Cerpen: Gigi Dita

 "Dita, jangan lupa gosok gigil" pesan mama Dita setelah Dita selesai sarapan.

"Iya, Ma!" sahut Dita seraya pergi ke kamar mandi. Mula-mula ia mengambil sikat giginya yang berwarna merah. Lalu air untuk berkumur. Serta tak lupa menaruh sedikit odol pada sikat giginya.

Tak lama kemudian, Dita pun sudah mulai menggosok giginya. Mula-mula gigi bagian atas. Dari atas ke bawah. Kemudian gigi bawah. Dari bawah ke atas. Ya, Dita rajin menggosok gigi. Setiap pagi dan malam ia tak pernah lupa menggosok gigi.

"Aduuuh!" tiba-tiba terdengar teriakan Dita. "Ada apa, Dit?" Mama Dita masuk ke kamar mandi.

"Gigi Dita berdarah, Ma!" Dita seraya menunjukkan deretan giginya yang putih dan kecil.

Mama melihat gigi Dita dengan seksama. Lalu menggoyangkan gigi bagian depan. Dan ...

"Aduuuh!" sekali lagi Dita mengaduh kesakitan. la lalu berkumur sekali lagi.

"Tuh, Mama, sih! Sekarang darahnya semakin banyak," Dita melihat ke kaca. "Eeeh... Maaa, gigi Dita hilang satuuu.." teriak Dita sangat terkejut. Air mata Dita mulai berjatuhan.

"Dita..., sudah besar kok menangis?" ujar mamanya sabar. "Tadi Mama memang mencabut gigi Dita yang sudah sangat goyah. Ini giginya!" Tampak mamanya memegang sebuah gigi kecil.

"Yaaaah, kenapa Mama cabut?" tanya Dita, sambil terisak. "Dita kan jadi ompong."

Mamanya tersenyum dan menjelaskan dengan sabar.

"Yang Mama cabut ini adalah gigi susu. Gigi yang mulai tumbuh pada waktu Dita masih bayi. Kira-kira ketika Dita berumur 6 bulan. Gigi itu tidak sekuat gigi Mama yang besar-besar ini," mamanya memperlihatkan giginya.

"Gigi susu Dita ini hanya akan bertahan sampai Dita berusia enam atau tujuh tahun. Nah, pada seusia itu, gigi susu akan tanggal satu per satu. Jadi Dita tidak usah marah dan risau. Karena Dita akan mendapat gigi baru. Nah, gigi baru nanti harus kamu rawat dengan baik. Karena tak ada gantinya. Ya, kecuali kalau Dita mau memakai gigi palsu seperti

Nenek" goda mamanya. Dita masih saja menangis.

"Tapi, Ma! Dita malu pergi ke sekolah. Dita pasti ditertawakan teman-teman," Dita mengeluh.

"Sudahlah... Ayo, cepat, Dit! Sudah hampir pukul 7.00, lo! Nanti kau terlambat," seru mamanya.

Dengan enggan Dita keluar dari kamar mandi. Matanya masih sembab. Kalau saja hari ini tak ada ulangan IPS, Dita tak akan masuk sekolah. la ingin tinggal di rumah saja sampai gigi barunya tumbuh. Namun, Dita tahu, ia akan ketinggalan pelajaran kalau terlalu lama tidak masuk sekolah. Dengan langkah berat, Dita lalu berangkat ke sekolah.

Siang harinya, pukul 11.00 Dita sudah pulang sekolah.

"Ma, tadi tidak jadi ulangan!" lapor Dita. "Bu

Ndari hanya menanyakan beberapa pertanyaan."

"Dita bisa menjawabnya?" tanya mamanya. Dita menggelengkan kepala. "Dita tidak angkat tangan untuk ikut menjawab. Dita takut kalau rahasia Dita ketahuan."

"Rahasia? Rahasia Dit?" apa

"Begini, Ma! Di sekolah tadi, Dita sama sekali tidak bicara. Waktu istirahat, Dita makan roti sambil tutup mulut dengan sapu tangan juga. Mama tahu kenapa?" tanya Dita.

Mamanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"lih, Mama! Kan biar teman-teman tidak tahu kalau Dita ompong!" ujar Dita sambil masuk ke kamar.

Mamanya tersenyum dan mengikuti Dita ke kamar.

"Jadi, itu rahasia Dita? Ompong?" tanya mamanya.

mengangguk sambil meletakkan tasnya di meja.

Mamanya merangkul Dita dan membawanya ke depan cermin. Mamanya lalu menjelaskan, "Dita, semua anak pasti akan ompong. Jadi, Dita tak usah malu. Gigi susu itu harus lepas untuk memberi tempat pada gigi tetap yang akan tumbuh. Coba Dita lihat di cermin! Di gusimu sudah ada gigi baru itu. Terlihat, masih kecil."

Dita lalu melihat ke cermin, memeriksa ompongnya. Benar apa yang dikatakan mamanya. Di gusinya telah ada sebuah gigi yang mulai menyembul. Ah, Dita senang sekali.












sumber : majalah bobo edisi 38

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan