CERPEN : Waktu Panen

Biasanya, ketika Dipta dan Tia mengunjungi Kakek dan Nenek, mereka bermain dan bersenang-senang saja. Namun kali ini mereka diajak ikut memanen buah dan sayur di ladang. Dipta dan Tia sangat senang. Apel merah dan pir sangat indah untuk disentuh dan dilihat. Mereka memetik buah yang besar dan ranum, lalu memasukkannya ke dalam keranjang. Semua pohon tampak berbuah lebat.

Mereka juga memanen wortel dan beet. Mereka menariknya dari tanah.  Mengeluarkan kacang-kacang polong matang dari kultnya juga menyenangkan. Mereka paling suka memetika jagung. TREK! Terdengar bunyi indah waktu jagung itu patah di batangnya. Anak-anak tetangga Kakek dan Nenek ikut memanen ladang itu juga.

Setelah itu, masih banyak yang harus mereka petik lagi. Matahari  perlahan makin terik dan panas. Lengan Tia mulai sakit karena memetik.

Punggung Dipta juga pegal karena membawa keranjang- keranjang penuh. Mereka membawa hasil ladang dan memberikannya pada Nenek. Setelah itu, mereka beristirahat.

Sambil menunggu Nenek memasak, mereka semua bercakap-cakap di teras. “Aku pikir, Kakek terlalu banyak menanam tanaman di ladangnya ini!” kata Tia pada Kakek. “Iya betul.Tanaman Kakek juga terlalu banyak jenisnya!” kata Dipta.

Saat itu, terdengar bunyi bel yang dibunyikan Nenek. Kakek tersenyum sambil berkata, “Menurut Kakek, ini waktunya kalian makan malam!”

Tia dan Dipta masuk ke dalam rumah bersama para anak tetangga laki dan perempuan yang sudah menolong mereka panen tadi. Di meja besar, terlihat seperti hidangan pesta.

Dan itu adalah pesta. “Semua ini berasal dari buah-buahan dan sayuran yang kalian petik tadi,” kata Nenek. Ada jeli, ayam, dan kue cokelat cake. Betul-betul makanan yang lezat semua.

Kakek bertanya, apakah kalian pikir aku menanam terlalu banyak jenis? “Tidak!” kata Tia. “Ini betul-betul cukup!” Dipta dan Tia tidak berpikir Kakek terlalu banyak menanam pohon di tiap jenisnya.

Karena mereka melihat beberapa wortel di piring besar dan berkata, “Ooo.. kita punya wortel besar lagi. Dan masih ada banyak lagi besok. Tunggu sampai dipetik, dimasak dan dimakan!”



Sumber : bobo.grid.id
Cerita oleh: Dok. Majalah Bobo. Ilustrasi: Joko

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan