Dongeng : Pinokio si boneka kayu

Pada zaman dahulu, hidup seorang pria tua bernama kakek Gepeto. Ia hidup sendiri dan bekerja sebagai pengukir kayu untuk mendapatkan uang.

Suatu hari, Gepeto ingin mengukir sebuah boneka kayu laki-laki yang diberi nama Pinokio. Ia lalu berandai-andai bahwa boneka itu hidup dan menjadi anak laki-laki yang bisa menemani hidupnya.

"Seandainya boneka ini benar-benar hidup dan menjadi anak laki-lakiku...," kata kakek Gepeto.

Kakek Gepeto tidak tahu bahwa kayu yang digunakannya untuk mengukir pinokio adalah kayu ajaib. Ia juga tidak sadar bahwa perkataannya itu didengar seorang peri.

Saat boneka itu selesai dibuat, kakek Gepeto meletakkannya di atas tempat tidur. Sang peri pun menggunakan kekuatannya untuk menghidupkan Pinokio.

"Boneka kayu, saat pagi datang kamu bisa berjalan dan bicara seperti anak-anak lain. Suatu hari kamu bisa membuktikan bahwa kamu nyata dan benar-benar seorang anak laki-laki," kata peri itu.

Tiba-tiba mata Pinokio terbuka. Saat itu, peri lalu mengatakan syarat agar Pinokio bisa menjadi anak laki-laki yang sesungguhnya.

"Satu hal yang penting. Kamu harus bertemu dan bicara dengan seekor jangkrik. Dia akan berada di dekatmu dan membantumu mengambil keputusan yang tepat dalam hidup," ujar peri itu lalu pergi.

Keesokan pagi, kakek Geppetto begitu terkejut karena melihat boneka yang dibuatnya bergerak. Boneka itu bahkan bisa bicara dan memanggilnya Ayah.

"Ada apa ini? Kenapa anggota tubuhnya mulai bergerak? Kamu juga bisa bicara?" tanya kakek Gepeto.

"Iya, aku putramu Pinokio," jawab Pinokio.

Sebelum kakek Geppeto kembali bicara, Pinokio lalu berdiri dan langsung berlari keluar dari rumah kakek Gepeto. Kakek Gepeto lalu mengejar Pinokio yang berlari kencang. Orang-orang di jalanan yang melihat boneka hidup itu hanya bisa tertawa.

"Pinokio, ayo kita pulang. Berhenti berlari," kata sang kakek.

Pinokio semakin nakal dan tidak mau menuruti perintah kakek Gepeto. Ia lalu berbaring di jalanan sambil tertawa.

"Aku tidak mau pulang. Aku ingin terus bermain. Aku tidak tidak ingin terkurung di rumah saja," kata Pinokio pada kakek Gepeto.

Pinokio yang nakal akhirnya pulang ke rumah setelah berkeliling kota dan berbuat nakal. Ia pulang ke rumah karena lapar.

Suatu hari, Pinokio meminta untuk didaftarkan ke sekolah. Ia ingin seperti anak-anak lainnya yang belajar di sekolah.

Kakek Gepeto menyanggupi keinginan Pinokio ini. Meskipun dia tidak punya uang untuk membeli buku sekolah untuk Pinokio.

Kakek Gepeto lalu beusaha dengan keras mencari uang untuk anaknya sekolah. Ia terpaksa menjual jaketnya yang sudah usang untuk dibelikan buku pelajaran.

"Sekarang kamu bisa pergi ke sekolah Pinokio," katanya.

Keesokan harinya, Pinokio pergi ke sekolah ditemani jangkrik. Dalam perjalanan ke sekolah, dia mendengar suara musik dan ternyata sedang ada pertunjukan boneka.

Untuk bisa membeli tiket pertunjukan, Pinokio menjual buku sekolah yang dibelikan kakek Gepeto. Sebelum menjualnya, dia telah diperingatkan jangkrik untuk tidak melakukan perbuatan itu. Pinokio tidak mau mendengar dan malah menyembunyikan jangkrik di balik topi agar tak mengganggunya.

Selam pertunjukan, Pinokio diajak naik ke panggung. Pinokio berhasil membuat pertunjukan itu meriah karena dia adalah boneka hidup yang tidak digerakkan oleh manusia.

Sayangnya, Pinokio justru terjebak dan ingin dimanfaatkan pemilik pertunjukan. Ia dikurung di dalam kandang bersama jangkrik di balik topinya.

Saat sedang bersedih terkurung, Pinokio melihat seorang peri di dekatnya. Ia lalu meminta pertolongan.

Peri kemudian meminta Pinokio menceritakan semua yang dialaminya dengan jujur. Alih-alih jujur, Pinokio justru berbohong dan mengaku sudah ditipu dan dirampok oleh orang jahat.

"Mereka mencuri buku sekolahku dan memaksaku datang ke sini. Mereka lalu memasukanku ke dalam kandang," katanya.

Tiba-tiba, hidung Pinokio tumbuh memanjang. Setiap kali dia bicara bohong, hidungnya semakin panjang.

Peri lalu mengatakan bahwa Pinokio harus berkata jujur bila agar hidungnya tidak tumbuh panjang. Setiap kebohongan yang keluar dari mulutnya akan membuat hidungnya semakin tumbuh panjang.

Pinokio akhirnya bercerita dengan jujur. Peri akhirnya membantu membebaskan Pinokio dan menggunakan sihirnya untuk mengembalikan ukuran hidung Pinokio.

Setelah bebas, Pinokio tidak langsung pulang melainkan kembali berbuat nakal. Namun, lagi-lagi Pinokio diselamatkan peri.

Saat perjalanan pulang, Pinokio tiba-tiba terjebak di lautan. Ia lalu dimakan seekor hiu besar. Di dalam perut hiu, dia melihat sosok kakek Gepeto. Keduanya lalu saling berpelukan.

Pinokio dan kakek Gepeto berusaha mencari jalan untuk keluar dari perut hiu. Pinokio lalu mendapatkan ide untuk membuat api unggun di dalam perut hiu. Idenya pun berhasil dan mereka keluar dengan dorongan yang keras dari perut hiu.

Kakek Gepeto yang tampak lemah lalu digendong Pinokio saat kabur dari perut hiu. Pinokio merawat kakek Gepeto sampai pulih.

"Terima kasih Pinokio. Berkat kamu, aku bisa kembali pulih dan sehat," kata kakek Gepeto.

Setelah sampai di rumah, Pinokio kembali didatangi peri dalam mimpinya. Peri memuji Pinokio yang berhasil menyelamatkan kakek Gepeto.''

"Kamu telah membuktikan sebagai anak yang berani dan sekarang kamu telah menjadi seorang anak laki-laki yang sesungguhnya," kata peri.

Keesokan hari saat Pinokio terbangun, dia mendapati tubuhnya sudah berubah. Tubuh Pinokio sudah menjadi tubuh manusia, bukan lagi kayu.

Ia lalu berteriak dan memeluk kakek Gepeto sambil menangis. "Lihat, aku sekarang benar-benar menjadi anak laki-laki," katanya.

Kakek Gepeto pun bahagia melihat Pinokio kini sudah menjadi anak laki-laki sesungguhnya. Sejak saat itu, keduanya pun hidup bahagia dan Pinokio tidak pernah lagi berbuat nakal.
























sumber:https://www-haibunda-com.dongeng-pinokio-si-boneka-kayu-yang-bisa-diceritakan-ke-anak-sebelum-tidur




Komentar

Postingan populer dari blog ini

DONGENG : Rumah untuk di Relakan

Kau Juga Hebat, Sayang!

Dongeng : Dunia Manisan