CERPEN : Liburan Unik
Putri mengikuti ekskul berenang dan paduan suara di sekolah. Ia juga ikut les matematika dan piano. Karena kegiatannya padat, Ibu membelikannya handphone agar Ibu mudah memantau kegiatan Putri. Kalau tidak ada ekskul dan pulang lebih cepat, Putri juga bisa menghubungi Ibu agar bisa dijemput lebih cepat.
Sayangnya, kegunaan utama handphone itu jadi berubah. Putri jadi sering sekali bermain game di handphone. Ia sampai tidur terlalu malam dan susah dibangunkan di pagi hari. Kadang, Putri malah lupa membuat PR karena terlalu asyik main game.
“Putri, Ibu terpaksa menyita handphone kamu. Kalau pulang sekolah lebih cepat, kamu minta ijin pakai telepon TU saja, untuk menelepon Ibu,” tegur Ibu suatu hari. Rupanya, Ibu sudah jengkel karena Putri seperti tak peduli pada larangan Ibu.
“Kalau nilai-nilai ulangan kamu sudah membaik, baru handphone ini Ibu kasih kamu lagi. Kamu harus belajar atur waktu dulu, dan tidak ketagihan main game di handphone,” kata Ibu lagi.
Putri agak kesal pada Ibu. Namun Putri juga tahu, ia sudah melalaikan tugas-tugas sekolahnya. Putri juga tak ingin ketinggalan pelajaran.
“Maafkan Putri, Bu…” hanya itu yang bisa Putri ucapkan dengan lesu.
Di hari-hari berikutnya, Putri berusaha tidak mengingat-ingat game yang sering ia mainkan. Namun, Putri malah jadi murung. Di saat liburan sekolah tiba, ia juga tidak bersemangat. Itu karena Ibu mengusulkan liburan tanpa gadget.
Untunglah, di hari kedua liburan, ada kejutan untuk Putri. Tante Tiwi, sepupu Ibu, datang dari Bali.
“Tante sengaja datang untuk menjemputmu, Put. Kamu liburan di rumah Tante, yuk. Kita akan bermain seru!” ajak Tante Tiwi penuh semangat.
Putri jadi tertawa. Tante Tiwi sebetulnya seumuran Ibu. Namun gayanya sangat lincah seperti anak muda. Putri suka pada Tante Tiwi, karena Tante Tiwi menganggap Putri seperti temannya.
“Jangan bengong aja, Put! Kalau mau ikut, cepat masukkan perlengkapanmu di koper. Bajunya tidak usah banyak-banyak. Nanti beli di Ubud saja. Di penginapan Tante juga ada butik kecil. Kamu bisa pilih sendiri baju-baju batik Bali. Gratis,” ujar Tante Tiwi lagi seperti penjual. Tante Tiwi memang punya penginapan di Ubud. Yang menginap biasanya turis-turis asing.
Putri melirik ibunya yang hanya tersenyum geli melihat semangat Tante Tiwi.
“Tidak usah lirik-lirik ibumu. Ibumu sudah mengijinkan kamu pergi. Tapi katanya, terserah kamu, mau ikut atau tidak,” kata Tante Tiwi lagi.
“Ibu sudah mengijinkan?” tanya Putri terkejut sambil melihat ibunya. Ibu mengangguk. Putri berlari memeluk ibunya.
“Terima kasih, Bu…” ujar Putri. Ia tak menyangka, walau nilai raportnya kurang bagus, Ibu mengijinkannya liburan ke Bali.
Putri segera berlari ke kamar. Ia menurunkan koper kecilnya. Lalu memasukkan beberapa helai baju. Perjalanan ke Bali dengan pesawat terasa menyenangkan bagi Putri. Sepanjang jalan, Tante Tiwi terus bercerita.
“Dulu, waktu Tante dan ibumu masih SMP, kami berdua disekolahkan di Jakarta dan tinggal di asrama. Kalau soal menari, sebetulnya ibumu lebih pandai menari. Tapi ibumu pemalu. Tante lebih berani mengajari teman-teman di asrama menari Bali. Jadi setiap Sabtu sore, anak-anak perempuan di asrama menari Bali bersama Tante,” cerita tante Tiwi ceria.
Beberapa jam kemudian, Putri dan Tante Tiwi sudah tiba di bandara Ngurah Rai. Mobil dari penginapan Tante Tiwi sudah siap menjemput. Tak lama kemudian, mereka tiba di penginapan tante Tiwi di Ubud.
Putri belum pernah datang ke Ubud. Penginapan milik Tante Tiwi memiliki pendopo besar tempat para turis belajar menari. Putri kagum melihatnya. Ada guru tarinya. Ada juga pemain gamelan asli yang mengiringi para turis menari.
“Wow, musiknya bukan dari CD ya, Tante?” bisik Putri kagum.
“Iya… supaya para tamu juga bisa mencoba alat musik tradisional kita. Mereka suka belajar seni budaya Indonesia. Sayang, kan, kalau anak-anak Indonesia seperti kamu malah tidak tahu budaya kita sendiri,” ujar Tante Tiwi.
Putri tercenung. Ya, Tante Tiwi betul juga, gumamnya di dalam hati.
“Tante, selama liburan ini, boleh tidak, Putri ikut latihan di sini?” bisik Putri lagi.
Wajah Tante Tiwi tampak ceria. Ia menarik tangan Putri menuju butik kecilnya di dekat pendopo itu.
“Tentu saja boleh, Put! Ayo, Tante pilihkan kain dan selendang untuk kamu pakai latihan. Pakai kebaya juga boleh. Biar sekalian Tante foto, kirim ke ibumu!”
Begitulah… sejak hari itu, liburan Putri diisi dengan latihan menari di pendopo Tante Tiwi. Kadang, Tante Tiwi mengajaknya berjalan-jalan di Ubud Art Centre. Ada berbagai kegiatan seni di sana. Mendengarkan storyteller mendongeng, belajar melukis, melihat seniman sedang mengukir kayu cendana…
Putri merasa liburan kali ini sangat bermanfaat karena ia belajar banyak hal. Putri juga merasa ia telah menyia-nyiakan waktu selama ini karena kebanyakan bermain game di gadget. Liburan unik kali ini, betul-betul menyenangkan hati Putri. Juga Ibu. Juga Tante Tiwi yang senang mendapatkan teman yang sabar mendengarkan celotehannya.
Sumber : bobo.grid.id
Komentar
Posting Komentar