CERPEN : Layangan Bali

Swiish swiish…. Layangan sederhana bermotif ukiran Bali terbang di langit naik dan turun. Nyoman memegang benang layangan, menariknya dan melepasnya. Ia membiarkan kemanapun arah layangannya terbang.

Di desanya, Nyoman adalah anak yang paling jago main layangan.

Wooshh.... Tiba tiba layangan itu menukik ke tanah, lalu naik lagi tinggi ke langit.

“Wooow…. Hebat!” terdengar suara dari sebelah Nyoman. “Kamu jago sekali main layangan!”

Seorang bapak berjalan naik bukit dan mendekati Nyoman. Nyoman tersenyum ramah. Ia kenal, bapak itu kemarin ada di pura ikut sembahyang bersama warga di banjar Nyoman.

Bapak itu datang bersama kepala banjar. Nyoman sempat berkenalan dengannya. Namanya Pak Panji. Katanya, ia masih bersaudara dengan kepala banjar tempat Nyoman tinggal. Pak Panji memang orang Bali, namun ia tinggal di Jepang.  

Pak Panji membawa tas kanvas besar. Ia berlutut di rumput dan membuka tasnya. Ia mengeluarkan enam layangan, semua berlainan bentuk, ukuran, dan warna. Semua sangat indah.

Salah satunya yang paling nyoman sukai adalah layangan kupu kupu besar bermotif ukiran Bali.   

“Ini aku bikin sendiri dan aku lukis sendiri,” kata Pak Panji. “Aku ingin mencoba menerbangkannya sekarang. Layangan-layangan ini belum pernah diterbangkan. Kamu mau menolongku?”

Nyoman mengangguk senang. Tentu saja ia bersedia. Main layangan adalah kesukaannya.

Mereka tinggal beberapa waktu di bukit itu menerbangkan layangan layangan sepanjang sore.

Nyoman menerbangkan keenam layangan itu. Selain indah, layangan Pak Panji dibuat dengan perhitungan yang teliti. Sangat seimbang dan mudah diterbangkan.

Senja pun tiba, saatnya Nyoman harus pulang.

“Nak, datanglah lagi Sabtu depan. Aku akan menyelesaikan layangan lain pesanan para pembeli dari Jepang,” kata Pak Panji.

“Aku akan datang, Pak!” kata Nyoman girang. “Tolong ajari aku membuat layangan. Nanti aku ajari cara menerbangkan layangan agar tidak mudah dikalahkan.”

“Wah, itu ide yang bagus. Minggu depan aku akan mengajarimu membuat layangan. Mulai dari cara meraut bambu untuk rangka layangan,” janji Pak Panji. Ia lalu mengulurkan layangan kupu-kupu kepada Nyoman.

“Nah, bawalah ini pulang sebagai hadiah untukmu! Minggu depan, akan aku berikan kamu satu layangan lain dengan bentuk dan motif baru!” janjinya lagi.

Waaah, senangnya Nyoman. Ia melangkah pulang dengan bangga membawa layangan kupu-kupunya. Beberapa temannya datang menghampiri ikut mengagumi layangan hadiah untuk Nyoman.




Sumber : bobo.grid.id
Cerita oleh: Dok. Majalah Bobo. Ilustrasi: Adit

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan