DONGENG: Mimpi Kim Kyong Sin (Legenda Korea)

 Kim Kyong Sin adalah seorang bangsawan yang masih ada hubungan keluarga dengan Raja Sun Duk Wang. Ia menjadi menteri saat Raja Sun Duk Wang berkuasa di Kerajaan Silla. Suatu malam, Kim Kyong Sin bermimpi. Dalam mimpinya, ia melepaskan topi bangsawannya, lalu memakai topi putih rakyat jelata. Ia kemudian masuk ke sumur di kuil Chon Gwan, sambil memegang harpa dua belas senar.

Kim Kyong Sin terbangun dan merasa gelisah. Ia menceritakan mimpinya pada salah satu menteri kerajaan yang bisa meramal. Menteri itu kurang suka pada Kim Kyong Sin, sehingga ia meramal hal yang buruk.

Menteri itu berkata, “Membuka topi bangsawanmu, berarti kau tidak akan menjadi menteri lahi. Raja akan memecatmu. Masuk ke sumur, berarti kau akan dipenjara. Harpa dua belas senar, artinya sampai keturunanmu yang keduabelas akan hidup menderita.”

Kim Kyong Sin sangat sedih dan ketakutan. Sejak hari itu, ia tidak berani keluar dari rumahnya dan menanti datangnya nasib buruk.

Suatu hari, seorang sahabat Kim Kyong Sin yang bernama Yo San datang bertamu. Yo San adalah seorang pegawai biasa. Namun, ia bijaksana dan juga pandai meramal. Kim Kyong Sin berpura-pura sedang sakit dan tak mau menerima Yo San.

Setelah Yo San berkali-kali datang, barulah Kim Kyong Sin mau keluar dari kamarnya.

“Wajahmu sangat pucat, Kim Kyong Sin. Sudah berapa hari kau tidak keluar rumah. Coba ceritakan padaku, apa masalahmu. Mungkin aku bisa membantumu,” bujuk Yo San cemas.

Kim Kyong Sin akhirnya mau bercerita.

“Aku bermimpi melepaskan topi bangsawanku. Lalu memakai topi putih rakyat jelata. Aku lalu masuk sumur dengan harpa dua belas tali di tanganku. Salah satu menteri di istana memberitahu bahwa aku akan mendapat nasib buruk.”

Yo San tertawa dan berkata, “Kim Kyong Sin, menteri itu pasti membohongimu karena iri pada nasib baikmu. Sebaliknya, mimpimu itu pertanda kau akan mendapat nasib baik. Berjanjilah, kau tak akan melupakanku kalau kau kelak menjadi raja. Aku akan memberitahu arti mimpimu itu,” kata Yo San.

“Aku berjanji. Katakan padaku arti mimpiku itu, sahabatku,” kata Kim Kyong Sin penasaran.

“Kau melepas topi bangsawan itu, artinya kau memberitahu orang-orang, bahwa tidak ada orang lagi di atasmu. Kau akan menduduki jabatan paling tinggi, yaitu raja. Kau mengenakan topi putih, sebagai tanda kau akan bertanggung jawab akan nasib rakyat jelata. Kau memegang kecapi dua belas tali di tangan, karena kau akan menjadi raja keduabelas di kerajaan ini. Kau masuk ke sumur di kuil Chon Gwan sebagai tanda kau bahagia masuk ke istana,” jelas Yo San panjang lebar.

“Bagaimana mungkin aku bisa menjadi raja?” tanya Kim Kyong Sin heran. “Kim Chu Won adalah calon pewaris tahta yang pertama. Tahta tidak mungkin langsung diberikan kepadaku,” ujar Kim Kyong Sin lagi.

“Dewi Air akan menolongmu dengan arus air dari udara. Dewi Air menyukaimu, karena kau baik dan memerhatikan kebersihan sungai-sungai di kerajaan ini,” kata Yo San lagi.

Mendengar ucapan Yo San, Kim Kyong Sin kembali bersemangat. Ia kembali bekerja seperti biasa. Sampai suatu hari, Raja Sun Duk Wang yang telah tua meninggal dunia.

Seluruh penghuni Kerajaan Silla bersiap-siap mengangkat pewaris tahta berikutnya, yaitu Kim Chu Won. Ia akan menjadi raja baru.

Kim Chu Won tinggal di sebuah rumah besar di seberang sungai. Para pejabat istana menyiapkan perahu megah untuk menjemputnya. Namun, terjadi keanehan. Hujan tiba-tiba turun sangat deras. Bukan hanya sehari, namun berhari-hari. Sungai itu pun meluap karena banjir besar.

Kim Chu Won yang menunggu di seberang sungai menjadi putus asa. Ia tidak bisa pergi ke mana-mana. Para penjemput pun tidak bisa menjemputnya. Kim Chu Won akhirnya hanya menatap ke arah istana dengan sedih.

“Hujan deras berhari-hari ini, pastilah kehendak dewa-dewi di kahyangan,” kata para bangsawan istana yang lain.

Para penasihat istana akhirnya memutuskan untuk memilih Kim Kyong Sin untuk menjadi raja menggantikan Kim Chu Won.

Demikianlah… akhirnya Kim Kyong Sin diangkat menjadi raja. Ia menerima ucapan selamat dari ratusan pejabat istana dan sahabat-sahabatnya. Kim Kyong Sin sungguh takjub, karena mimpinya menjadi kenyataan.

Pada hari penobatan Kim Kyong Sin, sahabatnya, Yo San, meninggal dunia. Kim Kyong Sin tidak lupa pada janjinya. Setelah datang ke pemakaman Yo San, Kim Kyong Sin sang raja baru memanggil anak-anak Yo San. Ia memberikan gelar bangsawan dan pekerjaan yang baik untuk anak-anak sahabatnya itu. Kim Kyong Sin memerintah kerajaan itu dengan bijaksana sehingga rakyatnya hidup makmur.

 

 

Sumber: Majalah Bobo Edisi 35 | 3 Desember 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan