DONGENG: Kao Liang Sang Pahlawan

Dahulu kalam ketika Kaisar Ming memerintah Peking, ada seorang jenderal bernama Liou Po Jun. Ia membangun benteng tinggi di sekeliling negara Peking. Saat pekerjaan mereka hampir selesai, seorang penunggang kuda berderap kencang datang membawa berita mengejutkan. Air di setiap sumur di Peking telah kering.

Jenderal Liou Po Jun tidak hanya menjadi komandan perang. Ia juga seorang yang bijak dan punya banyak pengetahuan. Ia tahu, telah terjadi hal yang aneh.

Ia lalu mengumpulkan para prajuritnya dan berkata, "Prajuritku yang setia! Kalian harus berhati-hati, karena air yang hilang di setiap sumur di Peking artinya ada kematian yang mengancam kota kita. Siapa saja di antara kalian yang berani dan baik hati, bisa menyelamatkan ribuan orang yang tak bersalah di negeri ini. Ini bukanlah tugas yang mudah. Tetapi, siapa yang berhasil melaksanakan tugas ini, akan mendapatkan kehormatan dan cinta dari seluruh warga kota."

Para prajurit tetap diam, sampai seorang prajurit yang masih muda berkata, "Jenderal, biar aku saja yang melaksanakannya."

Pemuda ini bernama Kao Liang.

Jenderal pun membawa Kao Liang ke tempat lain dan berkata, "Sudah aku katakan, ini bukan tugas yang mudah. Ingat, apa pun yang terjadi, kau tak boleh cerita tentang apa pun pada orang lain. Besok subuh, kau harus naik kuda menuju gunung dengan pakaian dan senjata lengkap. Kau harus berkuda ke arah barat laut."

"Di sana, kau akan bertemu seorang nenek yang menarik gerobak dan seorang kakek yang mendorong gerobak dari berlakang. Gerobak itu membawa dua tong air."

"Si kakek adalah raja naga dan nenek itu adalah ratu naga. Merekalah yang membuat musibah ini. Dahulu kala, ada laut di sekitar sini dan bukan kota seperti sekarang. Tetapi, penduduk China mengeringkan laut dan membangun Kota Peking ini. Kini raja naga tak tahu  harus hidup di mana. Dia harus pindah dari sini ke laut. Dia marah dan ingin balas dendam. Kedua tong ituberisi air dari seluruh Peking. Kau harus menghentikan gerobak itu agar tidak pergi lebih jauh."

"Bagaimana cara aku merebut air Kota Peking itu dari raja naga?" tanya Kao Liang.

"Kamu harus berkuda ke gerobak itu dengan kecepatan penuh dan tusuk kedua tong itu dengan tombakmu."

"Itu sepertinya tidak sulit," kata Kao Liang.

"Bagian itu memang tidak sulit. Tetapi, yang sulit adalah menyelamatkan nyawamu sendiri setelah itu. Tetapi, yang sulit adalah menyelamatkan nyawamu sendiri setelah itu. Kau harus berkuda secepat mungkin kembali ke sini. Kamu tidak boleh menengok ke belakang, sebelum kudamu lari hingga seratus langkah. Hanya dengan cara itulah kamu bisa selamat."

Esoknya, Kao Liang pun melesat dengan kudanya melewati jalan di gunung. Ia memakai baju besi yang berat dan membawa tombak yang kuat menuju ke barat laut.

DI jalan, ia melihat pasangan tua menarik dan mendorong sebuah gerobak yang membawa dua tong yang besar. Kao Liang sebetulnya merasa kasihan pada mereka. Namun, ia tentara dan tentara harus selalu patuh. Maka, dengan tombak terhunus ia melaju maju dan secepat kilat menusuk ke kedua tong. Dalam satu langkah cepat, ia berbalik dan kudanya berderap pulang ke arah istana.

Tiba-tiba, ia mendengar dua ledakan hebat seperti Bumi meletus. Ia mendengar jeritan yang mengerikan dan suara tawa membahana. Sambil mengingat kata-kata jenderal, Kao Liang terus memacu kudanya ke arah kota dan menutup telinganya.

Tanah bergerak di bawah dan butiran keringat membasahi wajahnya. Ia merasa seolah ada segerombolan penunggang kuda sedang mengejarnya di belakang dan akan menangkapnya. Namun, ia ingat untuk menghitung langkah kudanya. Saat ia merasa sudah seratus langkah, ia melihat ke belakang.

Sayangnya, Kao Liang melakukan kesalahan. Kudanya baru melangkah sembilan puluh sembilan langkah. Ia melihat deru air mengalir cepat ke arahnya dalam beberapa detik. Gelombang raksasa menimpa Kao Liang yang malang dan langsung menenggelamkannya. Segera setelah itu, banjir mereda. Keheningan muncul dan air meresap kembali ke sumur-sumur di Peking.

Di pinggiran Kota Peking, ada mata air yang merupakan sumber danau Ming Chu. Mereka mengatakan bahwa di tempat indah itu air menyembur dari tong-tong yang dibawa oleh raja naga. Sebuah jembatan dibangun di tempat sumber air itu dan diberi nama Kao Liang. Pemberian nama itu untuk mengenang tentara muda yang menyelamatkan Kota Peking dari air bah.



Sumber: Majalah Bobo Edisi 15 (16 Juli 2020)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan