SERBA-SERBI: Kenal 6 Karakteristik Puting Beliung dan Cara Mengantisipasinya
Puting beliung menjadi salah satu bencana hidrometeorologi yang rentan sekali terjadi di masa peralihan musim atau pancaroba. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menyebutkan periode pancaroba di Indonesia ini diprediksi akan terjadi selama bulan September-Oktober 2020 ini.
Baru-baru ini, bencana hidrometeorologi puting beliung disertai hujan lebat dan hujan es merusak 25 rumah di Mekakau Ilir, Kabupaten OKU Selatan, Sumatera Selatan, Rabu (23/9/2020).
Peristiwa angin puting beliung tersebut merusak bangunan di Desa Selabung Belimbing Jaya, Pulau Duku, Teluk Agung dan Tanjung Besar, sekitar pukul 16.00 WIB. Angin puting beliung muncul bersamaan dengan hujan lebat disertai bongkahan es, dan terjadi 30 menit hingga merusak pemukiman dan perkebunan warga sekitar. Bahkan, satu orang dikabarkan mengalami luka ringan.
Lantas apa itu puting beliung dan bagaimana mengantisipasinya? Terkait peristiwa tersebut, Kepala Unit Analisa dan Prakiraan Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, V Sinta Andayani menjelaskan, puting beliung adalah fenomena angin kencang yang bentuknya berputar menyerupai belalai, keluar dari awan Cumulonimbus (CB), dan terjadi di daratan. Bahkan, kecepatan anginnya bisa lebih dari 65 kilometer per jam.
"Namun tidak semua awan CB dapat menimbulkan fenomena puting beliung, ada kondisi tertentu, seperti ketika kondisi labilitas atmosfer yang melebihi ambang batas tertentu yang mengindikasikan udara sangat tidak stabil," kata dia.
Sinta juga menyebutkan, ada enam karakteristik puting beliung atau angin kencang yang terjadi dalam durasi singkat.
Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Sangat lokal, luasannya berkisar 5-10 kilometer.
2. Waktunya singkat, dan umumnya sekitar atau kurang dari 10 menit lamanya.
3. Lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, dan terkadang menjelang malam hari.
4. Kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama.
5. Sangat sulit diprediksikan, karena sifat kejadian fenomenanya sangat lokal.
6. Proses terjadinya puting beliung memiliki kaitan yang erat dengan fase tumbuh awan cumulonimbus (CB).
Oleh karena fenomena puting beliung cenderung terjadi akibat atmosfer dan berdampak lokal, serta sulit diprediksikan kapan bisa terjadinya, maka semua masyarakat diminta untuk selalu waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi yang bisa terjadi kapan saja.
"Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan, adanya bencana hidrometeorologi pada masa pancaroba ini," ujar Sinta.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenali 6 Karakteristik Puting Beliung dan Cara Mengantisipasinya", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/sains/read/2020/09/25/170300623/kenali-6-karakteristik-puting-beliung-dan-cara-mengantisipasinya?page=all#page2.
Penulis : Ellyvon Pranita
Editor : Bestari Kumala Dewi
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Komentar
Posting Komentar