Dongeng Anak: Sapu Terbang Jenny

 


Bobo.id - Hai teman-teman, pasti sudah tidak sabar menunggu dongeng anak hari ini, ya?

Dongeng anak hari ini berjudul Sapu Terbang Jenny.

Yuk, langsung saja kita baca dongeng anak hari ini!

----------------------------------------

“Uuh, dasar sapu jelek! Ayo cepat terbang! Aku hampir terlambat nih!" teriak Jenny pada suatu sore.

Saat itu ia ingin menghadiri pesta ulang tahun Fiona, teman sekelasnya di sekolah penyihir.

Namun, sapu itu tetap ngambek. Akhirnya Jenny menyerah. Ia melempar sapunya dan masuk ke dalam rumah.

"Lo, kok tidak jadi pergi?" tanya Mama pada Jenny.

"Sapu itu kumat lagi, Ma. Dia tak mau terbang," keluh Jenny.

"Maukah Mama mengantarku?" tanya Jenny penuh harap.

"Maaf, sayang, tidak bisa. Sapu terbang Mama sedang dibawa George untuk menjemput Bibi Mathilda," kata Mama.

Jenny tampak kecewa dan beringsut masuk ke kamarnya. Mama memandangnya tersenyum dan melanjutkan membuat kue cokelat.

Jenny merenung di kamarnya. Dia membayangkan teman-temannya. Saat ini mereka pasti sedang bersenang-senang.

Jenny heran. Mengapa Bibi Mathilda memberinya sapu butut itu sebagai hadiah ulang tahunnya tahun lalu.

Mulanya sapu itu baik-baik saja. Tapi baru beberapa minggu Jenny memilikinya, sapu itu sudah mulai banyak tingkah. Sudah beberapa kali sapu itu menjatuhkan Jenny dalam perjalanan ke sekolah.

Tidak jarang ia jatuh ke kubangan lumpur sehingga ia datang ke sekolah dalam keadaan belepotan lumpur. Untung Bu Poppy, gurunya, selalu membuatnya bersih kembali dengan bantuan sihir.

Sebagai gadis penyihir berusia sepuluh tahun, tentu banyak hal yang belum Mampu dilakukannya.

"Bruk!" terdengar suara yang begitu keras, yang membuyarkan lamunan Jenny. Ia mengintip ke halaman melalui jendela kamarnya untuk melihat apa yang terjadi.

Ternyata tadi itu suara koper-koper Bibi Mathilda yang jatuh dari sapu terbang Mama. la melihat Bibi Mathilda sedang memeluk Mama.

"Ayo, masuklah. Aku sudah membuat kue cokelat kesukaanmu dan teh hangat," ajak Mama.

Mereka masuk ke dalam rumah. George, kakak Jenny, menyusul di belakangnya sambil membawa koper-koper.

Dari kamarnya, Jenny mendengar Mama dan Bibi Mathilda tertawa-tawa di meja makan. Entah apa yang mereka bicarakan.

"George! Jenny! Kemarilah anak-anak manis...." Terdengar suara Bibi Mathilda memanggil.

Tak lama, kedua anak itu sudah duduk manis di sebelahnya. Mereka mengerti, kalau Bibi memanggil dengan nada seperti itu, pasti mereka akan diberi sesuatu.

Dan benar saja. Bibi Mathilda mengeluarkan bungkusan besar dari dalam tasnya yang berwarna biru tua.

"Ini, aku membawa banyak permen untuk kalian. Aku membelinya di toko permen terbaik di kotaku. Tapi ingat, anak-anak, jangan kalian habiskan sekaligus agar tidak sakit gigi," ujarnya.

"Terima kasih," ujar George dan Jenny bersamaan.

"Bibi, bolehkan aku menanyakan sesuatu?" tanya Jenny takut-takut.

"Tentu saja, sayang. Apa yang mau kau tanyakan?" jawab Bibi dengan heran.

"Mengapa sapu yang tahun kemarin Bibi berikan padaku tidak pernah mau menuruti kata-kataku? Dia selalu memberontak," keluh Jenny.

"Bukankah aku sudah memberitahumu tentang keistimewaan sapu itu?" tanya Bibi. Jenny menggeleng kuat-kuat.

Bibi Mathilda menepuk dahinya. "Ya, ampun, maafkan aku, Jenny. Begini, sapu ini hanya akan menurut pada tuannya kalau dia dirawat dengan baik oleh tuannya itu. Apakah kau rajin membersihkan dan menyimpannya dengan baik?" tanya Bibi pada Jenny. Jenny menggeleng dengan malu-malu.

"Nah, sekarang cobalah merawatnya. Pasti dia akan menjadi sapu yang manis dan penurut. Bibi sengaja memberikannya padamu agar kau belajar merawat barang-barangmu," kata Bibi.

"Kau kan sudah mulai besar, jadi sudah sepantasnya menjaga barang-barangmu. Kasihan kan Mama, kalau ia harus selalu mengurus semua kebutuhanmu, padahal banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan," lanjut Bibi dengan bijaksana.

"Anak-anak, tolong bantu Mama menyiapkan makan malam. Sebentar lagi Papa pasti pulang!" teriak Mama dari dapur. Segera saja mereka menghampiri Mama.

Seminggu kemudian, kata-kata Bibi Mathilda terbukti. Jenny mulai bisa mengendalikan sapunya karena ia membersihkannya setiap hari dan menyimpannya dengan baik.

Kini, ia bisa bepergian dengan sapunya tanpa takut jatuh. Bahkan ia menjuarai lomba mencari benda tersembunyi dengan sapu terbang.

Tentu saja ia berhasil, karena kini sapunya adalah sapu terlincah di sekolahnya. Ia tidak lupa mengirim surat pada Bibi Mathilda dengan burung hantu kecilnya untuk memberitahunya tentang ini semua.













sumber : www.google.com

(Diceritakan oleh Amelia Kurniawati)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan