CERPEN: Kue Perjuangan Abel

Abel senang setiap kali melewati toko roti Mawar Merah. Itu toko baru di depan jalan raya dekat rumah Abel. Setiap kali Abel melewati toko roti itu, pasti keadaan toko selalu ramai pembeli. Aroma harum roti menarik perhatian Abel. Namun, yang membuat ABel tertarik bukan wangi rotinya. Kalau cuma roti, Bunda juaranya membuat roti. Di toko itu ada roti berbentuk kura-kura, ikan, beruang, mawar, dan matahari. Itu sungguh menarik perhatian anak-anak.

Abel tersenyum lebar ketika pulang sekolah mendapati Bunda sedang sibuk di dapur. Aroma harum menyebar memenuhi dapur. Bunda sedang membuat kue serabi.

"Kue pesanan, ya, Bun?" Abel melihat Bunda sedang mengaduk-aduk panci berisi kinca untuk kue serabi. Kinca terbuat dari gula merah, kelapa, dan daun pandan.

"Iya, pesanan Bu Menik," jawab Bunda.

"Selesai kamu makan, tolong bantu Bunda, ya," pinta Bunda.

"Siap, Bun!" sahut Abel.

Selama ini, Bunda sering membuat berbagai kue tradisional macam kue cucur, bika ambon, putu mayang, nagasari, onde-onde, dan dadar gulung. Selama ini, sudah banyak yang memesan kue tradisional buatan Bunda. Abel pikir dengan adanya Toko Mawar Merah, mungkin saja kue tradisional buatan Bunda bisa dijual bersamaan dengan roti modern itu. Kue tradisional bersanding dengan roti modern, tentu akan menarik.

Abel bergegar membawa piring kantor ke dapur. Sudah sejak tadi Abel selesai makan siang. Karena memikirkan kue tradisional dan roti modern bersanding, Abel jadi lupa dengan tugasnya membantu Bunda. Abel kemudian memasukkan kue-kue serabi ke dalam kotak kue sesuai petunjuk Bunda. Selama membantu Bunda, pikiran Abel masih pada kue tradisional dan roti modern.

"Abel," panggil BUnda.

"Eh! Iya, Bun?" Abel tergagap menoleh ke arah Bunda.

"Dari tadi Bunda perhatikan, kok, senyum-senyum terus," tegur Bunda.

Abel tersenyum malu. Sepanjang waktu membantu Bunda, Abel masih saja membayangkan kue tradisional buatan Bunda yang menghiasi etalase kue di Toko Mawar Merah. Lalu, orang-orang yang datang ke Toko Mawar Merah bukan hanya membeli roti, tetapi juga kue tradisional buatan Bunda.

"Bunda mau enggak punya toko kue?" tanya Abel.

Bunda terkejut, lalu tertawa.

"Tentu saja mau. Itu impian sebagian besar orang yang senang membuat kue. Berharap suatu hari nanti bisa memiliki toko kue dan menjual kue-kuenya langsung di toko."

Abel tersenyum lebar mendengar jawaban Bunda. "Aku pikir, Bunda bisa mewujudkan impian Bunda dalam waktu dekat ini."

Kening Bunda berkerut ketika mendengarkan rencana-rencana Abel tentang kue tradisional Bunda dan roti modern di Toko Mawar Merah.

Pada hari Minggu pagi ini Abel sudah siap dengan langkahnya menuju Toko Mawar Merah. "Doakan, ya, Bun, semoga berhasil," mohon Abel saat berpamitan.

Bunda tersenyum dan menganggukkan kepala. Doa Bunda mengiringi langkah Abel menuju Toko Mawar Merah.

Pemilik toko Mawar merah terkejut mendapati Abel datang dengan keranjang kue berisi aneka macam kue tradisional.

"Toko ini hanya menjual roti. Bukan kue tradisional," jelasnya.

"Saya akan kembali jika Bapak berubah pikiran," ucap Abel seraya melangkah keluar dari Toko Mawar Merah.

Sepanjang pagi itu Abel berdiri tidak jauh dari toko Mawar Merah. Abel menawarkan kue pada orang-orang yang keluar dari Toko Mawar Merah.

"Kue cucur! Lama sekali saya tidak menemukan kue masa kecil ini," ujar seorang perempuan muda ketika menerima kue dari Abel. "Apa kue ini akan dijual di Toko Mawar Merah?" tanyanya.

"Tentu saja jika Tante memintanya pada pemilik Toko Mawar Merah," jawab Abel.

"Aku harus mengatakannya," ujar seorang perempuan muda, lalu kembali masuk ke Toko Mawar Merah.

Langkah perempuan muda itu kemudian diikuti oleh seorang kakek, seorang ibu dengan anaknya, dan sepasang suami istri.

Abel terkejut ketika mendapati pemilik Toko Mawar Merah melambaikan tangan kepadanya.

"Besok, kembalilah bersama ibumu dengan membawa kue tradisional untuk dijual bersama roti-roti di sini."

Abel senang sekali kue-kue buatan Bunda dapat dijual di toko roti, bersanding dengan roti-roti yang bentuknya lucu.


Karya Pupuy Hurriyah
Sumber: Majalah Bobo Edisi 13 (2 Juli 2020)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan