DONGENG: Pangeran Kecil dan Amarah Besar Raja

 Istana gempar. Pagi itu tiba-tiba Raja marah besar. Suaranya terdengar hingga ke seluruh sudut istana. Pangeran Kecil sampai bersembunyi ketakutan di belakang tubuh seorang dayang pengasuh.

Raja memanggil seluruh penghuni istana. Seuanya segera menghadap dengan wajah pucat dan tubuh gemetaran. Raja sudah duduk di kursi singgasananya, mengenakan mahkota bertahta batu permata dan jubah indah berwarna merah dengan hiasan mutiara. Namun wajahnya yang murka terlihat amat menakutkan.

“Tahukah kalian mengapa ku perintahkan berkumpul pagi ini?” tanya Raja lantang.

Semuanya menunduk dalam-dalam.

Raja mendengus marah. “Rajamu ini dalam masalah besar!”

“Ampun, Baginda. Tapi kami melihat Baginda baik-baik saja. Tak ada seikit pun yang salah,” ucap Prajurit tertinggi mewakili.

“Maaf, Baginda. Kesehatan Baginda Raja dan keluarga juga sangat baik. Pangeran Kecil pun tumbuh dengan sempurna,” kata tabib istana.

“Benar, Baginda. Kerajaan kita saat ini aman sentosa. Hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain terjalin dengan baik. Rakyat pun hidup dengan sejahtera,” tambah Penasihat Raja.

“Huh!” gerutu Raja murka.

 

***

Sorenya, Raja menurunkan sebuah titah. “Besok pagi, setiap orang yang kutanya, sudah harus tahu jawabannya. Apa masalah yang sedang dihadapi raja kalian ini! Bila tidak, hukuman berat akibatnya!”

Tak ada yang berani membantah. Semuanya pun mengangguk pasrah.

Bisa dibayangkan, berapa banyak orang yang akhirnya dijebloskan ke dalam penjara keesekoannya.

“Sekarang aku tahu apa masalah Baginda Raja! Pasti kepala Raja terantuk saat bangun pagi kemarin! Jadi, kena penyakit menggerutu!” ujar tukang sapu halaman istana dengan kesal. “Wah… benar. Apakah tadi kau menjawab seperti itu pada Baginda Raja?” sahut Penasihat sembari tersenyum geli.

“Hah, mana berani aku! Bisa-bisa aku langsung dihukum gantung!” ucap tukang sapu. “lalu, Penasihat menjawab bagaimana tadi?”

“Masalahnya, Raja tak mau jujur mengatakan masalahnya. Coba Baginda Raja mau bercerita. Pasti tak akan jadi begini masalahnya. Selalu ada jalan keluar dalam setiap masalah, “tutur Penasihat.

“Waduh… masalah-masalah! Aku jadi bingung mendengar ucapanmu! Pasti Baginda Raja bingung juga sampai megirimmu ke sini,” ujar tukang sapu pusing.

Penasihat tergelak. “Bersabarlah. Sebentar lagi Raja akan menyadari kesalahannya,” hiburnya kemudian.

“Siapa yang akan memberitahunya? Lihat, penjara istana ini sudah seperti apsar. Penuh sesak, dan tak muat. Kita bisa mati kehabisan napas!” kata tukang sapu.

 

***

 

Benar saja, menjelang sore. Seluruh penghuni istana nyaris dipindahkan ke dalam penjara. Hingga Raja bingung, kini harus bertanya pada siapa lagi?

Pangeran Kecil pun tampak kebingungan. Tiba-tiba istana lengang. Ia tak bisa menemukan dayang-dayang pengasuhnya. Teman bermain pun tak ada.

“Ke mana perginya semua orang, Ayahanda?” tanyanya kemudia.

“Semua orang sudah Ayah penjarakan!” jawab Raja jengkel.

“Kenapa, Ayah? Apa yang membuat Ayahanda marah besar?”

“Mereka tidak tahu masalah yang Ayah alami. Padahal mahkota ini selalu ayah pakai. Sebuah permatanya hilang, tapi tak satupun dari mereka yang menyadarinya!” tutur Raja.

Pangeran tergelak.

“Hei, kenapa kamu menertawakan ayahandamu sendiri?!” sentak Raja

Pangeran Kecil menundukkan kepala. Namun ia kemudian berlari sebuah mainannya dan membantingkannya ke lantai. PRANG!

Pecah berantakan sebuah patung kuda kristal.

“Hai, apa yang kamu lakukan?” tanya Raja heran. Pangeran mengambil sebuah mainan yang lain, lalu melemparkaannya ke dinding. Lalu lagi, dan lagi, dan lagi…

“Berhenti-berhenti…, Nak!” teriak Raja melarang. “Apa masalahmu tiba-tiba membanting mainan begitu?”

“Sebuah mainanku hilang. Sebuah gajah kecil  terbuat dari kristal. Tapi mainanku yang lain tak ada yang tahu kemana perginya mainanku itu. Jadi, kubanting saja semuanya!” tutur Pangeran Kecil.

“Tapi kalau kau melakukan itu, mainanmu yang lain jadi rusak. Sekarang kau tak hanya kehilangan satu mainan, tapi… semuanya!” Raja menghentikan kata-katanya. Terdiam dan tersentak. Tersadar akan kebodohannya.

Pangeran kecil lalu berkata pada ayahandanya, “Kemarin, aku marah-marah dan membanting mainan. Paman Penasihat bertanya padaku. Lalu aku ceritakan penyebabnya. Paman Penasihat lalu berkata, kalau Ayahanda sedang kehilangan sebuah mainan juga.”

“Paman Penasihat menyuruh aku mengulang perbuatanku kemarin, membanting mainanku lagi. Lalu, menceritakan penyebabnya, jika Ayaganda tak akan marah, tapi malah bangga padaku,” ungkap Pangeran Kecil. “Benarkah itu, Ayahanda?”

Kemudian Raja tersenyum dan memeluk Pangeran Kecil. Dalam hati ia memuji kecerdikan Penasihat itu. Gara-gara Raja tidak bijak, selain kehilangan permata, ia juga kehilangan semua penghuni istana yang mengurusinya.

Segera raja membebaskan semua orang dari penjara bawah tanah. Dibiarkannya semua orang penasaran atas sikap Raja. Cerita permata mahkota yang hilang itu sampai kini menjadi rahasia. Hanya Pangeran Kecil dan Penasihat yang tahu.

 

 

Sumber: Majalah Bobo Edisi 48 | 3 Maret 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan