SERBA-SERBI : Kebudayaan Suku Bugis: Sejarah, Kesenian, dan Ciri Khasnya

 


Kebudayaan suku Bugis dapat teman-teman pelajari dari sejarah, kesenian, dan ciri khasnya.

Suku Bugis sendiri adalah salah satu suku yang ada di Pulau Sulawesi, khususnya mendiami Sulawesi Selatan.

Mereka tersebar di sejumlah wilayah, antara lain Kabupaten Bone, Sinjai, Sidrap, Pinrang, Barru, Pare-Pare, Bulukumba, Sopeng, Wajo, dan Luwu.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang suku Bugis dan kebudayaannya, teman-teman bisa menyimaknya melalui pembahasan berikut ini. Yuk, simak agar wawasan kita bertambah.  

Sejarah Suku Bugis

Suku Bugis ini termasuk dalam ras Deutro Melayu atau Melayu Muda, yaitu populasi yang bermigrasi pada gelombang kedua dari dataran Dongson di Vietnam Utara.

Populasi ini memasuki Nusantara melalui Asia Selatan pada Zaman Logam sekitar 3.000 hingga 1.200 Sebelum Masehi.

Lalu, kenapa mereka dinamakan suku Bugis? Menurut manuskrip Sure’ Galigo, Bugis berasal dari kata To Ugi. To Ugi ini merujuk pada raja pertama di Pammana, Wajo, yang bernama La Sattumpugi.

To Ugi berarti pengikut Raja La Sattumpugi. Selain itu, kerajaannya pun semakin berkembang, mulai dari Kerajaan Bone, Makassar, Soppeng, dan Wajo.

Selain itu, menurut manuskrip Sure’ Galigo juga, awal mula dihuninya negeri Bugis adalah dimulai dari Dewa dari Botinglangi’ bertemu dengan We’Nyelli timo dari Buri’liung di Tana Luwu

Selanjutnya, mereka pun mengahsilkan ratusan keturunan dewa yang hidup dalam enam generasi, serta membentuk kerajaan-kerajaan yang ada di Sulawesi Selatan. 

Kesenian 

Kesenian suku Bugis dapat teman-teman ketahui melalui tarian daerahnya, yaitu. 

1. Tari Paduppa Bosara 

Biasanya ditarikan saat kedatangan tamu dan sebagai ucapan selamat datang dari suku Bugis. 

2. Tari Pakarena 

Tari ini awalnya hanya ditarikan di depan para keluarga bangsawan, tapi sesuai perkembangannya, tari ini dapat dipertunjukkan di kalangan rakyat. 

3. Tari Mabadong 

Tari ini hanya dilakukan ketika upacara kematian sebagai wujud berduka kehilangan keluarga. 

4. Tari Pagellu 

Tari ini biasanya dilakukan untuk menyambut pahlawan yang baru kembali dari medan perang dan membawa berita kemenangan. 

5. Tari Mabbissu 

Tari ini dilakukan oleh orang-orang yang kebal ketika upacara adat diselenggarakan. Mereka akan mempertunjukkan kesaktian dan keunikan yang mereka miliki. 

Ciri Khas Suku Bugis

1. Bahasa  

Untuk berkomunikasi sehari-hari, suku Bugis menggunakan bahasa dan aksara sendiri, yaitu Lontara.

Disebut Lontara, karena dulunya aksaranya ditulis pada daun lontar dan menggunakan alat tulis tajam yang berisi tinta hitam.

Sama seperti wilayah lainnya, Bahasa Lontara ini juga mempunyai beberapa dialek, yaitu Bone, Makassar, Soppeng, dan Wajo, Dentong, Pattinjo, Maiwa, Wani, Kaluppang, dan masih banyak lainnya. 

2. Budaya Merantau 

Suku Bugis terkenal suka dan berani merantau ke wilayah lain, jauh dari kampung halamannya.

Selain merantau ke wilayah Indonesia, suku bugis juga merantau hingga ke luar negeri.

Budaya merantau ini sudah ditanamkan sejak abad ke tujuh belas dan delapan belas.

Pada saat itu, mereka akan merantau menggunakan kapal layar yang mempunyai sistem tali layar pinisi. 

3. Kelebihan Suku Bugis 

Selain unggul dalam merantau dan mampu beradaptasi dengan komunitas lain. Suku Bugis juga mempunyai kelebihan dalam bidang pertanian, perikanan, kelautan, dan perdagangan.

Hal ini karena mereka menganut nilai-nilai budaya bernama Siri na Pesse atau harga diri dan pedas atau keras.

Artinya, masyarakat suku Bugis harus pintar mengatur emosi, dalam kepedihan atau kesusahannya.

Orang Bugis yang tidak menganut Siri na Pesse ini berarti ia tidak mempunyai rasa malu, kepedulian sosial, dan harga diri.

Nilai budaya ini terus ditanamkan kepada generasi muda suku Bugis, sebagai pedoman hidupnya. 

Nah, itulah penjelasan lengkap mengenai kebudayaan suku Bugis yang ada di Sulawesi Selatan.

Mulai dari sejarahnya hingga ciri khas suku Bugis yang suka merantau, serta menjunjung harga diri dan rasa malu. 
























Sumber : bobo.grid.id

(Sumber foto: Annisa Almunawarah/commons.wikimedia.org)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan