CERPEN: Tulisan Ibu

 Sudah beberapa hari ini, Riko berlajar di rumah. Sekolah Riko mengumumkan semua siswa belajar di rumah setelah makin banyak orang yang tertular penyakit karena virus. Guru-guru memberi bahan pelajaran dan tugas lewat email dan videocall. Riko dan teman-temannya kemudia mengirimkan tugas dengan cara yang sama. Orangtua bertugas mendampingi dan mengajari anak-anaknya di rumah.

“Riko, hari ini kita belajar mengarang,” ucap Ibu sambil memandang layar telepon genggamnya.

“Bukannya matematika, ya?” tanya Riko.

“Iya, matematika juga ada tugas. Kamu mau mengerjakan yang mana dulu?” tanya Ibu.

Selama belajar di rumah, Ibu menggantikan peran guru di sekolah. Riko kadang bingung pada ibunya yang sudah lupa pelajaran kelas 4 SD. Akan tetapi, Riko yakin ibunya tidak lupa pelajaran mengarang. Ibunya adalah penulis buku anak-anak yang karyanya banyak dijual di toko buku.

“Mengarang dulu, deh, Bu.” Jawab Riko.

“Yuk, kita mulai. Kamu boleh pinjam laptop Ibu, kok,” sambut Ibu.

Riko segera melangkah ke meja kerja Ibu. Ia membuka lembaran baru yang kosong, kemudian mulai mengetik. Ia boleh memilih tugas membuat dongeng dengan tokoh hewan atau kegiatan sehari-hari yang berkesan. Tiko memilih dongeng bertokoh hewan.

Setelah mengetik beberapa baris, Riko menghapusnya lagi. Riko masih bingung memilih tokoh ceritanya. Kucing yang imut, monyet yang periang, atau beruang yang suka berenang.

“Hmm… cerita seperti itu mirip dengan yang sering Ibu tulis. Aku lihat-lihat tulisan Ibu, ah,” gumam Riko.

Klik klik klik… Riko membuka-buka file tulisan ibunya. Ada banyak sekali cerita yang sudah dibuat ibunya. Ceritanya lucu-lucu dan menghibur. Riko membacanya sambil tertawa.

“Riko, sudah selesai mengarang ceritanya?” tanya Ibu.

Riko sangat terkejut. Ia tak menyangka ibunya ada di belakangnya?

“Nah, setelah membaca tulisan Ibu, sekarang waktunya kamu mengarang ceritamu sendiri,” tegur Ibu.

“Iya, Bu,” jawab Riko. Riko cepat-cepat menutup semua tulisan ibunya.

“Riko, bagaimana kalau kamu membantu Ibu memasak dulu?” usul Ibu.

“Ayo!” sahut Riko. Riko berusaha makin cepat menutup file di laptop  ibunya. Namun, tanpa sengaja ia malah menghapus file tersebut.

Riko membantu ibunya mengupas baqang serta memotong-motong kentang dan wortel. Hari ini Ibu akan memasak sup ayam kesukaan Riko.

“Supnya sudah siaaap. O iya, Riko, laptopnya sudah dimatikan?” tanya Ibu.

“Hmmm… sudah atau belum, ya?” ucap Riko tak yakin.

“Ibu cek dulu, deh,” sahut Ibu. Namun sesaat kemudian terdengar suara Ibu.

“Rikoooo…. Ini kenapa tulisan Ibu hilang semua?” tegur Ibu.

“Apa? Hilang semu? Aku pasti tidak sengaja menghapusnya,” jerit Riko.

“Ya sudah. Kita makan dulu saja, ya,” ucap Ibu lemah.

“Bu, maafkan Riko, ya,” sesal Riko.

Ibu hanya mengangguk pelan, kemudian menyuap makanannya. Riko sangat menyesal. Sejak ayahnya meninggal 2 tahun yang lalu, Ibu yang mencari nafkah dengan menjadi penulis lepas. Tulisan Ibu ada yang dimuat di majalah, ada pula yang diterbitkan sebagai buku.

“Riko, bantu Ibu cuci piring, yuk,” pinta Ibu.

Riko langsung bergerak mengangkat piring-piring kotor dan segera mencucinya. Riko sedih karena tak sengaja menghilangkan tulisan ibunya. Diam-diam Riko menangis.

“Riko, kamu kenapa?” panggil Ibu.

“Riko sedih, Bu. Riko susdah menghilangkan banyak tulisan Ibu,” sesal Riko.

“Ibu sudah enggak sedih lagi. Karena Ibu sekarang punya banyak ide untuk tulisan baru,” celetuk Ibu.

“Benar, Bu?” tukas Riko.

“Kalau Riko bagaimana? Sudah punya ide?” tanya Ibu.

“Sudah, Bu. Riko mau tulis pengalaman berkesan bersama Ibu. Riko mau ceritakan Ibu yang memaafkan Riko, yang tidak sengaja menghapus tulisan Ibu,” jawab Riko.

“Mau cerita tentang Riko yang menangis saat cuci piring juga?” goda Ibu.

Riko tertawa mendengarnya. Ia sudah tak sedih lagi. Tak lama kemudian, Riko berjalan bergandengan tangan dengan Ibu menuju laptop. Riko mengetik karangannya dengan cepat. Ibu yang saat itu bertugas sebagai guru di rumah senang sekali membaca karangan Riko. Sore harinya, karangan itu dikirim ke guru Riko lewat surat email.



Sumber: Majalah Bobo Edisi 11 (18 Juni 2020)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan