Mori Yang Serakah

 Dahulu kala, di desa kecil, hidup sepasang kakek dan nenek. Mereka tidak punya anak. Mereka lalu memelihara seekor kucing liar yang mereka beri nama Mori. Tiga hari sekali,  Nenek memasak di sebu kuali tembikar. Masakan itu untuk santapan mereka selama tiga hari. Mori sangat senang tinggal di rumah Kakek dan Nenek, la mendapat makanan enak tiga kali sehari. Akan tetapi, lama-kelamaan Mori menjad serakah. la tak sabar menunggu makan malam. Maka, pada siang hari saat Kakek dan Nenek sedang tidur, Mori menyelinap ke dapur. la menghabiskan semua makanan yang dimasak untuk tiga hari, la lalu mencuci mulutnya dan berpura-pura tidur di depan pintu rumah. 

Sore hari, saat akan mengambil makanan dari kuali, Nenek sangat terkejut. Makanan satu kuali untuk tiga hari, telah habis. Nenek terpaksa memasak lagi untuk makan malam hari itu, Kejadian itu terjadi berulang ulang. Kakek menjadi curiga pada Mori. Pada suatu siang, Mori seperti biasa menyelinap ke dapur, la memasukkan kepalanya ke dalam kuali untuk melahap makanan. Namun tubuhnya tergelincir dan masuk ke dalam kuali. Rupanya, itu adalah kuali baru yang lebih besar yang baru dibeli Kakek. Mori panik dan berusaha keluar. Namun, hanya kepala Mori yang berhasil keluar. Tubuhnya terjebak di dalam kuali. Mori berontak dan mengeong- ngeong berusaha keluar.

Kakek terbangun mendengar kegaduhan di dapur. la berlari ke dapur dan sangat marah melihat Mori di dalam kuali. "Kucing jahat! Jadi kau yang selama ini mencuri makanan kita?!" Walau marah, Kakek tak tega melihat Mori. la segera memukul kuali tembikar itu dengan sebatang kayu. PRAAKK!! Namun, hanya bagian bawah kuali yang pecah. Kepala Mori masih terjebak di mulut kuali yang sempit.

Mori langsung lari terbirit-birit sampai ke tepi hutan. Jaraknya tak jauh dari desa Kakek dan Nenek. Setelah kelelahan melangkah, Mori melewati beberapa anak yang sedang bermain. Saat melihat Mori, anak- anak itu tertawa. "Lihat! Itu profesor kucing! Dia pakai kerah toga di pundaknyal Ha ha" ejek anak-anak itu. Mori mendengar itu dan dan malah mendapat ide.

"Anak-anak ini benar jugal Aku pernah dengar percakapan Kakek dan Nenek. Kata mereka, Kaisar selalu memberi penghargaan kepada para murid yang pintar. Jadi sekarang, aku tinggal mencari sebuah buku, dan sebuah bendera perguruan!"

Mori lalu menunggu sampai malam tiba. Saat hari sudah gelap, ia lalu kembali ke rumah Kakek dan Nenek. Mori mengendap masuk ke dalam rumah. la mencuri beberapa buku tebal milik Kakek. Juga sehelai kain tua milik Nenek. Mori lalu berlari kembali kehutan. Di tepi sungai, ia menemukan sebatang pohon tinggi yang berlubang, la lalu mengikat sehelai kain tua itu di sebatang bambu, lalu mengibarkannya di atas pohon itu. Mori lalu tinggal di dalam lubang pohon itu. Buku-buku tebal milik Kakek, ia tata di depan lubang.

Di tepi sungai itu, hiduplah keluarga bebek, ayam, kutilang dar gagak. Mereka sebetulnya takut pada kucing. Namun, saat melihat bendera yang berkibar di pohon Mori, binatang bintang ini tidak takut lagi. Apalagi, mereka melihat tumpukan buku-buku tebal di depan pohon. Mereka gembira, karena ada guru binatang di tempat mereka.

Di siang hari, Mori selalu duduk bersila di bawah pohon, berpura- pura membaca buku. Keluarga bebek akhirnya memberanikan dili mendekati Mori, la membawa anaknya untuk menjadi murid Mori. Keluarga bebek ingin anak mereka jadi binatang yang pintar, agar mendapat penghargaan dari Kaisar.

Keluarga ayam, burung gagak, dan burung kutilang, akhirnya menyerahkan anak mereka juga pada Mori. Semua ingin anak mereka menjadi pintar dan mendapat penghargaan dari Kaisar. Kini di depan Mori sudah ada empat anak binatang. Setelah orang tua mereka pulang, Mori berkata,

"Selama tiga hari ini, kalian berempat akan belajar tata tertib bersama-sama. Pada hari keempat, barulah pelajaran satu per satu sesuai bakat kalian!"

Begitulah, selama tiga hari, keempat binatang kecil itu belajar bersama-sama di bawah pohon. Dan pada hari keempat, Mori berkata pada Bebek Kecil, "Kau murid yang berbakat. Kau akan menjadi dokter. Masuklah ke lubang rumahku malam nanti. Aku akan memberimu pelajaran kedokteran!"

Malam itu Bebek Kecil masuk ke lubang rumah Mori. Sungguh malang Bebek Kecil, la menjadi santapan Mori yang licik. Esok harinya, Mori memberi tahu keluarga bebek bahwa ia telah menyuruh Bebek Kecil mencari akar- akaran di hutan. Bebek Kecil akan mulai belajar ramuan obat. Keluarga bebek gembira dan tidak curiga sama sekali. Keesokan harinya, Mori berkata pada Ayam Kecil,

"Ayam Kecil, kau akan kuberi pelajaran untuk menjadi hakim. Nanti malam datanglah ke lubang rumahku untuk mendapat pelajaran."

Begitulah, malam itu, Ayam Kecil menjadi santapan Mori. Berikutnya,

kucing licik ini berjanji pada Gagak Kecil untuk menjadikannya ahli menulis puisi, Mori meminta Gagak Kecil masuk ke lubang rumahnya pada malam hari.

Gagak Kecil dan Kutilang Kecil bersahabat akrab. Mereka selalu bersama-sama, tak pernah mau berpisah. Maka, pada malam harinya, saat Gagak Kecil masuk ke lubang pohon rumah Mori, Kutilang Kecil menunggu di luar.

Tiba-tiba, Kutilang Kecil mendengar jeritan dari dalam lubang pohon."Itu suara Gagak Kecill Apa yang terjadi dengan Gagak Kecil?" gumam Kutilang Kecil cemas.

"Kaaak... tolooong...." terdengar teriakan Gagak Kecil lagi. Kutilang Kecil segera masuk

ke dalam lubang pohon. la sangat terkejut ketika melihat Mori sedang berusaha menerkam Gagak Kecil. Kutilang Kecil segera menyerang kepala Mori dari belakang. Gagak Kecil ikut balik menyerang Mori juga. Gerakan Mori terbatas karena ada mulut kuali di lehernya.

Kucing licik itu kini kewalahan diserang dari mana-mana. Gagak Kecil dan Kutilang Kecil lalu melesat terbang keluar lubang. Mori si kucing licik berusaha mengejar mereka. Namun, ia lupa kalau tempat itu ada di tepi sungai. Dan ... BYUUUR... Mori tercebur ke dalam sungai.

Kucing licik itu tenggelam dan terbawa arus sungai, Gagak Kecil dan Kutilang Kecil melihatnya dengan ketakutan. Mereka lega karena terbebas dari kucing penipu yang jahat. Namun, sedih juga karena kehilangan dua teman mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan