KELELAWAR YANG BAIK HATI

Di sebuah hutan Nusa Tenggara Barat, hiduplah sekelompok komodo, burung kakak tua, musang, kelelawar dan beberapa jenis hewan lainnya. Mereka hidup rukun dan saling berdampingan.

Di antara penduduk hutan, ada seekor kelelawar yang terkenal baik hati. Kelelawar tersebut biasa dipanggil Kebati. Ia suka membantu penduduk hutan yang sedang mendapat kesulitan.

Suatu malam, terdengar bibi burung kakak tua meminta tolong. Toloooong!! Toloooooong!! Tolooooong!!

Mendengar hal itu kelelawar segera mendatangi bibi burung kakak tua. "Ada apa Bibi, malam-malam begini berteriak meminta tolong?" tanya Kebati.

"Anakku sakit dan aku tidak bisa pergi mencari obat karena cuaca di luar gelap," ungkap bibi kakak tua sambil meneteskan air mata.

Bibi kakak tua sangat sayang pada anak-anaknya. Namun ia tidak dapat melakukan apa-apa malam itu. Cuaca di luar gelap dan udara dinginnya tidak seperti hari-hari biasa. Mungkin hal itu yang menjadikan anaknya demam tinggi.

Sebagai orang tua tentu bibi kakak tua sangat panik. Ia tidak dapat melakukan apa-apa kecuali berdoa dan meminta bantuan kepada penduduk hutan.

Melihat hal itu Kebati kemudian menanyakan obat yang dibutuhkan kepada bibi kakak tua. "Obat yang dibutuhkan bisa diambil di mana? Biar aku yang mengambilnya," tanya Kebati sambil menatap bibi kakak tua.

"Obat itu ada di perbatasan hutan. Cukup jauh tempatnya dari sini. Obat itu bernama daun katuk. Mustahil untuk mengambilnya di cuaca gelap seperti ini," ungkap bibi kakak tua padanya.

"Tunggu sebentar! Aku akan mengambilkannya untuk anakmu, Bi." kata Kebati seraya bergegas terbang untuk mencari tanaman yang dimaksud.

Di malam yang dingin, Kebati terbang menuju perbatasan hutan. Dalam kegelapan, ia mengandalkan kemampuan ekolokasi yang dimilikinya. Yaitu mengeluarkan suara berfrekuensi tinggi untuk dipantulkan ke benda yang ada di sekitarnya dan dipantulkan kembali ke telinga.

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, sampailah Kebati di perbatasan hutan. Ia mulai mencari daun katuk dengan kemampuan ekolokasinya. Setelah menemukan daun katuk yang dia cari, Kebati segera pulang, untuk memberikan daun itu kepada bibi kakak tua.

Betapa senang bibi kakak tua melihat Kebati datang membawa daun katuk. Tanpa buang waktu, bibi kakak tua segera meramu daun katuk sebagai obat demam untuk anaknya. Setelah meminum ramuan obat daun katuk, anaknya pun sembuh.

Pagi harinya, Bibi kakak tua berkunjung ke rumah Kebati. Bibi mengucapkan terimakasih dan memberikan bermacam-bermacam buah segar yang baru dipetiknya. Bibi kakak tua dan penduduk hutan semakin sayang pada Kebati, buah kepribadiannya yang baik hati. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan