Cerpen Anak: Pisang Lompat Tali #MendongenguntukCerdas
Bobo.id - Siapa di sini yang suka main lompat tali? Atau bahkan ada yang mahir melakukan olahraga satu ini?
Lompat tali adalah salah satu jenis olahraga yang dilakukan dengan cara melompat-lompat di atas tali yang kita putar.
Olahraga ini juga memiliki sebutan lain, lo. Sebagian orang menyebut lompat tali dengan nama Skipping.
Nah, cerpen kali ini akan mengisahkan tenta Chessa yang suka olahraga lompat tali. Namun, saat ia sedang asyik terjadi sesuatu padanya.
Ingin tau kelanjutannya? Simak selengkapnya di sini, yuk!
Pisang Lompat Tali
Cerita oleh: Veronica Widyastuti
“Waow, lihat, ada pisang lompat tali di lapangan!” seru Lica sambil cekikikan. Tentu saja anak-anak ikut tertawa.
Chessa melemparkan skipping7nya dan berlari meninggalkan teman-temannya.
“Ini gara-gara baju olahraga pilihan Mama!” gerutunya.
Minggu lalu, Chessa jalan-jalan ke mal sama Mama. Mama Chessa yang seorang reporter TV itu, selalu sibuk dengan pekerjaannya. Makanya, begitu ada waktu untuk jalan-jalan, Chessa semangat banget.
“Ma, beliin baju olahraga, ya? Yang lama kesempitan,” rengek Chessa.
Jadilah hari itu mereka berdua mengobrak-abrik toko-toko baju di mal. Anehnya, mereka berdua enggak pernah satu selera. Setiap Mama Chessa menunjuk satu baju, Chessa enggak mau. Giliran Chessa naksir baju yang lain, mamanya enggak mendukung. Bingung, deh!
“Chessa, ini lucu banget!” seru Mama tiba-tiba.
“Waks! Serius, Ma?” tanya Chessa sambil mengerutkan keningnya. Satu stel baju olahraga berwarna kuning ada di tangan mamanya.
“Iya. Ini cocok sama sepatu olah raga kamu yang kuning!”
“Enggak deh, Ma. Cari yang lain aja!” kata Chessa.
Mereka baru akan berdebat panjang ketika tiba-tiba handphone Mama Chessa berbunyi. Lima menit kemudian, wajah Mama Chessa tampak berubah.
“Sayang, maaf ya, Mama harus segera ke kantor. Ada tugas liputan mendadak, nih!” sesal Mama Chessa.
“Yaaa, Mama! Selalu begitu! Terus, gimana baju olahraganya?”
“Baju ini bagus, Sayang. Pas dengan kulitmu yang putih,” bujuk Mama. Tidak ada pilihan lain. Karena buru-buru, Chessa terpaksa mengambil baju itu.
Yups! Dan itulah yang terjadi. Si pisang lompat tali jadi olok-olokan buat Chessa. Grrrhhh, Chessa pengen marah, tapi enggak bisa! Kalau dia marah-marah, pasti Lica bakal tambah puas.
“Lica, kan, memang suka kayak gitu, Chess. Dia paling suka mencela baju orang lain,” hibur Fio. “Ingat enggak, dengan kasus belalang kupu-kupu?”
Mau tak mau, Chessa tersenyum. Waktu itu, ada ekskul renang. Fio pakai baju renang warna hijau yang sedikit mencolok. Lica mengolok-oloknya dan memanggilnya belalang kupu-kupu.
“Lica perlu diberi pelajaran,” kata Fio.
“Aduuuh, siapa yang tahan, sih, dengan ledekan Lica? Awalnya lucu, tapi lama-lama menyebalkan!” gerutu Chessa.
“Kita kirim Lica ke Pluto aja, deh!” kata Fio kesal. Chessa mengacungkan kedua jempolnya tanda setuju. Tak ada jalan keluar yang masuk akal. Rasanya, semua jalan tertutup batu. Chessa mengerutkan dahinya. Fio memainkan tali-tali bajunya yang berwarna kuning. Kedua anak itu berpikir keras.
“Eh!” tiba-tiba mata Fio membulat.
“Eh, apaan?” tanya Chessa penasaran.
“Kamu beli baju itu di mana, sih?” Fio balik bertanya.
“Mal Taman Bunga. Memangnya kenapa? Jangan bikin penasaran, deh!”
Fio memutar-mutar bola matanya untuk menggoda Chessa. Tentu saja Chessa makin penasaran. “Anak-anak harus kompak,” kata Fio misterius.
Huuh, Chessa kesal. Masalah ini sudah membuatnya capek. Sekarang, Fio malah ikut-ikutan mempermainkannya.
Chessa menghentakkan nafasnya lalu berlari meninggalkan Fio penuh kekesalan. Chessa marah pada Fio. Pagi sebelum pelajaran olah raga berikutnya, perut Chessa mulas. Dengan kesal, dilemparnya baju kuning yang disiapkan mamanya.
Chessa memilih mengaduk-aduk lemari mencari baju olahraga lamanya yang kekecilan.
“Ini dia!” seru Chessa sambil menarik kaos warna biru dan celana hitam dari sela tumpukan baju. Chessa menjejalkannya ke dalam tas, ketika tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang membuatnya shock berat.
“Mamaaa!” jerit Chessa histeris.
“Kenapa baju olahragaku bolong?” Air mata Chessa mulai menitik.
“Wah, mungkin Mbak Rara teledor waktu menyetrika. Kamu, kan, sudah beli yang baru. Kenapa enggak bawa yang baru?” tanya Mama Chessa heran.
Perasaan Chessa campur aduk. Mama selalu mendidiknya untuk jadi anak perempuan yang tangguh. Mama enggak mungkin mau mengerti dengan ejekan pisang lompat tali yang diterimanya.
Waktu semakin mendesak. Mama mulai tidak sabar.
“Ayo Chessa, jangan seperti anak kecil! Mama hampir terlambat, nih!”
Sambil mengusap air matanya, Chessa mengambil kembali baju olah raga barunya yang berwarna kuning dan memasukkannya ke dalam tas. Kali ini Chessa pasrah. Chessa terpaksa harus menyerah pada Lica. Seperti nasehat Mama, Chessa harus tangguh. Chessa harus tahan menghadapi ejekan pisang lompat tali. Yang pasti, Chessa tidak boleh menangis. Chessa sudah bertekad bulat!
Tapi, hei, apa itu? Mata Chessa terbelalak waktu keluar dari ruang ganti. Pisang lompat tali bertebaran di mana-mana.
Mau gabung dengan klub Pisang Lompat Tali?” tanya Fio genit.
Chessa sampai enggak bisa ngomong apa-apa. Dia cuma bisa menatap Fio. Lalu keduanya cekikikan. Chessa geli melihat teman-temannya beramai-ramai memakai baju olah raga warna kuning seperti yang dipakainya.
“Lica, kamu juga mau bergabung dengan klub Pisang Lompat Tali?” tawar Fio sambil mengedipkan mata.
Gluk! Lica hanya bisa menelan ludah. Satu sama untuk Lica!
sumber : bobo.grid.id
Komentar
Posting Komentar