
Ia menancapkan giginya ke dalam tubuh anak lembu jerami. Seluruh tubuh anak lembu itu kini menempel di tubuhnya. Musang berlari pergi dengan panik, namun anak lembu jerami itu ikut terseret. Nenek Toyo berteriak, “ Suamiku, cepat tangkap musang itu!” Kakek Toyo bergegas menangkap musang dan mengikatnya. Lalu melemparnya ke gedung bawah tanah. Kakek Toyo lalu memperbaiki anak lembu jerami yang rusak itu. Pada hari ketiga saat fajar, Nenek Toyo kembali mendorong anak lembu itu ke padang rumput lagi untuk merumput. Ia sendiri duduk di gundukan, mulai memintal rami dan berkata, “ Pergilah merumput, lembu kecil, sementara aku memintal ramiku!” 
Sementara ia memutar alat pintalnya, dari belakang hutan gelap dan dari belakang pohon pinus besar, datanglah seekor kelinci hutan yang kikir. Kelinci hutan kesal karena ada hewan lain di tempat ia biasa merumput. “ Siapa kamu? Bicaralah padaku!” tanya kelinci Hutan. Nenek Toyo kembali berbisik dari jauh, “ Aku anak lembu berusia tiga tahun. Aku diisi dengan jerami dan diolesi aspal”. Kelinci hutan mengira itu suara si anak lembu.” Oh!” kata kelinci Hutan,” jadi kamu berisi jerami dan diolesi aspal? Kalau begitu, beri aku jerami dan aspal agar aku bisa menambal buluku yang rontok !” bujuknya. “ Ambillah beberapa, “ bisik Nenek Toyo dari jauh. 
Kelinci hutan langsung menyerang anak lembu dan mulai mencakar aspal di tubuh anak lembu jerami. Seluruh tubuh anak lembu itu kini menempel di tubuhnya. Kelinci hutan berusaha lari dengan panik, namun anak lembu jerami itu ikut terseret. Nenek Toyo berteriak, “ Suamiku, cepat tangkap kelinci hutan itu !” Kakek Toyo bergegas menangkap kelinci Hutan dan mengikatnya. Lalu melemparnya ke gudang bawah tanah.
Kini, Kakek Toyo duduk di dekat pintu jeruji besi gudang bawah tanah. Ia tampak memasukkan benang ke jarum besar. Buaya bertanya padanya, “ Kakek, untuk apa jarum dan benang itu ?” .    “ Aku akan membuat mantel dan tas kulit buaya untuk Nenek,” Kata Kakek Toyo” .                                   “ Ooo .. jangan ambil kulitku ! Lepaskanlah ikatan aku. Aku akan membawakanmu ikan besar setiap hari ”, Janji Buaya. Maka, Kakek Toyo pun melepaskan ikatan Buaya dan membiarkannya pergi. Ia lalu melanjutkan memasukan benang ke jarum. 
Kini musang yang bertanya, “ Kakek, untuk apa jarum dan benang itu? “ Untuk membuat syal dan sandal Nenek dari bulu musang, “ Kata Kakek Toyo. “ Ohh jangan ambil buluku. Lepaskan ikatanku. Nanti aku akan membawakan ayam setiap hari untukmu,” Janji Musang. Maka Kakek Toyo pun melepaskan Musang itu. Namun ia tetap memasukkan benang ke jarum. Giliran kelinci Hutan yang bertanya. “ Aku akan menjahit topi bulu kelinci untuk Nenek,” Kata Kakek Toyo. Kelinci itu memohon dilepaskan. “ Aku akan membawakanmu sayur – sayuran setiap hari,” kata kelinci Hutan. 
Kakek Toyo pun melepaskannya. Kini, setiap hari, Buaya, Musang dan Kelinci Hutan datang mengetuk pintu rumah Kakek dan Nenek Toyo. Mereka mengantarkan bahan makanan untuk kakek nenek itu. Kini setiap hari, mereka memiliki ikan, ayam, dan sayur – sayuran. Kakek dan Nenek Toyo kini hidup dengan tenang. Anak lembu jerami diperbaiki dan kini menghiasi sudut ruang tamu mereka.     













Sumber : majalah bobo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan