DONGENG : Penyihir Dalam Mimpi
Dulu, nenek ema tinggal di rumah ema. neneknya sangat sayang pada ema, dan slalu mendongeng sebelum ema tidur. mama dan papa ema bekerja.
mereka slalu pulang malam, juga sering bertugas ke luar kota. itu sebabnya, ema lebih sering ditemani neneknya.
namun, bulan lalu, neneknya meninggal dunia. ema sangat sedih. sudah sebulan berlalu, namun kesedihan ema belum juga hilang.
malam ini, hujan turun sangat deras. ema belum bisa tidur.
"andai saja nenek masih ada. tentu malam ini nenek akan mendongeng tentang peri-peri hujan", gumam ema sedih.
papa mama ema sedang pergi ke luar kota. dirumah itu, ema hanya ditemani mbak lasmi dan tante dini, adik mama ema. tante dini baik hati, namun ia lebih suka mendengar musik dari ponselnya daripada menemani ema.
ema melangkah ke jendela kamarnya. perlahan, ia membuka jendela itu.
WUUURRR.... bunyi hujan langsung terdengar makin kencang. angin juga bertiup dingin. namun, ema tetap memandang ke langit.
"malam ini betul-betul gelap. semoga besok cuaca lebih indah. aku ingin melihat bintang. siapa tahu, nenek mengirim pesan lewat kelap-kelip bintang." gumam ema. lagi-lagi ia teringat pada neneknya.
ema merasa lelah dan akhirnya naik ke tempat tidur. ia mencoba memejamkan matanya untuk tidur. namun tiba-tiba, ia mendengar bunyi...
PLETAK!
ema terbangun.
"bunyi apa ya itu?" gumamnya.
karena tidak ada benda yang jatuh di kamarnya, ia melihat lemari penyimpanan alat-alat dan sapu terbuka.sapu yang biasa di pakai menyapu lantai rumah itu, jatuh keluar dari lemari.
"wah... mbak lasmi pasti kurang pas menutup pintu lemarinya," gumam ema.
ema baru saja akan melangkah untuk menutup lemari itu. tiba-tiba sapu itu melesat terbang
WHUUSHH...
Sapu itu lewat diatas kepala ema, dan masuk ke dalam kamar ema.
WHUSSHHH...
sapu itu langsung terbang keluar dari jendela kamar yang tadi belum sempat ditutup ema. betapa terkejutnya ema.
"kenapa ada sapu terbang dikamarku?" gumam nya sambil berlari masuk lagi ke kamarnya. ema terus berlari ke jendela kamarnya yang terbuka itu.
sapu itu ternyata terbang di awan-awan. di langit tampak kabut warna biru gelap
WHUUTT...
Sapu itu terbang menembus kabut biru. anehnya seketika kabut itu hilang. hujan pun berhenti. anehnya lagi, tampak nenek ema duduk di sapu itu.
"neneeek!" seru ema girang.
"selamat malam, ema... kamu kenapa belum tidur? dan kenapa juga masih bersedih?" tanya nenek.
"aku kangen nenek. tapi... nenek kenapa memakai pakaian penyihir? nenek juga bawa tongkat sihir. itu kan pakaian penyihir yang pernah nenek dongengkan,"
ema tertawa geli melihat kostum neneknya.
'ha...ha...ha nenek sengaja memakai kostum ini, supaya kamu bisa tertawa. nah sekarang ayo kita lihat keajaiban di langit! tanya nenek.
"mau...mau, nek!" seru ema girang
nenek langsung mendekat ke jendela kamar ema. ia lalu bergeser maju di atas sapu terbangnya.
"naiklah!" kata nenek.
ema memanjat jendelanya yang rendah, lalu duduk di gagang sapu, dibelakang nenek.
ia berpegangan erat pada pinggang neneknya.
WHUUSHH...
Sapu terbang kini melesat cepat. makin lama, makin tinggi, dan makin cepat.
nenek tampak melambaikan tongkatnya. seketika, muncullah bintang-bintang menerangi langit.
"lihat lagi!" kata nenek, ia mengayunkan tongkatnya, lalu muncul sebuah kastil indah di langit
peri-peri keluar menyambut mereka,mereka menyanyikan beberapa lagu yang sangat membuat ema terhibur.
"sekarang waktunya pulang, ema jangan sedih lagi ya. setiap kali sedih, lihatlah ke langit. walau gelap ada keindahan dibalik gelapnya awan-awan hujan. dan hanya kamu yang tahu. isilah waktu mu dengan membaca buku, atau membuat cerita tentang kastil dibalik awan gelap ini!" kata nenek.
ema mengangguk dan tersenyum lega.
"iya nek. ema tidak akan sedih lagi," janji ema.
anehnya, seketika itu juga, tahu-tahu ema sudah berada lagi dikamarnya. di tempat tidurnya, dan sudah berselimut.
"apakah aku bermimpi?" pikir ema bingung.
ia sangat senang telah bertemu neneknya dan mendengar nasihat neneknya. ia tak akan sedih lagi. namun ema masih bingung. apakah kejadian tadi itu mimpi... atau kenyataan..
Sumber : Majalah Bobo Edisi 12 | 24 juni 2021
Komentar
Posting Komentar