Dongeng Anak: Raja Pohon Maple #MendongenguntukCerdas
Bobo.id - Siapa di sini yang pernah melihat pohon maple?
Pohon maple dikenal karena bentuk daunnya yang khas. Bahkan daun maple dijadikan sebagai simbol di bendera negara Kanada, lo.
Tahukah kamu? Ternyata ada dongeng seru yang menceritakan tentang pohon maple, lo.
Simak kisah selengkapnya berikut ini.
Raja Pohon Maple
Cerita oleh: Arsip dan dokumentasi Majalah Bobo
Tidak hanya manusia yang punya raja dan kerajaan. Pohon dan gunung juga punya. Mereka mengatur alam dengan baik, bahkan kadang lebih bijak dari manusia. Dahulu kala, ada seorang manusia dan istrinya yang melihat sendiri betapa bijaknya raja pohon.
Manusia ini bernama Pak Boris. Ia dan istrinya tak punya apa-apa selain rumah dan pekerjaan mereka sendiri. Sehari-hari, Pak Boris bekerja dengan palu dan alat ukir. Sementara Bu Boris bekerja merapikan pondok dan halaman. Mereka sangat bahagia walau hidup miskin.
Suatu hari, Pak Boris perlu kayu untuk pesanan patung ukiran. Ia lalu pergi ke hutan. Bu Boris juga ikut untuk mencari jamur. Hari itu sungguh cerah. Pohon bergerak oleh angin dan embun berkilau. Banyak jamur segar di sana. Tak lama, Bu Boris berhasil dapat satu keranjang penuh jamur. Namun Pak Boris belum menemukan yang ia inginkan.
Mereka terus masuk sampai ke hutan yang terdalam. Dan akhirnya, Pak Boris menemukan pohon yang ia anggap cocok untuk ia ukir menjadi patung.
Di puncak bukit itu, tampak tumbuh sebatang pohon maple tinggi. Pohon itu lurus menjulang, dan bagian atasnya berkilau bagai mahkota raja.
“Itu dia pohon yang aku butuhkan!” seru Pak Boris girang.
Ia mengambil kapak dari pundaknya dan mengangkatnya tinggi ke atas, siap menebang pohon maple itu. Namun, sebelum kapaknya turun, tiba-tiba saja pohon maple menguap. Ia menggerakkan mahkota keemasannya dan berkata dengan suara manusia,
“Biarkan aku hidup dalam damai, pria baik. Aku akan memberimu hadiah!”
Pak Boris sangat terkejut karena pohon itu bisa bicara. Dia membiarkan kapaknya jatuh dari tangannya dan bertanya, “Bagaimana caranya kau memberiku hadiah?”
Pohon itu menggerakkan daun-daun keemasannya dan berkata, “Lihatlah ke akar-akarku. Kau akan temukan hadiahmu. Gunakanlah sebaik mungkin, dan jangan kembali ke sini lagi!” ujar Pohon Maple.
Pak Boris segera berjongkok dan menyibakkan daun-daun kering di dekat akar pohon. Betapa terkejutnya ia saat melihat sebuah kendi yang terkubur tanah. Hanya bagian atasnya yang terlihat, penuh dengan koin emas.
“Istriku, lihatlah!” seru Pak Boris girang.
Ia dan istrinya segera menggali kendi itu dan membawa pulang semua koin emas di dalam kendi itu ke rumah.
Dalam sekejap, mereka menjadi orang kaya di desa itu. Mereka membangun rumah yang lebih besar, membeli peternakan, dan mempunyai beberapa pelayan. Kini mereka tak perlu susah payah bekerja lagi.
Kemujuran mereka bukan itu saja. Tak lama kemudian, kepala desa meninggal dunia. Penduduk desa harus memilih kepala desa yang baru. Akhirnya, mereka sepakat memilih Pak Boris, karena dialah yang paling kaya di desa itu.
Setelah seminggu Pak Boris menjadi kepala desa, Bu Boris menjadi sombong dan tak puas. Ia merasa bosan hanya menjadi istri kepala desa. Maka katanya pada Pak Boris,
“Suamiku, bawalah kapakmu dan kembalilah ke hutan, tempat si Pohon Maple yang mempunyai kendi emas. Mintalah padanya kendi emas yang lebih besar, aku lelah hanya menjadi istri kepala desa!”
Pak Boris tidak membantah. Ia pun tergoda untuk menjadi orang yang lebih berkuasa. Ia segera membawa kapaknya dan pergi ke hutan. Beberapa saat kemudian, ia tiba di puncak bukit, tempat Pohon Maple besar tumbuh.
Pak Boris bersiap-siap mengangkat kapaknya untuk menebang.
Namun sebelum kapaknya turun, tiba-tiba saja pohon maple menguap. Ia menggerakkan mahkota keemasannya dan berkata dengan suara manusia,
“Biarkan aku hidup dalam damai, pria baik. Apakah kau tidak merasa cukup?”
Pak Boris si kepala desa berkata dengan kapak tetap terangkat ke atas, “Uang tidak akan pernah cukup. Istriku lelah menjadi istri kepala desa. Ia ingin lebih…”
Pohon itu menggerakkan daun-daun keemasannya dan berkata, “Lihatlah ke akar-akarku. Kau akan temukan hadiahmu. Gunakanlah sebaik mungkin, dan jangan kembali ke sini lagi!” ujar Pohon Maple.
Pak Boris segera berjongkok dan menyibakkan daun-daun kering di dekat akar pohon. Ia menemukan sebuah kendi lagi yang lebih besar dan terkubur tanah. Hanya bagian atasnya yang terlihat, penuh dengan koin emas. Pak Boris segera membawa pulang koin-koin emas itu.
Mereka lalu membeli rumah baru di kota. Mereka juga membeli kereta kuda dan mempunyai banyak pelayan. Mereka telah lupa pada cara hidup dulu ketika mereka masih miskin.
Tak lama kemudian, gubernur kota itu meninggal dunia. Warga kota memerlukan gubernur baru. Akhirnya, mereka memilih Pak Boris sebagai gubernur, karena dialah yang paling kaya di kota itu. Bu Boris mendapat kehormatan yang lebih tinggi, namun ia tetap tak merasa puas.
“Suamiku, bawalah kapakmu dan kembalilah ke hutan, tempat si Pohon Maple yang mempunyai kendi emas. Mintalah padanya kendi emas yang lebih besar, aku lelah hanya menjadi istri gubernur!”
Pak Boris lagi-lagi tidak membantah. Ia pun tergoda untuk menjadi orang yang lebih berkuasa. Ia segera mengambil kapaknya dan menyembunyikannya di dalam jubah gubernurnya yang mewah. Ia membawa kapak itu ke hutan. Beberapa saat kemudian, ia tiba di puncak bukit, tempat Pohon Maple besar tumbuh.
Pak Boris bersiap-siap mengangkat kapaknya untuk menebang.
Namun sebelum kapaknya turun, tiba-tiba saja pohon maple menguap. Ia menggerakkan mahkota keemasannya dan berkata dengan suara manusia,
“Biarkan aku hidup dalam damai, pria baik. Apakah kau tidak merasa cukup?”
Pak Boris si kepala desa berkata dengan kapak tetap terangkat ke atas, “Uang tidak akan pernah cukup. Istriku lelah menjadi istri gubernur. Ia ingin lebih…”
Pohon itu menggerakkan daun-daun keemasannya dan berkata, “Lihatlah ke akar-akarku. Kau akan temukan hadiahmu. Gunakanlah sebaik mungkin, dan jangan kembali ke sini lagi!” ujar Pohon Maple.
Pak Boris segera berjongkok dan menyibakkan daun-daun kering di dekat akar pohon. Ia menemukan sebuah kendi lagi yang lebih besar lagi dan terkubur tanah. Pak Boris segera membawa pulang koin-koin emas yang sangat banyak itu.
Kini Pak Boris dan Bu Boris menjadi orang yang paling kaya di kerajaan itu. Mereka membeli rumah bagai istana di pusat kota, membeli kuda-kuda mahal, dan punya banyak sekali pelayan. Semua hal yang tak pernah mereka impikan dahulu.
Sayangnya, semua itu tetap belum cukup bagi mereka. Ketika penasihat raja meninggal, raja memanggil semua warga kehormatan. Mereka ingin mencari penasihat raja yang baru. Dan akhirnya, dipilihlah Pak Boris, karena ia yang paling kaya dibandingkan warga kehormatan lainnya. Kekayaannya bahkan hampir menyamai raja sendiri.
Dalam setahun itu, si tukang kayu berhasil menjadi penasihat raja yang terpercaya. Namun istrinya tetap belum merasa cukup. Ia ingin tinggal di istana dan menjadi ratu. Maka ia berkata pada Pak Boris, suaminya,
“Suamiku, bawalah kapakmu dan kembalilah ke hutan, tempat si Pohon Maple yang mempunyai kendi emas. Mintalah padanya kendi emas yang lebih besar, aku lelah hanya menjadi istri penasihat raja!”
Pak Boris lagi-lagi ikut tergoda untuk menjadi orang yang paling berkuasa. Ia segera membawa kapaknya di bawah jubah kehormatannya, dan pergi ke hutan. Beberapa saat kemudian, ia tiba di puncak bukit, tempat Pohon Maple besar tumbuh.
Pak Boris bersiap-siap mengangkat kapaknya untuk menebang.
Namun sebelum kapaknya turun, tiba-tiba saja pohon maple menguap. Ia menggerakkan mahkota keemasannya dan berkata dengan suara manusia,
“Biarkan aku hidup dalam damai, pria baik. Apakah kau tidak merasa cukup?”
Jawaban Pak Boris sama seperti yang sebelumnya. Dan Pohon Maple pun menyuruhnya mengambil hadiahnya di tempat biasanya. Pak Boris menemukan kendi yang sangat sangat besar berisi koin emas.
“Gunakanlah dengan baik, dan ini terakhir kalinya aku berkata padamu. Jangan kembali lagi ke sini!”
Pak Boris membawa pulang koin-koin emas itu. Kini mereka lebih kaya dari raja. Mereka membangun kastil yang lebih indah dan lebih mewah di seberang istana raja. Bahkan mereka punya lebih banyak pelayan.
Tak lama kemudian, raja pun wafat dan tidak punya keturunan. Para penasihat raja berunding. Tak lama, mereka memutuskan untuk mengangkat Pak Boris sebagai raja, karena kekayaannya bahkan sudah melampaui seorang raja.
Sayangnya, Bu Boris yang kini sudah menjadi istri raja, tetap saja tidak merasa puas.
“Suamiku, bawalah kapakmu dan kembalilah ke hutan, tempat si Pohon Maple yang mempunyai kendi emas. Mintalah padanya kendi emas yang paling besar. Aku tak ingin hanya menjadi ratu manusia. Aku ingin menjadi ratu atas gunung, air, hewan, batu, bunga dan pohon!”
Seperti biasa, Pak Boris tidak membantah. Ia membawa kapaknya dan kembali ke tempat Pohoh Maple besar. Ketika ia siap menebang, Pohon Maple pun menguap. Ia menggerakkan mahkota keemasannya dan berkata dengan suara manusia,
“Biarkan aku hidup dalam damai, pria baik. Apakah kau tidak merasa cukup?”
Pak Boris si kepala desa berkata dengan kapak tetap terangkat ke atas, “Uang tidak akan pernah cukup. Istriku ingin menjadi ratu atas gunung, air, hewan, batu, bunga dan pohon!”
Pohon itu mendengus dan daun-daunnya gugur dari pohonnya. Namun ia tidak berkata apa apa. Ia merendahkan dahannya bagai lengan dan mengangkat Raja Boris dan ratunya ke udara. Ia melempar, menerbangkan mereka ke udara.
Di udara, suami istri itu berubah menjadi burung. Salah satu dari mereka masih memakai mahkota di kepala dan menyembunyikannya di lubang pohon karena malu. Dulu, orang-orang menamakan kedua burung itu hoopoe.
Ketika musim panas, kedua burung itu sering berteriak sedih di hutan. Mereka seperti mencari kerajaannya yang hilang. Kini orang-orang menamakan burung jenis itu burung cuckoo.
Bagaimana dengan Pohon Maple besar itu? Dia adalah raja dari pohon maple. Ia berdiri anggun di tengah hutan, menaikkan kepalanya yang bagai mahkota keemasan. Tak ada orang yang pernah menemukannya lagi.
#MendongenguntukCerdas
sumber : bobo.grid.id
Komentar
Posting Komentar