Dongeng : Lili si Angsa yang Tidak Mudah Menyerah

        Lili si angsa terlahir berbulu hitam. Lili adalah ansa kecil yang rajin belajar. Suatu hari ketika ia sedang belajar terbang di taman, ia merasa kelelahan karena tak terasa sudah lama ia belajar terbang.

        Lili berkata dalam hati. "Aduh aku lelah sekali, tetapi aku harus bisa, aku bisa, aku pasti bisa, sedikit lagi aku pasti bisa."

        Namun, tiba-tiba... bruk! Lili terjatuh dan sayapnya terluka. Lili merasa sangat sedih. Meski begitu, Lili tetap berusaha agar ia bisa terbang kembali. Teman-teman Lili menertawakan apa yang terjadi pada Lili. Lili sedih karena ia belum lancar terbang, ditambah bulunya yang berbeda dari teman-temannya sehingga menambah ejekan dari temannya, ia tidak suka dengan hal itu.

        "Hahaha Lili bulumu hitam, tidak seperti kami. Bulu kami putih bersih, berkilau, indah sekali. Kamu juga tidak bisa terbang lincah seperti kami." Lili yang mendengar ejekan itu hanya bisa terdiam.

        Lili pun pulang ke rumahnya dengan perasaan sedih. Jalanan yang dilewati Lili menuju rumahnya dipenuhi rerumputan dan bebatuan. Sampai-sampai Lili tersandung batu dan kakinya tidak sengaja menginjak ekor Koko si harimau yang sedang tidur. Koko segera terbangun dengan marah dan langsung mengejar Lili.

        Lili yang sayapnya masih belum pulih pun akhirnya memaksakan diri untuk terbang. Sekuat tenaga dia berusaha terbang menjauh dari Koko sampai-sampai Koko kehilangan jejak. Saat Lili sudah mulai kelelahan terbang, Lili teringat kejadian saat sayapnya terluka tadi. Dia pun memutuskan untuk berhenti di pinggir danau, kemudian melanjutkan perjalanan lewat danau dengan berenang. Dia mendayung menggunakan kakinya. Kaki angsa berselaput sehingga dapat berenang dengan cepat karena ia memiliki daya dorongm yang kuat. Selaput pada kaki angsa juga berfungsi untuk mempermudah angsa berjalan di atas lumpur. Sesampainya di rumah. Lill bercerita kepada ibunya dengan napas terengah-engah. "Ibu, tadi aku terjatuh saat sedang latihan."

        "Kenapa kamu bisa terjatuh. Nak?" tanya ibunya dengan perasaan sangat khawatir,

        Lili menjawab dengan sedih. "Tadi aku terjatuh karena kelelahan saat sedang belajar terbang. Bu, Sayapku jadi terluka sekarang,"

        Ibu mendekati Lili dan mengusapnya. "Tidak apa-apa Lili... Kan kamu sudah berlatih keras. Ingat ya, jika kamu sudah kelelahan, kamu harus berhenti untuk beristirahat dulu. Jangan terlalu memaksakan diri ya."

        Kemudian Lili menyambung kembali ceritanya. "Lalu saat hendak pulang aku tidak sengaja menginjak ekor Koko. Koko pun marah dan mengejarku, Bu." Dia pun lanjut menceritakan semua yang telah ia alami barusan.

        Ibu terkejut mendengarnya lalu berkata, "Ya ampun Lili. Kamu harus berhati-hati terhadap hewan buas seperti Koko. Meski begitu, Ibu juga sangat bangga kepadamu karena sudah berusaha terbang kembali meski sayapmu terluka."

        "Terima kasih, Bu. Tadi aku sangat kaget dan takut makanya aku langsung berusaha terbang saja," ucap Lili.

        "Kamu sangat hebat Lili," kata ibu dengan bangga.

        Lili berkata kembali. "Ibu aku ingin bertanya, ko buluku berbeda dari teman-temanku?"

        Ibunya menjawab. "Tidak apa-apa, Nak. Memang tida semua angsa berbulu putih. Banyak kok teman-temanm yang berbulu hitam. Mereka tetap cantik sepertimu. Sela itu, lihat saja ayahmu, bulunya juga berwarna hitam ya 'ka.  Yang penting kita bersyukur dan saling menghargai apa pun warna bulu kita,"

        Lili menjawab, "Baiklah. Bu, aku mengerti. Aku akan lebih bersemangat lagi. Terima kasih Bu." Ibu pun memeluk Lili.

        Sementara itu di taman...

        Momo yang sedari tadi memperhatikan kejadian itu tiba-tiba keluar menemui teman-teman Lili dan menasihati agar mereka tidak mengejek Lili terus.

        "Sudah, sudah, jangan mengejek Lili terus, kasihan dia. Bagaimana jika kalian menjadi Lili? Kalian pasti akan sedih dijauhi dan diejek 'kan? Jika kalian mengejek Lili, itu sama dengan kalian mengejek Allah, karena Allah yang menciptakan Lili."

        Teman-teman Lili terdiam sejenak dan akhirnya menyadari kesalahannya.

        "Bagaimana kalau kita datang ke rumah Lili dan meminta maaf kepada Lili bersama-sama?"

        Mereka pun sepakat pergi ke rumah Lili dan kemudian meminta maaf karena telah mengejeknya. "Lili, maafkan kami telah mengejekmu. Kami menyesal. Kami berjanji akan menjadi temanmu selamanya," ujar teman-teman Lili.

        Sejak saat itu teman-teman Lili tidak lagi mengejeknya. mereka pun kembali bermain bersama dengan gembira, lebih menghargai, dan menyayangi sesama teman.

Sumber : Fabel Berbudi: Sebuah Kumpulan Dongeng, Juni 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Cerpen : Obat Bosan dari Nenek

Cerpen : Bukan Salah Laba-laba