Cerpen : Congklak persahabatan

     Dua sahabat Inas dan Delia sedang asyik bermain congklak pada hari minggu yang cerah. Delia terkenal sebagai pemain congklak yang andal dan terkenal di SDN Penanggungan, karena ia selalu menang. Hari ini empat kali bermain bersama Delia, empat kali pula Inas kalah dan akhirnya wajahnya dicoret tepung. Dalam permainan ini, yang kalah wajahnya di coret dengan tepung. 

    "Aku enggak mau kalah lagi, sudah empat kali aku kalah Del," kata Inas.

    Delia mengerutkan kening heran. "Lo, kenapa, Nas? Kita, kan, baru main empat kali, masa sudah mau nyerah? Enggak seru, nih!" ujar Delia.

    "Enggak, ah. Wajahku sudah penuh tepung, nih!" Inas mencari-cari alasan karena kesal kalah terus.

    "Sekali lagi, yuk. Ayolah!" bujuk Delia menata biji congklak.

    Akhirnya, Inas mengiyakan ajakan Delia, namun dalam hati Inas terbesit harus menang dalam kesempatan ini. Diam-diam, Inas merencanakan perbuatan curang. Inas mengambil lebih biji congklak agar nanti Inas menang dan mengalahkan Delia.

    "Delia, bisa bantu mama sebentar?" pinta mama Delia yang sedang berjualan di warung depan rumahnya.

    "Sebentar ya, Nas! aku melayani pembeli dulu," pamit Delia beranjak menuju warungnya.

    Saat itulah pikiran curang Inas dimulai. Ia mengambil lebih biji congklak milik dirinya. Ketika Delia datang, Inas berpura-pura masih bermain. Mereka terus bermain. Akhirnya, Inas pun memenangkan permainan ini.



    "Selamat, ya, Nas. Kali ini kamu bisa mengalahkanku," ujar Delia.

    "Aku pulang dulu, ya, Del," kata Inas hendak berpamitan pada Delia.

    "Oh, tunggu, jangan lupa bawa congklak ini. Aku pernah berjanji kalau ada yang berhasil mengalahkanku, aku mau memberikan congklak ini. Untuk menjadi juara, kamu harus berlatih terus.

    "Kamu calon juara, Nas! puji Delia menyerahkan congklaknya kepada Inas.

    "Ta...tapi...Del..." kata Inas terbata-bata. Inas tidak dapat melanjutkan perkataannya karena merasa menyesal.

    Esoknya sepulang sekolah, Inas mengembalikan congklak pemberian Delia. Inas merasa tidak enak dan merasa bersalah pada sahabatnya itu karena telah berbuat curang sehingga Delia memberikan congklak miliknya.



    "Del, ini aku kembalikan congklakmu," kata Inas.

    Delia terlihat bingung. Itu, kan, sudah kuberikan untukmu, Nas."

    Inas menggeleng pelan. "Enggak, aku nggak pantas kamu beri ini. Maafkan, aku curang demi menang. Sejujurnya, aku kesal kalah terus, jadi kemarin aku mengambil biji congklakmu saat kamu sedang membantu mamamu. Aku sadar ini bukan sportif. Aku minta maaf."

    Sementara Delia hanya tersenyum mendengar penuturan Inas. "Hmmm... berani mengakui kekalahan, itu sudah termasuk sikap sportif, lo, Nas. Karena kamu sudah jujur, anggap saja itu pemberianku sebagai congklak persahabatan kita."

    "Wah, terima kasih Delia," tutur Inas senang. Inas berjanji tidak akan curang lagi agar persahabatannya dengan Delia terjaga utuh selamanya.

----












sumber : majalah bobo edisi 25, 22 september 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan