“Legenda Danau Lipan”

 “Legenda Danau Lipan”

Seorang ratu bernama Ratu Aji Bidara Putih memerintah Negeri Muara Kaman. Tak sediki raja, pangeran, dan bangsawan yang datang hendak mempersuntingnya, namun selalu saja ditolak.

Hingga suatu hari, sebuah kapal besar dari Tiongkok berlabuh di Muara Kaman. Kapal tersebut milik seorang pangeran kaya di Tiongkok.

Tujuan kedatangannya ke Muara Kaman tentu saja untuk meminang Ratu Aji Bidara Putih.

Sang Pangeran membawa banyak cendera matayang sangat mewah karena terbuat dari emas.

Semua itu dipersembahkan untuk Ratu Aji Bidara Putih. Sambil memberikan cendera mata, mereka menyampaikan maksud pinangan kepada Ratu Aji Bidara Putih.

Kali ini, sang Ratu tak langsung menolak. Sebaliknya, ia meminta waktu untuk berpikir. Kemudian, para utusan kembali ke kapal.

Setelah para utusan pergi, Sang Ratu memanggil punggawa kepercayaannya.

“Paman, malam nanti selidikilah pangeran itu,” perintah sang Ratu.

Malamnya, Si Punggawa melaksanakan perintah Ratu. Ia menaiki kapal dengan waspada, dan menghindari para penjaga. Sampai akhirnya, ia berhasil menemukan bilik si Pangeran.

Bilik itu masih terang, tanda Sang Pangeran masih terjaga. Si Punggawa mengintip ke dalam dan tampak Sang Pangeran sedang berbincang dengan salah seorang prajuritnya.

Rupanya, Sang Pangeran berencana menaklukkan Muara Kaman dengan pura-pura menikahi Ratunya. Mendengar berita mengejutkan itu, Punggawa bergegas pergi agar dapat memberi tahu junjungannya.

“Jangan mengada-ada kau Paman!” tegur Ratu setelah mendengar laporan Punggawa padanya.

“Saya tidak mengada-ada, Ratu! Pembicaraan mereka sangat jelas,” jawab si Punggawa. “Pangeran itu memiliki niat yang buruk.”

Keesokan pagi, utusan Pangeran kembali untuk meminta jawaban dari Ratu. Sang Ratu segera menolak mentah-mentah lamaran sang Pangeran. Mendengar hal itu, Pangeran amat murka dan segera memerintahkan prajuritnya untuk menyerang Muara Kaman.

Para prajurit Muara Kaman mulai terdesak. Para prajurit sang Pangeran sudah semakin dekat dengan istana. Sang Ratu mencoba untuk tetap tenang agar bisa berpikir.

Setelahnya, ia mengucapkan doa sambil mengunyah sirih. Lalu, kunyahan itu ia lemparkan ke arena pertempuran.

Tiba-tiba, sirih-sirih tersebut berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang sangat banyak. Lipan tersebut kemudian menyerang para prajurit Sang Pangeran.

Para prajurit itu menjadi kalang kabut dan segera berlarian kembali ke kapal. Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu.

Lipan-lipan itu sampai membalikkan kapal hingga tenggelam. Kini, tempat bekas tenggelamnya kapal tersebut oleh penduduk Muara Kaman diberi nama Danau Lipan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan