LEBAH YANG BERSATU

Leu adalah lebah madu yang tinggal di perbukitan Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Sebagai anak sulung dari sepuluh bersaudara, Leu berusaha untuk selalu menjaga kerukunan di antara adik-adiknya.

Adik-adik Leu hampir setiap hari bertengkar. Berawal dari senda-gurau hingga berlanjut pada perkelahian. Melihat kejadian itu, beberapa hewan lain merasa terganggu akan kegaduhan yang hampir setiap hari mereka lakukan.

Leu mencoba mencari cara untuk menyadarkan kesembilan adiknya agar tetap rukun. Muncullah sebuah ide. Leu mengambil satu ranting kayu dan sepuluh ranting kayu yang diikat menjadi satu.

Kesembilan adiknya diminta berkumpul. Alhamdulillah tidak ada yang absen untuk memenuhi panggilan Leu sang kakak. "Terimakasih atas kedatangan kalian adik-adikku," ungkap Leu memulai obrolan.

"Di depan kalian ada satu ranting kayu dan satu ikat ranting kayu yang sengaja kakak ikat, siapa di antara kalian yang bisa mematahkan ranting-ranting ini?" tanya Leu pada adik-adiknya.

"Aku mau mencobanya," jawab adik Leu yang paling kecil.

Untuk mematahkan satu ranting kayu, adik Leu tidak mengalami kesulitan. "Ini sangat mudah untuk aku lakukan," ungkapnya.

Setelah itu, kakak Leu menyodorkan satu ikat ranting. Berbagai cara ia lakukan untuk mematahkan ikatan ranting kayu. Namun, ranting itu tetap tidak patah. Adik Leu yang paling kecil pun menyerah dan meminta kakak-kakaknya yang lain untuk mencoba.

Adik yang kedua pun ikut mencoba. Satu ranting kayu dengan mudah dipatahkan, namun untuk satu ikat ranting kayu dia juga mengalami kesulitan. Tenaga adik leu dikeluarkan sekuat-kuatnya, namun usahanya pun masih tetap sia-sia.

Adik Leu yang ketiga, keempat, kelima, hingga yang kesembilan pun mencoba untuk mematahkan ikatan ranting kayu itu, namun semua mendapat hasil yang sama yakni kegagalan untuk mematahkan ranting kayu yang sudah terikat menjadi satu.

"Inilah yang kakak ingin bilang, hiduplah seperti ranting kayu yang terikat menjadi satu. Semakin kita rukun, maka semakin kuat kemampuan kita. Begitupun sebaliknya, ketika kita sering bertengkar maka kerapuhan yang akan kita dapati."

Semua adik Leu merunduk tak dapat berkata apa-apa lagi selain merenungkan ucapan kak Leu tentang sikap yang selama ini mereka lakukan. Akhirnya, kesembilan adik Leu mulai sadar atas kekeliruan yang selama ini mereka lakukan. Adik-adik Leu lantas saling meminta maaf dan berjanji untuk tidak akan bertengkar dan marah-marahan lagi, dengan menjaga hubungan baik kepada saudara maupun teman-temannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan