DONGENG : Dua Hutan
dahulu kala, ada sebuah hutan besar yang terbagi menjadi dua bagian. hutan bunga dihuni oleh peri-peri dan hutan belukar dihuni para penyihir. hutan bunga ditumbuhkan aneka bunga warna-warni dan kupu kupu cantik. sedangkan hutan belukar ditumbuhi pohon pohon lebat dan belukar
penghuni kedua hutan itu tidak pernah mau saling berkunjung peri-peri menganggap penyihir adalah makhluk jahat. sementara penyihir menganggap peri peri adalah makhluk sombong yang bodoh.
dihutan belukar, ada satu anak yang berpenampilan unik. namanya marp. kedua orang tuanya sudah meninggal sejak ia masih kecil.
konon ibu marp berasal dari keturunan peri, sementara ayahnya keturunan penyihir. itu sebabnya marp mempunyai sayap seperti ibunya, namun kulitnya tidak berkilau keemasan seperti bangsa peri, kulit marp bewarna putih susu seperti kulit ayahnya dan kulit penyihir lainnya
seorang penyihir yang baik hati bernama nenek pipo, memelihara marp sejak masih kecil.
marp tidak punya teman, bangsa penyihir tidak menyukainya karena ia keturunan peri. marp ingin sekali pergi dari hutan peri tempat asal ibunya. namun kulit marp yang putih pucat itu mudah terbakar bila terkena sinar matahari. marp akhirnya hanya bisa melihat hutan peri dari balik rimbunan belukar, dihutan peri yang indah penuh bunga, marp sering melihat peri-peri berkulit keemasan bercanda riang.
suatu senja saat sedang mengintip hutan peri tanpa sengaja hutan peri, tanpa sengaja marp melihat ada peri dewasa yang sedang terbang, ia membawa peri kecil.
"tolooong..toloong...aku diculik!" teriak peri kecil itu
"percuma kamu berteriak! tidak ada peri didekat hutan belukar ini! kecuali penyihir-penyihir jahat yang akan memakanmu!" kata peri dewasa itu. "kalau ayahmu memberi satu kantong uang emas, baru kau aku kembalikan ke istana!" kata peri itu lagi.
"lepaskan aku! tolong!" marp iba melihat peri kecil itu. ia mengeluarkan ketapel dan membidik sayap peri dewasa itu, PLETAK!
"Akkh!" peri dewasa itu kesakitan dan memegang sayapnya. peri kecil terjatuh dari gendongannya
BRUK! peri kecil itu tergeletak di tanah.
peri dewasa tadi segera terbang pergi. marp menghampiri siperi kecil ternyata sayapnya patah karena terjatuh tadi. marp mencoba membangunkannya, namun peri itu tidak bangun, marp lalu bermaksud membawanya pulang agar diobati nenek pipo, namun tubuh peri yang bercahaya keemasan itu membuat tubuh marp kesakitan. marp akhirnya berlari pulang untuk mencari selimut. ia lalu kembali lagi dan membungkus tubuh peri itu dengan selimut.
marp akhirnya berlari pulang dulu untuk mencari selimut. ia lalu kembali lagi dan membungkus tubuh peri itu dengan selimut. marp lalu membawanya pulang ke rumahnya. nenek pipo membantu marp membaringkan peri kecil itu ditempat tidur. mereka berdua lalu mengobati luka disayap peri itu
tak lama kemudian, peri itu terbangun. ia sangat terkejut dan takut saat melihat marp dan nenek pipo yang sedang merawatnya.
"mengapa aku ada disini? dimana aku?" tanya peri kecil itu gemetar.
"jangan takut peri kecil. namaku marp. dan ini nenekku, nek pipo. aku melihatmu jatuh dari gendongan peri jahat yang menculikmu. aku yang membidik peri penculik itu. sayapmu terluka dan aku membawamu pulang kerumah nenekku ini. kami mengobatinya. lihatlah sayapmu sudah mau sembuh" kata marp peri kecil itu melihat balutan di sayapnya kini ia tidak takut lagi
"minumlah obatmu ini" kata marp lagi.
peri kecil itu langsung meminum obat buatan nek pipo itu. ia lalu bercerita, "aku pangeran japo putra dari raja hutan peri. peri jahat tadi menculikku dan ingin minta emas tebusan pada ayahku" cerita pangeran japo.
ia lalu melihat marp dan heran. "marp mengapa kamu memiliki sayap seperti aku? tapi mengapa kulitmu putih susu seperti kulit para penyihir?" tanya pangeran japo.
dengan sedih marp bercerita tentang ayah ibunya yang sudah meninggal sejak ia kecil.
"ibuku dari bangsa peri dan ayahku dari keturunan penyihir. nek pipo yang memelihara aku sejak aku kecil" cerita marp.
mendengar cerita marp pangeran japo jadi iba. saat malam tiba dan semua penghuni hutan tertidur pangeran japo membangunkan marp lalu mengajaknya ke hutan peri.
marp harus memakai pakaian panjang dan bertudung agar kulitnya terlindung saat berdekatan dengan pangeran japo yang bercahaya.
walau masih malam pangeran japo membangunkan ayahnya, raja hutan peri. ia memperkenalkan marp yang telah menolongnya. ia juga bercerita tentang keompok peri jahat yang ingin menculiknya
raja sangat iba mendengar kisah marp ia lalu memanggil tabib istana untuk membuat ramuan agar kulit marp bisa tahan dengan cahaya terang.
tabib dari hutan peri segera membuat ramuan khusus itu. "oleskan ramuan salep ini ke tubuhmu" kata tabib itu pada marp.
perlahan marp membuka jubah panjang dan tutup kepalanya. ia mengoleskan ramuan salep itu ke seluruh tubuhnya. pamgeran japo membantunya.
beberapa saat kemudian kulit marp terasa sejuk . kulitnya tidak lagi merasa panas saat berdekatan dengan bangsa peri. marp mennagis bahagia.
raja hutan peri lalu mengajak marp untuk tinggal di istana. sebagai anak angkatnya dan sebagai kakak angkat pangeran japo.
nek pipo juga ikut diboyong ke istana. sejak itu peri peri penghuni hutan peri dan para penyihir penghuni hutan belukar, hidup rukun dan tidak saling curiga. di hutan penyihir memang ada penyihir jahat namun banyak juga penyihir baik seperti nek pipo. dan dihutan peri banyak peri baik namun ada juga peri jahat seperti peri yang ingin mencuik pangeran japo.
Sumber : Majalah Bobo Edisi 44 | 03 Februari 2022
Komentar
Posting Komentar