SERBA-SERBI: 3 Alasan Mengapa Perlu Menjaga Populasi Badak Sumatera Asli Indonesia

 


Populasi Badak Sumatera dalam masa kritis dan terancam punah, para pakar mengingatkan perlunya bantuan kita semua dalam menjaga populasi tersebut. Saat ini, spesies badak ini masuk status konservasi terancam kritis (critically endangered) menurut International Union for Conservation of Nature ( IUCN) untuk Konservasi Alam. 

Adapun, penyebab dari merosotnya populasi Badak Sumatera di alam adalah adanya praktik perburuan dan perdagangan satwa, degradasi dan fragmentasi habitat, serta penyakit pada sistem reproduksi badak itu sendiri. Langkah-langkah cepat dan nyata, serta kolaborasi semua pihak dalam mencegah kepunahan yang dimaksudkan untuk memulihkan populasi badak ke tingkat yang aman.


Namun, lantas kenapa kita harus menjaga populasi Badak Sumatera ini? 

1. Iconic (simbolis) 

Indonesia Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Ir Wiratno MSc mengatakan konservasi Badak Sumatera ini sangat penting bagi Indonesia. 

"Ini iconic (simbol) spesies yang luar biasa secara global," kata Wiratno dalam diskusi daring bertajuk Urgensi Penyelamatan Populasi Badak Sumatera, Selasa (22/9/2020). Badak Sumatera ini dianggap simbol atau spesies yang menarik karena spesies ini hanya satu-satunya yang tersisa dari genus Dicerorhinus dan termasuk salah satu dari lima spesies badak yang masih lestari di dunia. 

Badak Sumatera merupakan spesies langka dari famili Rhinocerotidae, yang dikenal juga sebagai badak berambut atau badak Asia bercula dua (Dicerorhinus sumatrensis). 

2. Populasinya terancam kritis 

Semua pihak dan elemen masyarakat diminta untuk terus peduli dengan keberlangsungan ekosistem alami di alam demi kepentingan dan keberlangsungan hidup yang lebih baik di masa jangka panjang. Wiratno menegaskan, selain satwa endemik Indonesia yaitu Badak Sumatera ini merupakan hewan langka dan simbol dari negara, populasi satwa yang satu ini memang sangat mengkhawatirkan di alamnya.



Ternyata berdasarkan beberapa informasi memperkirakan jumlah Badak Sumatra di alam sungguh mengkhawatirkan karena merosot menjadi kurang dari 100 ekor atau bahkan di bawah jumlah 80 ekor saat ini. Oleh sebab itulah, IUCN menetapkan bahwa Badak Sumatera saat ini masuk dalam kategori konservasi terancam kritis. Jika hal ini tidak ditangani dengan baik secara bersama, maka tak urung populasi Badak Sumatera ini juga dapat terancam punah menyusul spesies dari genus Dicerirhinus lainnya. "Ini semua rencana aksi (pelestarian Badak Sumatera) dalam kesatuan yang besar dan butuh kolaborasi berbagai pihak termasuk masyarakat," ujarnya. 

3. Hewan peregenerasi hutan 

Alasan lainnya kita perlu menjaga kelestarian dan populasi Badak Sumatera adalah selain karena statusnya yang kritis, satwa yang suka mengonsumsi pucuk-pucuk daun muda ini juga berfungsi untuk meregenerasi hutan. Pucuk-pucuk daun muda tersebut dapat tumbuh menjadi daun-daun muda yang baru dari daun yang telah dimakannya. Tidak hanya itu, karena jangkauan jalan badak terbilang jauh, badak juga merupakan agen penyebar benih melalui biji-biji hutan yang melekat ditubuhnya. Selain itu, badak membuka jalan rintisan dari vegetasi tebah untuk satwa liar yang lainnya. Wiratno menuturkan, dengan segala kerumitan dari spesies Badak Sumatera itu sendiri, menjadi tantangan yang besar bagi berbagai pihak untuk menjaga kelestarian dan memulihkan populasi satwa endemik Indonesia ini.



Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "3 Alasan Mengapa Perlu Menjaga Populasi Badak Sumatera Asli Indonesia", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/sains/read/2020/09/24/120200323/3-alasan-mengapa-perlu-menjaga-populasi-badak-sumatera-asli-indonesia?page=all#page2.
Penulis : Ellyvon Pranita
Editor : Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan